Bel berdering mengakhiri kegiatan istirahat para murid SMA 60. Aileen yang sedang tertidur, juga dipaksa untuk keluar dari dunia mimpinya. Ia melihat sekeliling dengan tatapan linglung. Nyawanya masih terkumpul setengah ketika ia baru sadar bahwa dirinya baru saja tertidur di perpustakaan.
Aileen berdiri kemudian bergerak untuk merenggangkan otot-ototnya yang terasa amat pegal. Dengan langkah lesu ia berjalan keluar perpustakaan. Sampai di pintu keluar, Aileen berhenti. Ada Bu Faiza di sana yang sedang memandangnya dengan tatapan tak terbaca.
"Siang, Bu," sapa Aileen sambil mencium tangan Bu Faiza. Suaranya masih parau, kentara sekali bahwa ia baru saja tertidur.
"Siang juga, Aileen. Kamu ngapain di sini?"
"Baca buku, Bu."
"Mustahil," tukas Bu Faiza menggelengkan kepalanya secara dramatis.
"Nah itu Ibu tau," Cengiran Aileen mulai muncul. Nyawanya sudah penuh. "Saya habis tidur, Bu. Capek banget kalo kudu belajar mulu."
"Kamu mah capek atau nggak tetep aja nggak pernah belajar." Lalu setelah mengatakan itu, Bu Faiza tiba-tiba terlihat mengamati tubuh Aileen dengan seksama membuat sang empunya bingung sendiri.
"Kenapa, Bu? Ada yang aneh sama saya--Eh?!" Aileen juga ikut terkejut ketika menyadari bahwa seragamnya kini sudah tertutup oleh hoodie abu-abu.
SMA 60 adalah SMA dengan angka ketertiban yang tergolong tinggi. Banyak aturan yang melarang para siswa memakai ini-itu saat kegiatan belajar mengajar tengah berlangsung. Salah satunya adalah dilarang mengenakan hoodie kecuali sakit atau sudah waktunya pulang.
Karena tau bahwa dirinya sedang dalam masalah, Aileen menggerakkan tangannya untuk melepas hoodie abu-abu itu. Namun belum juga terlepas, Bu Faiza sudah terlebih dahulu mencegah Aileen.
"Kenapa kamu lepas?"
"Lah memang harusnya dilepas kan, Bu? Atau jangan-jangan Bu Faiza mau saya tetep pake ini biar Ibu bisa ngehukum saya gitu?"
"Kamu itu memang murid kurang ajar, sukanya buruk sangka sama saya." Geram Bu Faiza. "Saya boleh tanya?" Nada Bu Faiza melembut.
"Tanya aja kali, Bu."
"Itu hoodie kamu?"
Aileen menggeleng, "Bukan. Saya tadi bangun tidur malah nggak nyadar kalo pake hoodie. Tapi dipikir-pikir, hoodie ini bikin tidur saya makin nyenyak. Soalnya di perpus dingin banget, Bu. Masa saya disuruh selimutan pake buku."
"Yee itu mah salah kamu sendiri. Tidur kok di perpus, di perpus tu tempatnya baca."
"Gimana lagi Bu, saya ngantuk soalnya."
"Ya-ya-ya, balik kelas sana!" Titah Bu Faiza, "Hoodienya lepas nanti aja. Siapa tau ada yang lihat kamu pake itu terus tau kalo itu punya siapa."
"Ah iya ya." Walau Tanpa harus gitu, saya udah tau ini punya siapa. Sambung Aileen dalam hati. "Kalo gitu saya balik ke kelas dulu ya, Bu." Lalu Aileen mencium tangan Bu Faiza kemudian berjalan menjauh sampai tidak terlihat ditelan jarak.
Tinggal Bu Faiza sendiri di sana. Guru paruh baya itu tersenyum ketika ia sadar bahwa hoodie itu adalah milik Gian.
Satu-satunya hoodie kesayangan Gian. Jarang anak itu memperbolehkan orang lain untuk meminjamnya. Tapi apa yang dia lihat barusan?
Ah, sepertinya Bu Faiza harus berterima kasih pada Aileen. Karena berkat gadis itu, Gian mendapatkan kembali rasa pedulinya.
Gian anaknya ternyata sudah dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brokenheart Syndrome [END]
Teen FictionAileen Claretta. Seorang gadis yang menderita Brokenheart Syndrome sejak ia berumur empat belas tahun. Tak ada satu pun yang tau tentang itu. Aileen menyimpan semua sendiri. Terkadang, ia hanya membagi hal tersebut pada cahaya bulan yang seringkali...