PART 5

761 79 0
                                    

"Itu balasan pertama buat lo yang udah lancang sama senior."

Sakit. Tamparan yang dilayangkan oleh Agra terasa sangat menyakitkan. Mata Aileen memerah, ia hampir saja menangis. Tapi ia bersikeras untuk tidak terlihat lemah di depan senior yang kurang ajar ini.

Aileen menatap Agra dengan berang. "Banci lo, beraninya sama perempuan!!" teriak Aileen mencoba menahan rasa perih yang kini menyelimuti pipinya.

Agra jelas tidak terima atas perkataan Aileen. Ia kembali menampar Aileen untuk kedua kalinya. Kini gadis itu sudah terduduk tak berdaya akibat tamparan Agra.

"Lo...terlalu lancang sama senior, jalang." Agra membentak Aileen. "Lo merasa cantik sampe lo sok jual mahal sama gue? HAHAHAHA!! Bahkan wajah lo itu gak pantes buat jadi perempuan. Terlalu buruk dan nggak menarik."

Aileen kali ini hanya diam. Dia sudah benar-benar tidak berdaya. Air matanya meluruh deras. Saat ini ia begitu merasa putus asa dan tertekan. Dunia Aileen jatuh ke dalam jurang yang begitu dalam. Sindrom itu lagi-lagi berusaha melenyapkan kekuatan Aileen.

Dadanya mulai terasa sesak. Situasi yang benar-benar dibenci oleh Aileen. Situasi dimana dia tidak bisa melakukan apapun selain menangis.

Kenapa dia diciptakan selemah ini?

Kenapa sindrom itu harus kembali disaat Aileen ingin terus bersikap kuat? Sindrom yang lagi dan lagi memberi sejuta rasa sakit yang membuat Aileen tak bisa berkata-kata lagi. Tangannya bergetar, ia takut, ia sakit, ia merasa...tak sanggup menghadapi keadaan ini.

Agra dan teman-temannya tertawa bahagia saat melihat Aileen menangis terisak tak berdaya. Agra jongkok, ia mengangkat kepala Aileen untuk menatap matanya. Air mata gadis itu masih saja mengalir deras. Agra tak peduli. Dia sudah terlanjur merasa begitu terhina oleh gadis di depannya ini.

"Lo tau? Terkadang di dunia ini kita harus mau melakukan apapun demi hidup yang bahagia. Bukan hanya mementingkan kehormatan semata. Karena percuma kalo lo bersikap terhormat dan sok suci, tapi kenyataan nggak mengizinkan lo untuk bahagia."

Agra melirik badget yang dikenakan Aileen. Ia beranjak berdiri. Kepala Aileen dia sentakkan dengan kasar. Sekali lagi, Aileen tak berdaya. Matanya masih memerah karena terus saja menangis. Dadanya terasa semakin sesak. Ia tidak bisa membalas perbuatan seniornya ini bahkan hanya dengan seuntai kata.

"Aileen Claretta. Nama yang cantik untuk pribadi yang buruk." Agra kembali menyeringai. Tangannya terangkat bersiap melayangkan tamparan ketiga untuk Aileen.

Aileen pasrah, ia hanya bisa memejamkan matanya untuk kembali menerima rasa sakit itu. Pelan-pelan ia mulai terbiasa dengan segala bentuk siksaan. Dia hidup saja sudah merupakan siksaan untuk dirinya dan orang lain.

Andai eksistensinya tak pernah ada di dunia. Apakah orang lain akan lebih bahagia?

Lama Aileen memejamkan mata, tetapi tamparan itu tak kunjung bertemu dengan pipinya. Aileen membuka matanya perlahan, ternyata sebuah tangan yang tak kalah kokoh tengah menahan lengan Agra.

Tangan itu milik...Gian.

Lagi-lagi kenapa harus lelaki itu yang menyaksikan keadaan Aileen saat tak berdaya? Padahal saat ini, Aileen pun sudah siap apabila ia kembali disiksa oleh Agra.

Tapi mengapa?

Mengapa Gian datang untuk menolongnya?

Tanya itu tak akan terjawab. Gian menatap Aileen dengan tajam. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Tangannya masih menahan pergerakan Agra. Gian menatap lelaki brengsek itu dengan tatapan yang sarat akan emosi.

Brokenheart Syndrome [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang