BAB 5- Hate of Love

5.7K 1.7K 76
                                    

"Apa yang membuatmu menerima perjodohan ini?" tanyaku secara terang-terangan kepada Christian yang sedari tadi hanya terdiam dan menyetir layaknya sopir pribadiku.

Hanya kata-kata itu yang bisa kupikirkan untuk dapat memulai pembicaraan dengan harapan bisa mencairkan suasana yang beku ini. Sedari awal, tak ada satupun dari kita yang mengambil inisiatif untuk memulai pembicangan.

Suara alunan musik klasik yang terdengar juga tidak sedikit-pun bekerja mencairkan suasana. Pemandangan luar yang memperlihatkan hiruk pikuk kendaraan pada malam ini-pun tidak sanggup untuk memperbaiki suasana dalam Ferarri Christian yang sejak awal telah begitu dingin dan menegangkan.

"Mengapa kau tiba-tiba mempertanyakan hal itu?" kata Christian yang berbalik tanya kepadaku.

"Aku tidak bermaksud untuk kasar, hanya saja pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang dibenakku, aku sangat penasaran tentang alasan mengapa kau menerima perjodohan ini."

"Karena menurutku, kau adalah pria yang cukup sempurna untuk dapat membuat semua wanita bertekuk lutut mengharapkan cintamu. Kurasa kau tidak memerlukan perjodohan untuk bisa mendapatkan wanita yang kau inginkan."

"Aku juga yakin kau adalah laki-laki yang selalu berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan, apa alasan dibalik keputusanmu menerima semua ini dengan begitu mudahnya?" kataku menjelaskan.

"Apa kau tahu mengapa aku memilihmu dari sekian banyak wanita? Karena aku merasa kita berdua menginginkan hal yang sama."

"Kamu masih sangat muda, baru berumur 21 tahun dan sudah mampu mengurusi bisnis orangtuamu. Bukankah kau masih ingin menghabiskan masa mudamu dengan bermain?"

"Bukan menjadi seorang ibu rumah tangga muda yang hanya bertugas mengurusi rumah dan suaminya. Kau tentunya juga tidak mau berkomitmen dulu, kan? Sama halnya dengan diriku."

"Aku masih ingin menghabiskan masa mudaku dengan bersenang-senang bukan menambah beban hidup." ucap Christian menjelaskan.

"Jadi sebenarnya apa inti ucapanmu itu?" tanyaku menginginkan jawaban yang jelas.

"Aku menyarankan kita untuk berteman." ujar Christian berusaha mempersuasiku.

"Maaf aku tidak berteman dengan sembarang orang dan tidak mau ikut terjerumus dalam masalah mereka." tolakku singkat.

"Sebenarnya, tanpa kau sadari, saranku malah membantumu daripada menjerumuskanmu dalam permasalahanku." ucap Christian.

"Apa maksudmu mengatakan itu?" tanyaku tidak percaya dengan ungkapannya yang begitu percaya diri.

"Biarpun kau menolak untuk dijodohkanku, pastinya orangtuamu akan mendesakmu untuk menikah dengan memberimu calon lain."

"Daripada setiap harinya kau terjebak dalam kencan buta yang diatur oleh kedua orangtuamu, lebih baik kau dan aku berteman dan bertingkah seolah kita menerima perjodohan ini." ajak Christian.

"Kau bisa saja memilihku, tetapi maaf aku tidak memilihmu." tolakku sambil keluar dari mobil.

"Lihat saja nanti, aku akan membuatmu tidak bisa menolakku." tantang Christian dalam hati.

-----------

Christian's POV

"Informasi apa yang kau dapatkan tentang dia?" tanyaku kepada Ronald, tangan kanan kepercayaanku yang kutugaskan untuk mengumpulkan informasi tentang Elina.

"Ini, pak. Informasi yang bisa saya dapatkan." kata Ronald itu sambil memberikan setumpukan kertas berisi informasi Elina.

"Hanya ini?" tanyaku tidak percaya.

WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang