BAB 12- Bedrest Day

3.1K 939 56
                                    

"Tell me everything. From beginning to end." lanjutnya.

---------

"Jadi pada suatu hari......" gurauku.

"Tidak usah bertele-tele, langsung pada intinya saja." tegas Celine penasaran.

"Okay..... Okay....... Jadi..." aku-pun mulai menceritakan semuanya kepada Celine. Dari awal sampai akhir.

"Aku sebenarnya berpikir kau menyukai dirinya, kenapa kau bersusah payah menjauhkannya dari kehidupannya?" tanya Celine bingung setelah mendengar ceritaku.

"Aku bukannya ingin mendorong dirinya untuk terus menjauh dariku, hanya saja aku ingin menikah dengan orang yang kucintai." ucapku sambil menghela nafas.

"Kenapa kau mengatakan bahwa kau tidak menyukai? Aku pikir dia adalah orang baik-baik. apa kau tidak berpikir sama denganku?" tanya Celine.

"Sebenarnya, belakangan ini, kita sudah lebih baik dari sebelumnya. Mungkin sekarang kita berteman?" kataku bimbang.

"Serius? Hanya sebatas itu?" tanya Celine tidak percaya.

"Mungkin." jawabku lirih.

"Apakah kau yakin?! Aku rasa sekarang hubungan kalian lebih dari itu, kan?" tanya Celine sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Maksudmu?" tanyaku tidak mengerti.

"Itu lihatlah spreimu, ada bercak darah. Bukankah itu sudah menandakan sesuatu?" tanyanya menginvestigasi.

"Kau memang benar-benar cocok berprofesi sebagai detektif, Celine. Bagaimana kau bisa menyadari secepat itu?" tanyaku malu.

"Tidak perlu malu karena aku juga pernah mengalami hal yang sama." katanya sambil tersenyum.

"Baiklah aku akui, aku ada perasaannya dengannya. Tetapi aku tidak mencintainya." jujurku.

"Bagaimana kau bisa mencintainya apabila kau saja tidak mau membuka hatimu?" tanya Celine.

"Namanya, cinta tumbuh seiring berjalannya waktu. Bila ingin menemukannya, maka kau perlu membuka diri untuk dapat menjalani hubungan dengan orang yang kau cintai."

"Jangan menghindar setiap ada kesempatan untuk jatuh cinta. Dan ingatlah Elina, kau tidak boleh menyerah sebelum mencoba."

"Mendengar dirimu bercerita, membuatku yakin dia adalah orang yang pantas untukmu. Kejarlah dia. Tidak ada salahnya bila sekarang wanita yang mengambil langkah dulu sebelum laki-laki melakukannya."

"Apalagi dia adalah pria yang sudah jarang bisa ditemui didunia ini. Dia ganteng, kaya, baik. Apa lagi yang kau harapkan darinya? Dia orang yang cukup sempurna, Elina. Dimana lagi kau bisa mendapatkan cowok seperti dia?"

"Kau harusnya bersyukur, karena orangtuamu, jadinya kau bisa bertemu dengannya. Bila tidak ada orangtuamu, mungkin persentase peluangmu bertemu dengannya hanya tersisa 1% saja." canda Celine.

"Jahat kamu!" marahku.

"Aku sebenarnya sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi darinya. Karena percuma saja aku menyukainya, dia tidak akan membalas perasaanku."

"Dia bukan orang yang ingin berkomitmen, Celine. Kita memulai hubungan ini sebagai teman dan mungkin kedepannya akan terus seperti itu. Karena aku tahu dia tidak mempercayai cinta dan komitmen." keluhku.

"Jadi, sekarang kau takut dia menolakmu?" tanya Celine dan kubalas dengan anggukan.

"Masih banyak cara menuju Roma, Elina. Kau pikir memulai secara perlahan dari pacaran, tunangan baru menikah merupakan satu-satunya jalan disini?"

WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang