BAB 22- Disturbance

2.3K 499 50
                                    

"Maukah kau mempertimbangkan sungguh-sungguh mencoba untuk berhubungan denganku?" tanya Jin yang sontak membuatku terkejut kaget.

------------

"Apa?!" tanyaku meninggi.

"Bukan apa-apa, Elina. Aku hanya ingin meledekmu saja. Tidak ada maksud lain." kata Jin diselingi tertawa.

"Kupikir kau benar-benar ingin menanyakan hal itu kepadaku." ucapku lega.

"Aku tidak mungkin menikung temanku sendiri, Elina. Aku saja tahu kau sudah cinta mati dengan Christian, tidak mungkin berpaling darinya walaupun aku sadar diriku lebih sempurna darinya." ujar Jin tertawa.

"Aku menyukaimu, Jin." gumamku.

"Apa?! Kau tidak salah bicara, Elina? Kau menyukaiku?" tanya Jin tidak percaya.

"Iya, Jin. Aku menyukaimu, namun hanya sebatas fans dan idol-nya, Jin." jawabku.

"Karena kurasa perasaan suka dan cinta adalah dua hal yang berbeda. Bila kita menyukai seseorang, maka belum tentu juga kita bisa mencintainya."

"Namun jika kita sudah mencapai tahap mencintai seseorang, kurasa pastinya kita menyukai orang itu hingga kita mampu untuk mencintainya." lanjutku.

"Kau benar-benar begitu mencintainya, Elina." gumam Jin yang hanya mendapat anggukanku sebagai jawaban.

"Apa kau senang melihat Christian yang begitu cemburu dengan keakraban kita berdua?" tanya Jin mengalihkan pembicaraan.

"Tentu saja, itu benar-benar menghangatkan hatiku, Jin. Serasa menguatkan sebuah argument di otakku mengenai dirinya yang masih memiliki perasaan denganku walaupun seringkali Christian bersikap kasar kepadaku." jelasku.

"Namun, sampai kapan kita akan seperti ini? Berlakon seolah-olah aku tertarik denganmu, Jin. Aku tak ingin membuat Christian salah paham dengan hubungan kita." lanjutku.

"Mungkin sebentar lagi, Elina. Sampai Christian tak mampu lagi menyembunyikan perasaannya. Kau tahu sendiri, Elina. Christian bukanlah orang yang mudah mengungkapkan apa yang sedang ia pikirkan. Terlebih lagi dalam urusan cinta. Bila situasi tidak mendorongnya, maka dia akan tetap terus berdiri pada satu titik buta yang tidak akan menemukan jalan keluar."

"Dengan kata lain, dia akan terus menyembunyikan perasaannya itu dan menganggapnya tidak ada. Aku hanya tidak ingin dia kehilangan seorang gadis yang benar-benar mencintainya hanya karena luka masa lalu." jelas Jin.

"Apa sampai segitunya wanita itu menorehkan luka di hati Christian, Jin?" tanyaku lirih.

"Kurasa pada saat itu, Christian tak begitu mencintainya. Maksudku, dia pastinya belum mencapai tahap dimana mencintai hingga akal sehatnya sudah hilang dan menjadi budak cinta. Namun, pengkhianatan-lah yang membuat perasaanya terpukul."

"Sejak dulu, dia benar-benar membenci orang yang berkhianat. Dan saat wanita itu untuk memutuskan untuk meninggalkannya demi seorang laki-laki yang dirasanya lebih pantas untuknya. Membuat Christian sadar bahwa cinta itu memang tidak ada. Untuk apa mencintai bila akhirnya uang-lah yang berkuasa membolak-balikkan perasaan seseorang?" jelas Jin.

"Berarti semuanya karena wanita itu." gumamku pada diriku sendiri. Mendengar penjelasan Jin tentang Christian membuatku sedih sekaligus ingin sekali marah dan memaki wanita itu.

Siapapun wanita itu, maka kupastikan dia adalah wanita terbodoh yang hidup di muka bumi ini. Begitu mudahnya dia mendapatkan perasaan Christian Illarion Alterio, namun dia malah membuangnya begitu saja.

Pastinya sekarang dia sangat menyesal melihat Christian yang telah sukses membangun perusahaannya sendiri. Memang benar kata orang, karma is a bitch. Apa yang kau tabur, itu yang kau tuai.

WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang