Selama beberapa hari ini, aku mencoba untuk mengikuti saran dari Taylor. Tetap berada di rumah dengan melakukan aktivitas yang begitu membosankan. Hanya rebahan dan menonton drama Korea.
Saat-saat ini benar-benar mengingatkanku ketika kakiku patah dan Christian yang rela menghabiskan waktunya untuk membuatku merasa nyaman di rumah. Mungkin bila situasinya berbeda, sekarang aku sudah berada dalam dekapannya dengan dia yang mengelus lembut perutku yang buntal ini.
Christian yang sesekali mencium dan berusaha untuk mengobrol dengan mereka. Memikirkan itu saja, aku langsung mendapat tendangan keras ke kedua sisi perutku menandakan mereka berdua juga merindukan ayah mereka.
Apapun yang kulakukan selalu saja mampu mengingatkanku pada sosok Christian. Layaknya de javu, aku seolah-olah merasakan kembali kenangan itu secara berulang-ulang.
Tak terasa waktu telah menunjukkan angka 12.00 yang menandakan waktuku untuk makan. Bergegas ke dapur untuk membuat makanan dan susu kehamilan yang bisa mengganjal rasa lapar yang mulai mengeluarkan bunyi meminta untuk segera diberi makan.
Dan ternyata, makan menjadi aktivitas yang harus kutunda karena aku lupa membeli susu kehamilanku yang sudah habis kemarin.
Akupun bergegas bersiap untuk pergi ke supermarket dengan rumahku untuk membeli susu. Jarak antara supermarket dan apartement juga tak terlalu jauh, sehingga kuputuskan untuk berjalan saja.
Lagipula dokter selalu mengatakan bahwa berolahraga sangat membantu memperlancar persalinan. Jadi kurasa berjalan bukan pilihan yang membahayakan, kan?
Tak selang 10 menit, aku kemudian sampai di supermarket. Lalu, aku segera mencari susu kehamilan yang letaknya ada di sudut ruangan. Karena hari ini supermarket terlalu ramai membuatku harus berdesakan dengan banyak untuk bisa mencapai rak susu.
Aku yang berusaha berjalan dihimpitan namun akhirnya harus terdorong jatuh akibat pukulan seseorang pada perutku. Aku yang tak memiliki cukup kekuatan akhirnya harus terdorong hingga kehilangan keseimbangan. Untung seseorang berada di belakangku dan menahanku agar tidak terjatuh.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya seorang pria padaku dengan Bahasa Korea.
"Iya, tidak apa-apa." jawabku sambil berbalik kearahnya. Dan melihat seorang lelaki bermasker hitamlah yang telah menolongku.
"Hey, kamu! Tak bisakah kau lihat ada ibu hamil disini? Mengapa kau mendorongnya begitu keras? Bagaimana bila dia keguguran karena dirimu? Apa kau tidak takut masuk penjara?!" tanya lelaki itu membentak anak SMA yang mendorongku.
"Itu bukan salahku! Salahnya dia yang berusaha menghalangiku jalan! Lagipula sudah tahu hamil, masih saja tidak tahu diri ingin berjalan di lorong yang sudah dipenuhi orang seperti ini." sanggah anak SMA itu.
"Ohh begitu ya, kalau begitu aku juga bisa-kan menuntutmu karena kau mau membeli rokok dan alcohol padahal umurmu belum 21 tahun? Kau juga masih tidak sadar diri dan berusaha untuk mencelakai istriku. Jadi kurasa aku bisa menututmu dengan pasal berganda."
"Percobaan pembunuhan dan pembelian alcohol illegal. Kupikir-pikir aku pasti bisa mempenjarakanmu selama 10 tahun." ujar lelaki itu yang sontak membuatku terkejut mendengar pernyataannya.
Istrinya? Sejak kapan aku menjadi istri orang asing yang sama sekali belum pernah kukenal sebelumnya?
"Okay.... Okay.... Aku minta maaf, aku janji tidak akan mengulangi perbuatanku. Yang penting jangan laporkan aku. Aku mohon. Aku tak ingin menghabiskan masa mudaku di penjara." ucap anak SMA itu sambil memohon-mohon.
"Jangan ulangi lagi." pinta lelaki itu sambil menarikku keluar.
"Terima kasih telah menolongku." ucapku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY
RomanceWill Always Be You "Aku?! Menikah?! Hell, no!" ‐-------------- Bertemu, dijodohkan kemudian saling mencintai dan akhirnya hidup bahagia dengan menikah? Apa memang jalan hidup dibuat segampang itu tanpa adanya lika-liku kehidupan? Tentu saja tidak. ...