Short chapter alert!
Happy reading guys...
Jangan lupa vote and comment yang sebanyak-banyaknya ya...
3 more chapter and this book is finished
Are you guys excited to see how the story ends between Elena and Christian????
-------------------
Elina's POV
Tanpa terasa, waktu terus berlalu begitu saja tanpa memperdulikan diriku yang setiap harinya semakin hancur untuk bisa menahan rasa sakit akibat pengkhianatan.
Sama seperti manusia yang tidak bisa selalu mengerti kita, begitu pula waktu yang takkan berhenti hanya demi kita yang sedang dilanda patah hati.
Setiap harinya aku berusaha untuk membencinya, mencoba mengingat bagaimana rasa sakit yang kurasa karena pengkhianatannya.
Namun hal itu terasa tak cukup ampuh untuk membantuku melupakannya. Hatiku masih saja terus merindukannya, menginginkannya walau hanya untuk sesaat.
Dan ketika malam tiba, aku kembali teringat dengan kenangan kita berdua lantas membuatku mencari dirinya lagi.
Mengharapkannya untuk kembali dalam pelukanku. Ketika aku sedang mengganti popok Al, tiba-tiba papa masuk dengan sebuah undangan yang ditaruh di atas meja make-upku sambil berkata bahwa itu adalah undangan pernikahan Christian yang diadakan besok.
Hal itu sontak berhasil membuatku berhenti bergerak dan duniaku langsung hancur seketika. Baru jalan 1 minggu kita resmi bercerai, Christian sudah ingin meminang tambatan hatinya yang lain?
Apa dia punya cukup logika untuk bisa melakukan hal sekejam ini pada diriku? Aku yang disini sama sekali belum bisa move-on, tapi malah dia dengan asyik mempersiapkan pernikahan bersama dengan wanita lain dan melupakanku begitu saja.
Mencoba untuk menyembunyikan bahwa tindakan Christian sekali lagi melukaiku, dengan raut wajah yang tak berubah sama sekali aku kembali melanjutkan kegiatanku merapikan bekas popok Al dan Quin.
Seakan aku telah tumbuh menjadi seorang aktris yang baik, papa terlihat mempercayai aktingku yang bersikap baik-baik saja. Papa kemudian memintaku menyiapkan diri untuk besok karena dirinya yang ingin memperkenalkanku dengan salah satu anak temannya. Papa telah menyewa make-up artist dan stylist untuk mendandaniku besok.
"Pa, bukankah aku sudah katakan bahwa aku tidak sedang ingin mencari cinta ataupun ingin memulai hubungan yang menjurus pada pernikahan. Aku masih ingin fokus pada Al dan Quin, pa. Mereka lebih membutuhkanku daripada aku yang membutuhkan seorang pendamping." ucapku.
"Tidak bisa begitu, Elina. Selagi kau masih muda, maka semakin besar kesempatanmu untuk mendapat pendamping yang lebih baik. Kalau nanti kau sudah umur 30, kau akan sulit untuk mencari jodoh." kata papa.
"Kalau memang jodoh, tidak akan kemana, pa. Sudahlah, lebih baik papa pergunakan uang itu untuk mengembangkan usaha atau investasi." pintaku malas sambil berbaring disamping Al dan Quin dan menepuk-nepuk badan mereka agar mereka bisa kembali tertidur.
"Ini juga namanya investasi, Elina. Papa tidak mungkin mau kau menjadi janda di usia yang masih 21 tahun. Kau tidak seharusnya menjadi single parents di usia begini. Pokoknya mau tidak mau, besok kau harus siap untuk bertemu dengan anak teman papa. Papa tidak terima penolakan darimu." tegas papa yang membuatku hanya bisa menghela nafas.
"Baiklah, pa. Elina akan menemuinya. Lagipula aku yakin dia tidak akan menerima diriku yang sudah mempunyai 2 anak ini. Walaupun kita kaya, tapi mana ada pria yang mau sama janda sepertiku, pa." ujarku santai.
"Dia telah mengetahui hal itu dan masih kekeh ingin dijodohkan denganmu, Elina. Kau itu masih muda, cantik, berpendidikan. Sudah pasti banyak lelaki yang mengantri biarpun kau sudah memiliki 2 anak. Bahkan dia sudah mencintaimu pada saat kau masih menikah dengan Chris. Papa yakin kau akan suka dengan lelaki ini. Semua yang kau mau ada pada dirinya." pinta papa yakin.
"Iya... Iya.... Elina percaya dengan ucapan papa." bohongku sambil melihat papa yang tersenyum bahagia saat keluar dari kamarku.
"Bagaimanapun sempurnanya lelaki itu, tetapi dia tidak akan bisa menggantikan Christian dihatiku, pa" kataku dalam hatiku. Aku bersedia untuk menemui laki-laki itu hanya untuk membahagiakan papa.
Bila nantinya aku disuruh menikah dengan dirinya, mungkin aku akan pasrah menerimanya. Karena disini aku hanya berusaha menjadi anak yang baik. Yang menuruti semua keinginan orangtuaku yang dirasa baik.
Jika pria itu dirasa pantas oleh papa, maka aku dengan senang hati untuk menikahinya. Karena aku tahu cepat atau lambat, aku akan bisa mencintainya. Sebab cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa.
"Welcome back to life without love, Elina." ujarku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY
RomanceWill Always Be You "Aku?! Menikah?! Hell, no!" ‐-------------- Bertemu, dijodohkan kemudian saling mencintai dan akhirnya hidup bahagia dengan menikah? Apa memang jalan hidup dibuat segampang itu tanpa adanya lika-liku kehidupan? Tentu saja tidak. ...