BAB 51- Wake Up

1.4K 168 6
                                    

"Jadi kamu orangnya?! Orang yang sudah berani melukai istri saya hanya untuk uang segini." tanyaku sarkas sambil memainkan uang yang ada dalam koper miliknya dan menatap wajah pembunuh Elina yang sedang terikat di kursi itu dengan raut wajah jijik. Bisa-bisanya hanya untuk uang sekecil ini, dia rela untuk membunuh nyawa Elina-ku.

"Lepaskan aku! Aku tidak tahu apa-apa." jawab lelaki itu.

"Ohh ya. Terus untuk apa kau mencoba untuk melarikan diri?" tanyaku kesal.

"Aku hanya ingin berlibur sebentar." bohong lelaki itu.

"Berlibur dengan membawa uang cash sebanyak ini..... Leluconmu itu garing sekali, okay? Memangnya kau habis merampok bank?" kataku sambil tertawa sarkas.

"Baiklah, jika kau tidak mau mengaku. Ronald, katakan siapa dia?" suruhku sambil menjentikkan tanganku.

"Lee Ha Neul. 23 tahun. Mempunyai 2 saudara perempuan dan 1 kakak laki-laki. Orangtuanya sudah meninggal membuatnya sekarang menjadi tulang punggung keluarga karena kakak laki-lakinya yang buta. Tidak kuliah karena tidak punya cukup uang. Bekerja menjadi cleaning service di salah satu perusahaan milik bapak dan pernah juga menjadi sopir yang kita sewa untuk mengantarkan Nona Elina kemana-mana selama dirinya berada di Korea bersama bapak." jelas Ronald sambil membawa serangkaian informasi tentang Ha Neul.

"Hahaha.... Selama ini kau makan dari uangku dan pernah kupercayai untuk menjaga keselamatan istriku. Tapi malah sekarang, kau yang berani-beraninya mencoba untuk membunuh istriku! Kau salah memilih lawan disini, kawan. Bagaimana jika aku bunuh saja kakak laki-lakimu yang buta itu dan menjadikan kedua adik perempuanmu sebagai pengemis? Kurasa itu balasan yang setimpal atas perbuatanmu pada keluargaku." kataku sambil tertawa.

"Jangan apa-apakan mereka! Aku mengaku telah mencoba membunuh istrimu! Aku yang salah disini! Jadi lampiaskan saja amarahmu pada diriku!" sanggah Ha Neul.

"Sudah salah, masih saja ingin berusaha mengaturku! Apa kau tidak tahu siapa aku?! Aku bisa saja membunuhmu tanpa jejak!" bentakku semakin membuatnya takut.

"Pak, ingat! Jangan melakukan hal-hal yang melanggar hukum." cegah Ronald.

"Diam kau! Aku tidak membayarmu untuk mengaturku, Ronald!" marahku.

"Dan kau! Harusnya kau itu sadar diri! Kau tidak sedang dalam posisi untuk memerintah apalagi memintaku untuk tidak melakukan apa yang kuinginkan. Tenang saja, setelah kakak laki-laki mati dihadapanmu, kau juga akan menerima bagianmu. Mungkin dengan membakarmu?" kataku sarkas.

"Aku mohon, jangan. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu. Aku hanya butuh uang dan saat ada orang yang menawariku uang sebanyak itu membuatku rela melakukan apapun yang diperintahkan olehnya. Tolong jangan sakiti anggota keluargaku." ucap Ha Neul memohon.

"Kau pikir uang segitu bisa membeli nyawa istriku. Untung baik, istriku masih selamat. Kalau tidak, aku akan membuat seluruh anggota keluargamu hidup menderita layaknya di neraka. Kau tahu, pembalasanku akan jauh lebih kejam daripada apa yang kau perbuat." sahutku.

"Aku tahu aku salah..... Tapi berikan aku kesempatan kedua, aku janji aku tidak akan mengulanginya." kata Ha Neul memohon.

"Baiklah aku akan memberikanmu kesempatan untuk hidup." putusku.

"Benarkah?" tanya Ha Neul dengan wajah yang berbinar.

"Asalkan kau beritahu aku siapa yang telah menyuruhmu membunuh istriku." jawabku.

"Maaf tapi aku tidak bisa memberitahumu." kata Ha Neul.

"Apa kau benar-benar tidak sayang pada nyawamu dan keluargamu, Ha Neul? Kebaikanku ini hanya datang sekali. Ketika hal itu telah lewat, kau yang memohon untuk dibunuhpun sudah terlambat. Aku akan sayat tipis-tipis tubuh kalian satu per satu, cukup untuk membuatmu kesakitan dan sekarat. Tapi tenang saja, kau tidak akan mati kok, sebelum aku puas." seringaiku sambil memutar-mutar pisau ditanganku.

"Baiklah! Aku akan mengaku, Orang itu adalah.... Vanessa..... Vanessa Claudia, wanita itu yang menyuruhku." ucapnya gugup sebab bingung harus memberitahuku atau tidak.

"Kau tahu apa akibatnya jika berbohong, kan?" tanyaku memastikan jawaban yang diberikannya.

"Aku tidak mungkin berbohong sekarang Nyawaku dan orang disekelilingku sedang terancam dan.... Ahhh!" kata Ha Neul terputus saat merasakan pisau yang tiba-tiba tertanam diperutnya.

"Bawa dia ke rumah sakit, Ronald. Dan ingat Ha Neul! Jika kau muncul lagi dihadapanku dan keluargaku, i won't show the same mercy." ancamku sambil meninggalkan Ha Neul sendiri.

Keluar dari apartemen Ronald, akupun langsung naik ke Ferarri milikku dan bergegas untuk kembali ke rumah sakit. Aku benar-benar lupa akan waktu dan tanpa sadar telah lama meninggalkan Elina sendiri di rumah sakit karena mengurusi bebedah ini. 

Bajingan yang disuruh oleh Vanessa, wanita yang selalu mengusik hidupku. Tak cukup satu atau dua kali berulah, kini dia berusaha melukai orang yang kusayangi. Dia benar-benar sedang memancing emosiku. Berani-beraninya dia mengincar nyawa orang kucintai.

Setelah Elina sembuh, aku tidak akan segan-segan memberi pelajaran untuk dirinya. "Tenang saja, Vanessa. Sebentar lagi kubuat kau jatuh dalam rencanamu sendiri. Rasakan akibat karena sudah berani bermain-main dengan diriku." pikirku sambil tersenyum licik. Namun untuk sekarang, aku tidak ingin terlalu memusingkan wanita sialan itu. 

Yang paling penting bagiku sekarang adalah kesehatan Elina. Dirinya yang tidak bisa melakukan apa-apa selain tertidur lelap membuatku tak bisa berhenti mengkhawatirkannya. Sampai-sampai aku saja lupa akan anak-anak kita yang belum sempat kujenguk.

Tak membutuhkan waktu lama untuk diriku sampai di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilku di basement rumah sakit, akupun segera bergegas naik ke lantai 8 dan melangkahkan kakiku ke ruang inap Elina. 

Dan saat aku telah sampai didepan dan membuka pintu ruangannya, aku disuguhkan pemandangan yang membuat hatiku sangat bergembira. Elina yang telah membuka matanya dan melepaskan masker yang membantunya bernafas selama ini. Saat mendengar suara pintu yang terbuka, Elinapun langsung memutarkan kepalanya ke arahku dan saat dirinya mengetahui bahwa akulah yang membuka pintu ruangannya, Elina-pun langsung tersenyum manis sambil berkata,

"Christian, you're back."

WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang