"Apa maksudmu mengancamku seperti tadi, Jin?!" tanyaku dengan nada marah saat melihat Jin yang duduk santai di salah satu kursi di restaurant-nya.
"Bukan apa-apa. Hanya saja aku tahu jika aku tidak mengancammu seperti tadi, kau pastinya tidak mau bertemu denganku. Kau-kan sukanya berdalih bahwa kau sedang sibuk dengan urusanmu yang tak jelas itu." jawab Jin santai.
"Bagaimana kau bisa segitu yakinnya aku akan bereaksi seperti itu terhadap ajakanmu?" tanyaku sambil berjalan duduk di kursi yang berada didepan Jin.
"Aku sudah mengenalmu jauh sebelum kau menjadi pengusaha seperti ini, Christian. Dan aku tahu dengan pasti kau akan memiliki seribu alasan untuk menolak ajakan dari seseorang yang kau benci." jawab Jin datar.
"Kenapa kau begitu yakin aku membenciku?" tanyaku kembali.
"Tentu saja. Kau masih punya dendam pada diriku karena sudah berani mengambil mantanmu itu dan kau juga sangat membenci saat diriku dekat dengan Elina. Itu-kan alasannya mengapa kau masih memblokir nomorku?" ucap Jin sambil menaikkan alisnya.
"Karena aku tahu kau punya niatan untuk mencuri Elina dariku." gumamku.
"Mencuri Elina? Tentu saja, aku mau. Siapapun didunia ini sangat beruntung memiliki Elina sebagai istrinya. Cantik, sexy, kaya dan pintar. Tentunya hal itu akan sangat berguna untuk memperbaiki keturunan."
"Tapi aku tidak tahu dengan dirimu. Kau bukannya lebih mau bersama dengan wanita perusak keturunan daripada Elina. Iya, kan?" ujar Jin menyindirku.
"Bisa tidak kau jangan sebut ular itu lagi dihadapanku? Aku saja sudah muak untuk melihat ataupun mendengar tentang dirinya." kataku bosan.
"Omong kosong, Christian! Buktinya, saat waktu di Korea yang seharusnya menjadi waktu kalian berdua ber-honeymoon. Kau asyik bermain api dengan Vanessa. Kau pikir Elina tidak tahu akan hal itu?"
"Dia tahu, Christian. Kau membuatnya merasa seperti orang ketiga dalam hubunganmu dengan wanita itu. Dan kau tahu, Christian. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan karena Dia sudah membuat Elina mau meninggalkanmu. Dengan begitu, aku yakin cepat atau lambat, Elina bisa sadar bahwa kau bukanlah satu-satunya pria di dunia ini. Masih banyak laki-laki yang jauh lebih baik darimu dan akan memperlakukan dirinya bak seorang ratu. Tak seperti dirimu yang menganggapnya sebagai tahananmu saja." kata Jin memancing emosiku.
"Kau benar-benar ingin cari masalah denganku, Jin! Yang kau mau tegaskan disini adalah kau lebih pantas untuk Elina dan bukan diriku, kan? Kurang ajar kau! Kau selalu ingin mengambil apa yang menjadi milikku." bentakku sambil menarik kerah bajunya.
"Kau pikir hanya aku saja yang ingin memiliki Elina? Apa kau tidak pernah curiga dengan Taylor, orang kepercayaan papa Elina itu yang selama ini menyembunyikan Elina darimu? Apa kau tidak sadar selama 6 bulan ini, kemana Taylor sering pergi? Bahkan orang kepercayaanmu yang bodoh itu tidak pernah curiga. Memang benar ya... Tuan dan anjingnya sama-sama dungu."
"Apa kau tidak pernah menyelidiki adanya kemungkinan papanya Elina-lah yang menyembunyikan anaknya karena mereka sudah tahu busuknya dirimu? Bagaimana kasarnya kau memperlakukan anak semata wayang mereka?"
"Pastinya bila aku yang menjadi orangtuanya Elina, aku akan menjauhkan anakku dari lelaki brengsek seperti dirimu. Aku tidak mau punya menantu yang tidak tau diri sepertimu." jelas Jin yang membuatku melepaskan genggamanku pada kerahnya.
Kata-katanya benar benar membuatku tak bisa berkutik. Karena semua yang dikatakan oleh dirinya tak salah. Akulah orang jahat disini. Akulah penyebab Elina pergi.
Akulah alasan mengapa orangtua Elina tak bisa lagi bertemu anaknya. Apalagi mereka belum tahu soal kontrakku dengan Elina. Sudah pasti mereka akan memintaku menceraikan anaknya sebelum tenggat waktu itu habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY
RomanceWill Always Be You "Aku?! Menikah?! Hell, no!" ‐-------------- Bertemu, dijodohkan kemudian saling mencintai dan akhirnya hidup bahagia dengan menikah? Apa memang jalan hidup dibuat segampang itu tanpa adanya lika-liku kehidupan? Tentu saja tidak. ...