"Kaget mendengar pengakuanku? Aku sukarela mengakui bahwa akulah yang merencanakan dan mengirimkan semua itu pada papanya Elina. Bagaimana? Kurasa rencanaku cukup berhasil untuk menghancurkan hubunganmu dengan Elina, terlihat dari wajahmu yang sangat kacau sekarang."
"Tapi dengan kekuasaan yang kau miliki, lambat sekali kau mengetahui hal itu, Chris. Aku sampai tak tahan ingin.menghampirimu dan melihat baik-baik ekspresi menyedihkanmu itu." ejek Vanessa.
"Jadi kamu mengakui kaulah dalangnya?! Sudah menyuruh orang untuk membunuh Elina dan sekarang malah berusaha menciptakan keributan di keluarga Elina. Apa yang menjadi tujuanmu untuk melakukan semua ini, Vanessa?" tanyaku tidak percaya karena bisa-bisanya dia mengaku dengan begitu mudah padaku.
"Jujur, aku senang akhirnya kau mengetahui bahwa akulah yang melakukan semua ini. Kurasa kau cukup tahu akan tujuanku. Chris." kata Vanessa sambil membelai wajahku.
"Sudahlah, Chris. Lebih baik kau kembali saja denganku. Aku akan menerimamu dengan senang hati." bisik Vanessa ditelingaku.
"Jangan pernah berharap aku ingin kembali denganmu, Vanessa! Mimpimu itu terlalu besar untuk di siang bolong begini!" ujarku sambil mendorong Vanessa dengan keras.
"Hahaha..... Ya sudah kalau tidak mau. Toh aku tidak lagi mencintaimu dan akupun juga tidak terlalu berharap kau akan kembali kepadaku. Mungkin ada sedikit harapan ya, tapi selebihnya-sih tidak. Dan bila kupikir-pikir, aku rasa aku lebih ingin melihatmu hancur sehancur-hancurnya, Chris." jawab Vanessa.
"Kapan aku pernah berbuat salah denganmu, Vanessa? Seingatku tak pernah ada masalah diantara kita. Bahkan kaulah orang yang mengkhianatiku dan akupun tidak pernah menyalahkanmu. Tapi kenapa kau tiba-tiba kembali kedalam hidupku dan menghancurkan semuanya?" tanyaku marah.
"Kau mau tahu kenapa? Karena papamu adalah dalang hancurnya usaha orangtuaku, Chris. Kaulah orang penghancur kebahagiaanku! Kau sudah pasti tahu tentang Rutsell Company, kan? Perusahaan papaku yang kalian hancurkan dengan pemutusan seluruh kerja sama kita seenak perut saat kami terpuruk dan sama sekali tak memberi kami kesempatan untuk bangkit! Dan kau tahu, Chris. Karena kalian, orangtuaku terpaksa harus bunuh diri agar bisa terbebas dari utang-utang yang memililit keluarga kami." marah Vanessa.
"Aku menyesal pernah mencintai pria yang sudah menghancurkan keluargaku. Aku membencimu, Chris! Kau yang membuatku harus hidup seperti sekarang! Mencari laki-laki yang bisa kuperas agar bisa bertahan hidup. Maka terimalah pembalasanku dan nikmati penderitaan ini baik-baik, Chris!" jawab Vanessa yang tertawa dan menangis disaat bersamaan.
Rutsell Company? Aku pernah mendengar papa bercerita tentang perusahaan itu. Papa memang merasa bersalah karena telah menarik investasinya dari perusahaan milik temannya itu, tapi karena usahanya yang terus merugi menyebabkan papa mengambil keputusan untuk memutus kerja sama dengan mereka secara sepihak. Agar perusahaan kita tidak berada dalam posisi yang sulit. Dan aku tak pernah menyangka bahwa usaha itu milik keluarganya Vanessa.
"Perusahaan keluargamu itu selalu merugikan perusahaan keluargaku, Vanessa. Apapun yang kalian lakukan selalu saja merusak citra perusahaan keluargaku. Makanya jangan salahkan kami, bila kami memutuskan untuk mengambil langkah itu." ucapku.
"Semudah itu kau mengatakannya, Chris?! Kalian tidak pernah tahu usaha orangtua yang pontang-panting bahkan membanting tulangnya untuk mempertahankan usahanya. Dan kalian merusaknya dengan seenak perut kalian. Aku telah bersabar, Chris. Aku hanya meninggalkanmu tanpa melukaimu, kan? Karena aku memang pernah mencintaimu. Hahaha... Tak kusangka, perasaan kita yang kupandang berharga dengan mudahnya kau abaikan. Aku masih sangat menderita, Chris." kata Vanessa sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY
RomanceWill Always Be You "Aku?! Menikah?! Hell, no!" ‐-------------- Bertemu, dijodohkan kemudian saling mencintai dan akhirnya hidup bahagia dengan menikah? Apa memang jalan hidup dibuat segampang itu tanpa adanya lika-liku kehidupan? Tentu saja tidak. ...