BAB 7- Bad Luck

4.2K 1.4K 49
                                    

"Kau lihat ini, Elina. Dalam waktu 1 bulan pengerjaan, bangunan yang jadi hanyalah pondasi sedalam 200 meter dengan lantai 1-15. Dan kau ingin mengatakan untuk kita membangun 85 lantai dalam kurun 1 bulan terakhir. Itu seakan hal yang tidak mungkin Elina." jelas Christian sambil menunjukkan konstruksi bangunan condominium.

"Kau terlalu.... Membiarkan pekerjamu santai, Christian." kataku terbata-bata karena kesulitan berjalan diatas bebatuan yang tidak rata. Bagaimana tidak kesusahan?

Aku pikir jalannya tela dibuat dengan aspal yang halus sehingga memudahkanku untuk berjalan menggunakan sepatu Valentino-ku.

Namun, perkiraanku salah. Jalannya dipenuhi dengan bebatuan kecil yang tak beraturan dan tajam sehingga setiap menapakkan kaki, ketidakseimbanganlah yang menjadi tumpuan kakiku mengakibatkanku untuk berjalan gontai layaknya seorang yang baru pertama kali berjalan mengunakan high heels.

"Kamu kenapa Elina?" tanya Christian dengan nada khawatir sambil berbalik kearahku karena tadi dia sudah berjalan jauh didepan bersama dengan mandor bangunan sambil mengawasi pekerjaan para buruh.

"Aku hanya sedikit kesulitan berjalan. Kau tidak bisa memenuhi tenggat waktu pembangunan karena kau terlalu membiarkan pekerjamu santai, Christian." kataku mencoba terlihat kuat walaupun langkah sudah tertatih-tatih.

"Tidak bisakah kau lihat mereka telah bekerja keras setiap hari, Elina? Mereka hanya beristirahat selama 2 jam dan kau bisa-bisanya mengatakan bahwa mereka terlalu santai?" tanya Christian yang sudah berjalan kearahku dan menggengam tanganku agar aku bisa berjalan dengan seimbang.

"Sini, aku bantu kamu berjalan. Sedari tadi kau berjalan terlalu lambat dan terlihat seperti terhuyung-huyung. Lagipula, kau sudah tahu kita akan turun ke lapangan. Kenapa masih menggunakan high heels yang menyusahkanmu berjalan?" tanya Christian sambil perlahan menuntunku berjalan.

"Aku tidak menyangka bahwa jalannya masih bebatuan seperti ini." kataku.

"Kenapa kau terlihat seperti orang yang baru pertama kali turun ke lapangan? Apa memang ini adalah pengalaman pertamamu? Mana mungkin kau tidak tahu bahwa jalanan disini pastinya belum diaspal halus apabila kau sudah sering melakukan pengawasan pembangunan?" tanya Christian.

"Karena memang ini adalah pengalaman pertamaku datang langsung ke lapangan. Biasanya ini dilakukan oleh Caroline, asistenku dan bukan aku." lirihku pelan.

"Hahaha... Elina.... Elina...... Aku pikir, mulai dari sekarang kau harus banyak-banyak turun ke lapangan agar setidaknya kau sedikit tahu cara membangun sebuah bangunan." ejek Christian.

"Permisi pak, anda harus ikut saya ke belakang, ada sedikit masalah disana." kata mandor kepada Christian.

"Baiklah saya akan segera kesana, tunggu sebentar disini, okay? Aku akan segera kembali." ujar Christian lalu melepas tanganku dan mulai mengikuti mandor yang menuntunkan ke arah belakang bangunan.

Aku yang tidak ingin hanya berdiam diri dan melakukan apapun, memutuskan untuk secara perlahan mengitari bangunan sambil mengambil gambar untuk dijadikan sebagai dokumen pembangunan perusahaan.

Tanpa kusadari, pada saat aku akan menapakkan kakiku, tanpa sengaja aku menginjak salah satu kerikil tajam dengan permukaan tidak rata mengakibatkan aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan kaki yang tertekuk.

Aku memekik keras mmbuat semua orang berbalik kearahku dan terkejut melihatku telah jatuh dengan luka-luka pada tangan dan kakiku.

Aku lihat darah mulai mengalir dari telapak tanganku dan beberapa bagian di kakiku yang lecet. Namun yang paling menyakitkan bukanlah itu, melainkan pengelangan kaki kiriku yang terasa begitu sakit dibandingkan dengan sakit yang kurasakan pada bagian luka lainnya.

WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang