BAB 38- Try to Get You Again

1.8K 231 18
                                    

"Wake up, my love. Ini hari Sabtu-loh. Apa kau tidak pergi bekerja?" tanya Christian sambil sesekali mencium kening dan perutku untuk sekedar menyapaku dan kedua anaknya.

"Apa?!" sahutku kaget sambil membelalakan mataku dan langsung turun dari ranjang dan bergegas bersiap untuk bekerja.

"Hahahaha .... Tenanglah, Elina. Aku hanya sedang bergurau. Hari ini hari Minggu-kok, sayang." ledek Christian sambil tertawa.

"Kurang ajar kau, Christian! Pergi kau dari sini! Hari ini adalah satu-satunya aku bisa tidur sampai siang dan kau menganggunya dengan lelucon garingmu itu!" marahku.

"Iya .... Iya .... Aku minta maaf sayang. Bagaimana jika nanti aku mengajakmu makan siang di luar? Hitung-hitung sebagai permohonan maafku." bujuk Christian.

"Tidak mau. Pergilah makan sendiri dan jangan datang kemari lagi jika kau hanya akan mengangguku." jawabku kesal.

"Bila makan diluar kau tidak mau, makan bersamamu dirumah juga ide yang bagus." kata Christian.

"Kau pikir aku akan mengijinkanmu untuk tetap tinggal disini dan makan bersamaku?" tanyaku sarkas.

"Aku-kan disini juga tidak gratis. Jadi boleh ya ....?" goda Christian.

"Memangnya kau bayar menggunakan apa?" tanyaku.

"Menggunakan ciuman juga boleh. Aku rela menghabiskan waktuku bersamamu berdua di ranjang." jawab Christian.

"Itu kaunya yang keenakan, aku-sih malas berduaan denganmu apalagi untuk melihat wajah jelekmu itu. Rasa-rasanya sudah ingin membuatku muntah." jawabku malas sambil memutar mataku.

"Bilangnya jelek tapi hatimu berkata lain, kan? Kau juga tetap jatuh hati pada cowok yang kau katakan buruk rupa ini. Malah mungkin kau sudah ingin mendaftar menjadi budak cintaku." ledek Christian sambil tertawa.

"Itu dulu tapi sekarang berbeda. Aku tidak ingin lagi bersamamu. Hatiku sudah tertutup untukmu. Sudah sana pulang ke asalmu." kataku sambil mencoba menutupi rona mukaku yang memerah akibat perkataan Christian barusan.

"Cihh....... Asalmu juga tidak disini, Elina. Tenang saja, cepat atau lambat hatimu akan terbuka lebar untukku. Aku yakin akan hal itu." ucap Christian.

"Tidak usah banyak bermimpi. Lebih baik kau pulang daripada kau disini mengangguku bekerja. Aku masih punya banyak sekali kerjaan rumah yang harus kuselesaikan." kataku mengusir.

"Pekerjaan apa, Elina? Aku disini siap siaga membantumu mengerjakan semuanya." jawab Christian.

"Yakin bisa semua? Baiklah kalau begitu kau membersihkan semua ruangan yang ada di apartemen ini, mencuci dan memasak. Bagaimana? Bisa?" suruhku.

Dalam hati aku yakin dia pasti akan menolak karena dirinya yang tak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga. Dan dengan begitu aku langsung bisa mengusirnya dari apartemen ini.

"Baik, aku akan membantumu membersihkan apartemen." jawab Christian yang sontak membuatku kaget.

"Ya ampun! Rencanaku gagal!" teriakku dalam hati. Kenapa dia mau-sih? Padahal-kan aku hanya bermaksud untuk membuatnya pulang saja. Yang adanya sekarang aku akan terjebak dengan dirinya lebih lama lagi.

"Elina! Elina!" panggil Christian sambil melambaikan tangan dihadapanku yang membuatku tersentak.

"Kenapa?! Rencanamu gagal?" tanya Christian sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Rencana? Rencana .... Apa yang kau maksud?" tanyaku terbata-bata berusaha menutupi kebohonganku.

"Kau pikir aku tidak tahu, Elina. Kau hanya ingin mengusirku menggunakan alasan itu, kan? Kau menganggap pastinya aku akan menolak karena aku yang tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah dan diriku yang tak becus kerja rumah tangga. Iya, kan?" ledek Christian.

"Tidak. Aku tidak pernah berpikiran seperti itu. Kalau memang kau mau membantu, sana buktikan perkataanmu. Jangan hanya asal bicara saja." tantangku berusaha untuk tetap tenang walau apa yang dikatakan Christian 100% benar adanya.

"Tentu, Elina. Aku laki-laki yang bertanggung jawab dengan ucapanku. Tapi boleh tidak kalau yang masak kau saja?" tanya Christian.

"Kenapa?" tanyaku berpura-pura tidak tahu.

"Kau tahu sendiri-kan aku tidak bisa masak, Elina. Kalau memang kau rela untuk makan makanan gosong-sih aku tidak masalah untuk memasak. Tapi-kan kasihan dengan petani yang sudah capek-capek memetik sayur, peternak yang......." jawab Christian sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Cukup-cukup! Ya sudah kalau begitu, kau bersih-bersih saja." potongku. "Hitung-hitung hari ini kerjaanku lebih sedikit dari hari biasanya." pikirku sambil tersenyum.

Christianpun hanya tersenyum sambil telah menatapku lama sehingga hal itu membuatku merasa risih dan akupun berkata, "Apa-sih? Jangan menatapku begitu!"

Christian hanya mengelengkan kepalanya sambil tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca membuatku merasa bingung. "Apa ada yang salah dengan ucapanku?" tanyaku dalam hati.

"Hey! What's wrong with you?" tanyaku.

"Peluk aku, Elina." jawabnya sambil memelukku.

"I'm okay. Aku hanya merindukan kita yang seperti begini." lanjut Christian. Akupun hanya bisa terdiam lalu melepaskan pelukannya selang beberapa detik dan mengatakan, "Ayo, bekerja!"

---------------------

"Apa kau tidak lelah mengerjakan semua pekerjaan rumah ini sendiri, Elina? Kau-kan harus bekerja setiap hari dan sedang hamil besar." tanya Christian yang terlihat lelah menyapu ruang tamu dan sedangkan diriku sedang memasak untuk makan siang.

"Mau bagaimana lagi, Christian? Kalau aku tidak bekerja maka aku tidak punya cukup uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Kurasa aku belajar untuk terbiasa dengan rutinitas ini. Dan aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikanku kedua janin yang kuat." kataku santai ambil memasak ayam di teflon.

"Dua janin? Kau hamil anak kembar?" tanya Christian.

"Ehmm..... Iya..... Aku hamil anak kembar." jawabku acuh tak acuh.

"Berarti aku akan langsung memiliki 2 anak sekaligus? Wow Elina. Aku tidak percaya kau menutupi satu lagi informasi penting bagi diriku." kata Christian sarkas.

"Aku kira kau sudah mengetahui hal ini. Kau-kan punya banyak mata-mata." ucapku sambil mengendikkan bahu.

"It's okay, Elina. Yang penting sekarang aku sudah tahu dan kau menambah alasanku untuk tidak bisa meninggalkanmu seorang diri." potong Christian.

"Maksudmu kau mau tetap tinggal disini selamanya?" tanyaku.

"Iya .... Tentu saja, Elina. Aku tidak mungkin meninggalkan kalian bertiga seorang diri. Aku sering mendengar kehamilan anak kembar memperbesar kemungkinan komplikasi. Hal itu tak pernah kuharapkan terjadi padamu ataupun calon anak-anakku." jawab Christian.

"Tapi .... Orang-orang tahu bahwa aku masih berstatus lajang Christian. Dan dengan kamu yang tinggal disini, aku takut menimbulkan fitnah." sanggahku.

"Fitnah apalagi, Elina? Perutmu saja sudah sebesar ini, tidak mungkin orang mengira kau hamil tanpa ada yang membuahi, kan? Lagipula kita resmi telah menikah. Jadi jangan cari-cari alasan begini." kata Christian kesal.

"Masalahnya disini aku bukan lagi Eliana Rose Johnson melainkan Han Ye Eun, Christian. Seorang gadis yang hamil diluar nikah." jawabku.

"Kalau begitu, kita pulang sekarang. Kita kembali ke New York." putus Christian.

"Aku tidak mau, Christian. Lagipula kita akan bercerai setelah anak ini lahir. Aku tidak mau kembali bersama dirimu." tegasku yang sontak membuat raut wajah Christian berubah menjadi kecewa.

"Apa kau benar-benar tidak ingin kembali dengan diriku, Elina?" tanya Christian kecewa.

"Maaf, Christian. Tapi aku belum bisa mengubah keputusanku." jawabku pelan.

"Sudah dulu menyapunya, setelah makan saja kita lanjutkan. Tidak enak kalau kita makan makanan yang sudah dingin." lanjutku sambil membawa piring berisikan makanan yang baru selesai kumasak.

"Baiklah." angguk Christian pasrah lalu berjalan kearah meja makan dan kemudian duduk dihadapanku.

"Mungkin dia telah menyerah." pikirku.

WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang