"Vanessa? Kenapa dia ingin mencoba membunuhku?" tanyaku bingung.
"Aku juga tidak tahu alasannya kenapa dia melakukan hal itu. Yang kuketahui adalah dia telah menyuruh orang untuk membunuhmu dan anak kita dengan imbalan uang yang tak seberapa dan bodohnya Ha Neul mau melakukan hal itu dengan iming-iming dia bisa menjadi orang kaya." jawab Christian dengan nada sedikit marah.
"Ha Neul? Dia bukannya orang yang dulu kau suruh menjadi sopirku saat kita berada disini?" tanyaku berharap dugaanku salah.
"Iya. Lee Ha Neul. Orang yang pernah kupercayai untuk membawamu kemanapun yang kau inginkan malah sekarang menjadi orang yang membahayakan keselamatanmu." jawab Christian marah.
"Tidak mungkin dia, Christian. Dia adalah orang yang sangat baik. Aku tahu memang dia sedang butuh uang tapi dia bukan orang yang rela membunuh demi uang." belaku.
"Tidak mungkin apanya, Elina. Dia telah mengakui perbuataannya dan bahkan berusaha melarikan diri setelah dia membunuhmu. Bukti sudah ada didepan mata jadi untuk apa lagi kau ingin membelanya. Aku tahu kau punya hati yang baik, Elina tapi jangan terbodohi dengan tampangnya. Dan untuk apa kau membela dia? Memangnya kau punya hubungan apa dengannya?" ujar Christian mencurigai sikapku yang terlalu membela Ha Neul.
"Aku tidak punya hubungan apa-apa dengannya, Chris. Aku hanya membelanya karena aku pernah mengenalnya sebelum kejadian ini dan aku yakin dia bukan orang seperti itu." kataku beralasan.
"Semua orang bisa berubah, Elina. Bahkan orang yang baik sekalipun, bisa saja langsung berubah menjadi orang yang paling keji didunia ini saat uang sudah ditawarkan pada mereka. Makanya jangan terlalu percaya sama orang. Nanti bila kau terlalu percaya dan dikhianati seperti sekarang, jadinya kau juga yang sakit hati." ucap Christian.
"Bila aku tidak mempercayaimu, maka aku juga tidak akan memberikanmu kesempatan kedua, Christian." ujarku emosi.
"Aku tidak pernah berusaha untuk membunuhmu Elina! Hal tersebut tidaklah sama! Apa menurutmu wajar menyamakanku dengan pembunuh itu?" tanya Christian marah.
"Bukan begitu maksudku, Chris. Aku hanya...." ucapku.
"JIka memang aku bisa memperbaiki kesalahanku dengan memberikan pelajaran yang setimpal pada Vanessa, maka aku dengan senang hati melakukannya, Elina. Aku akan membuktikan padamu bahwa aku hanya mencintaimu dan perasaanku pada Vanessa hanya tinggal rasa benci. Kaulah yang terutama bagiku, tidak ada yang lain." ucap Christian.
"Tidak usah, Chris. Aku tidak memintamu untuk melakukan itu. Sama seperti diriku yang memberimu kesempatan kedua untuk berubah maka hal itu juga sama berlaku pada Vanessa. Aku tahu dia sekarang hanya salah langkah dan bila kita melakukan hal yang sama kepadanya, apa bedanya kita dengan dirinya? Janganlah kita membalas kejahatan dengan kejahatan, Christian. Mungkin dengan kebaikan, kita bisa melihatnya berubah." jelasku.
"Tapi aku bukanlah pria pemaaf, Elina. Bagaimana jika nanti dia mencoba untuk melukaimu lagi? Aku tak mau lagi mengulangi kejadian itu, Elina." sanggah Christian.
"Kalau memang dia masih berulah, baru nanti kita pikirkan lagi, Christian. Untuk saat ini kita cukup fokus untuk merawat Quin dan Al. Mereka lebih membutuhkan kita sekarang. Aku sudah memaafkannya dan aku ingin kau juga berusaha melakukan hal itu." tegasku.
"Aku tak bisa memaafkannya, Elina. Aku cuma bisa berjanji untuk tidak membalas perbuatannya dengan menyakiti dirinya asalkan dia tahu diri untuk tidak menyentuh kita lagi." ujarnya. Dalam hati Christian berkata, "Biarlah Ha Neul menjadi peringatan terakhir untuknya."
"Sudahlah, jangan bahas dia lagi. Karena aku sudah mengikuti kemauanmu, maka kau juga harus mengikuti syaratku kali ini." kata Christian mencoba bernegoisasi dengan diriku.
"Apa lagi kau inginkan dariku?" tanyaku malas karena aku yakin dirinya pasti akan meminta yang macam-macam kepadaku.
"Ubah panggilanku menjadi sayang." jawab Christian sambil tersenyum.
"No way! Panggilan "Sayang" terdengar sangat cringey ditelingaku. Mengapa kau tidak suka sekali kupanggil Christian-sih?" tanyaku.
"Karena kita sudah menjadi suami istri, sayang. Mana ada suami istri yang memanggil satu sama lain dengan panggilan nama? Tidak ada, kan. Makanya aku juga ingin kita melakukan hal yang sama." jelas Christian.
"Tapi memanggilmu dengan sebutan sayang terdengar sangat aneh ditelingaku, Chris." ucapku.
"Kalau begitu, "Daddy" atau "Honey" juga boleh." saran Christian.
"No! You're not my daddy, Chris. Aku panggil kau Chris saja, okay?" ujarku.
"Pokoknya bukan nama, sayang. Kalau kau tidak ingin memanggilku "Daddy", panggilan "Baby" juga terdengar bagus. Aku siap untuk menjadi keduanya untukmu." ucap Christian sambil menyeringai.
"Okay, I'll try to call you "Baby", Chris." jawabku pasrah.
"Setiap panggilan "Christian", you have to kiss me in the lips 5 times." putus Christian.
"Mana bisa begitu?!" kesalku.
"Do it or Vanessa yang akan menerima hukumannya?" tanya Christian.
"Kenapa aku yang harus berkorban demi menyelamatkan satu orang yang sudah berusaha membunuhku?" tanyaku dalam hati.
"Okay, okay. I'll do it, Christian." ucapku.
"Kau memanggilku dengan nama yang salah, sayang." ujarnya sambil tersenyum mesum.
"Jadi sekarang aku harus menciummu sekarang?" tanyaku gugup.
"Yes, baby. Lakukan sekarang atau i'll make you do it." ancam Christian.
Dengan rasa gugup yang mulai menjalar ditubuhku, akupun mendekatkan badanku kearah Christian lalu secara perlahan aku mulai memperpendek jarak antara kita lalu mulai mencium bibirnya.
Saat aku berusaha untuk melepaskannya, Christian menahannya dengan menaruh tangannya dibagian kepala belakangku sehingga aku tak mampu berbuat apa-apa. Setelah beberapa menit berusaha untuk mendorongnya akhirnya Christianpun melepaskan tangannya dari kepalaku lalu tersenyum dengan sangat mesum sambil berkata, "4 kali lagi, sayang."
"Sumpah! Christian akan menjadi alasan mengapa hidupku takkan panjang lagi." kataku dalam hati sambil mengelengkan kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY
RomanceWill Always Be You "Aku?! Menikah?! Hell, no!" ‐-------------- Bertemu, dijodohkan kemudian saling mencintai dan akhirnya hidup bahagia dengan menikah? Apa memang jalan hidup dibuat segampang itu tanpa adanya lika-liku kehidupan? Tentu saja tidak. ...