Christian's POV
"Hi, Christian. Long time no see." sapa wanita itu yang sontak membuat Christian terdiam mematung.
--------------
"Vanessa." kagetku. Wanita sialan itu. Untuk apa lagi dia menemuiku?
"Untuk apa kau kesini, Vanessa?" tanyaku malas.
"Aku hanya ingin datang menemui teman lamaku. Apa itu salah?" tanya Vanessa santai.
"Sudahlah jangan banyak beralasan, Vanessa. Jika memang kau tidak ada urusan denganku, lebih baik kau pergi sekarang." ucapku yang mulai kehilangan kesabaran.
"Aku merindukanmu, Christian. Apa kau juga tidak merindukanku?" tanya Vanessa dengan tatapan menggoda membuatku ingin muntah.
"Sampai kapan-pun aku tidak akan merindukanmu, Vanessa. Aku inginnya kau jangan muncul lagi dihadapanku." tegasku.
"Jangan begitu, sayang. Kau melukai perasaanku. Aku disini karena aku menyesal telah meninggalkanmu. Aku sadar sekarang, Christian. Aku masih begitu mencintaimu."
"Hatiku seperti hanya tercipta untukmu. Sebagaimanapun aku mencoba melupakan perasaan ini, aku takkan pernah bisa karena kau-lah satu-satunya pria yang kucintai, Christian." kata Vanessa sambil mendekat kearahku dan berusaha untuk mencium dan memelukku namun berhasil kuhindari.
"Apa-apaan kau ini, jalang! Jangan pernah mencoba mendekatiku lagi atau aku tidak akan segan-segan berbuat kasar kepadamu, Vanessa! Ingat itu!" bentakku penuh kebencian.
"Kau tidak perlu bersikap seperti ini, Christian. Aku tahu sebenarnya kau juga masih ada perasaan denganku. Bahkan aku juga tahu kau tidak benar-benar mencintai istrimu, kan? Kau hanya menggunakannya untuk bisa melupakanku." kata Vanessa berusaha menggodaku.
"Percaya diri sekali kau, Vanessa. Kau pikir aku mau sama wanita murahan seperti dirimu? Bahkan Elina jauh lebih baik daripada dirimu. Kau hanyalah sampah yang harus dihilangkan dari muka bumi ini." kataku sambil berusaha mengusirnya.
"Kau mengatakan aku sampah namun apakah hatimu juga menganggapku seperti itu? Tidak, kan. Malah mungkin dalam hatimu itu, aku jauh lebih berharga dari semua yang kau miliki sekarang." ujar Vanessa.
"Kau hanya memuji dirimu sendiri, Vanessa. Sampai kapan-pun, kau hanyalah sebuah parasite yang harus kujauhi dan kubasmi. Aku sangat bersyukur kau mengkhianatiku dulu. Sebab kalau tidak, kupikir aku adalah laki-laki terbodoh yang mau disandingkan dengan wanita yang paling hina di bumi ini." tegasku.
"Bukankah dulu kau yang mengatakan akan selalu mencintaiku?" tanya Vanessa dramatis.
"Heh? Jangan mimpi kau Vanessa! Kau tidak lebih dari seorang pelacur." ujarku kasar sambil tersenyum sarkas.
"Pulanglah, Vanessa. Daripada aku memanggil security untuk mengusirmu dari sini." lanjutku.
"Aku tidak mau pulang, Christian. Kali ini aku tidak akan menyerah lagi. Aku tahu kau tidak mencintai istrimu."
"Dan aku juga tidak butuh status sebagai seorang istri karena aku sadar hal itu dapat mempengaruhi citra publikmu. Aku hanya ingin bersamamu, Christian." rengek Vanessa.
"Sadarlah, Vanessa. Aku sudah menikah dan aku mencintai istriku. Kau hanyalah masa lalu yang ingin kuhapus. Jadi jangan harap aku mau kembali denganmu."
"Sebelum kubuat kau kehilangan harga dirimu disini, aku sarankan lebih baik kau pulang. Aku tidak ingin lagi mendengar semua tipu muslihatmu itu, Vanessa." tegasku.
"Kau akan menyesal telah melepaskanku, Christian. Akan kupastikan istrimu tidak jauh lebih baik daripada diriku." ujar Vanessa dengan mata yang berkaca-kaca penuh dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY
RomanceWill Always Be You "Aku?! Menikah?! Hell, no!" ‐-------------- Bertemu, dijodohkan kemudian saling mencintai dan akhirnya hidup bahagia dengan menikah? Apa memang jalan hidup dibuat segampang itu tanpa adanya lika-liku kehidupan? Tentu saja tidak. ...