"Menurutmu yang mana yang bagus?" tanyaku pada Christian sambil menunjukkan 2 baju bayi dengan pilihan warna kuning dan biru.
"Beli saja keduanya kalau kau suka, Elina. Lagipula nantinya kita akan memiliki 2 anak. Kan lebih bagus jika mereka mempunyai baju kembaran." ujar Christian.
"Tidak mau, Christian. Baju untuk princess kita tentu harus berbeda. Mereka itu berbeda jenis kelamin, tentu style baju mereka juga harus berbeda." tolakku.
"Sayang, mereka berdua itu masih bayi. Mereka tidak akan peduli dengan pakaian apa yang mereka kenakan. Yang paling penting kainnya tidak membuat gatal kulit mereka dan anak-anak kita bisa nyaman mengenakannya." bela Christian.
"Christian, mengapa kau terlihat seperti acuh tak acuh begini? Aku hanya ingin anak-anak kita tampil yang terbaik, tapi kau malah ingin memilihkan baju yang sembarangan untuk mereka." kataku kesal dengan sikapnya yang seakan malas untuk memilihkan baju si kembar.
"Sayang, aku bukannya acuh tak acuh. Tetapi kau sudah bingung memilih antara dua baju ini selama 2 jam. Apa kau tidak sadar semua pelanggan telah melihat kita berdua dengan raut wajah yang aneh?" tanya Christian.
"Mengapa kau peduli sekali dengan reaksi pelanggan yang lain tapi tidak denganku? Aku juga disini butuh perhatianmu. Biarkan saja mereka melihatku dengan wajah yang aneh. Lagipula aku tidak menggunakan uang mereka untuk membelikan baju untuk anak kita. Tidak juga menganggu mereka dengan suaraku. Jadi untuk apa kita memperdulikan mereka?" tanyaku kesal.
"Ohhh.... Kau hanya mencari alasan saja ya? Kau sudah lelah-kan berbelanja dengan diriku dan ingin segera pulang? Atau kau memang tidak ingin diribetkan dengan semua urusan mengenai anak kita?"
"Sikapmu yang seperti ini sangat mudah membuatku salah paham, Christian! Memangnya kau ingin tidak-sih memiliki anak ini bersamaku? Kau mengatakan kau menginginkan anak kita tapi perbuatanmu seakan tak pernah membuktikan hal itu." marahku.
"Bukan begitu, Elina. Kau salah paham." bela Christian.
"Permisi, saya lihat kalian sedari tadi bingung memilih baju bayi yang ingin kalian beli. Mungkin saya bisa membantu kalian untuk merekomendasikan barang-barang mana yang bagus untuk dibeli?" tawar salah satu pelayan perempuan yang ada di toko perlengkapan bayi.
"Boleh." ujar Christian dalam Bahasa Inggris.
"Baju yang ditangan ibu itu adalah baju dengan kualitas bahan yang terbaik. Mungkin saya bisa ambilkan warna-warna lainnya. Apakah ada preferensi warna yang kalian inginkan?" tanya wanita itu.
"Pink dan hitam." jawabku singkat.
"Baik kalau begitu saya ambilkan terlebih dahulu. Apa kalian masih butuh peralatan bayi lainnya?" tanya wanita itu.
"Iya, saya butuh semua peralatan bayi yang terbaik yang pernah dijual di toko ini. Untuk biaya saya tidak mempermasalahkannya." jawab Christian.
"Christian, apa kau yakin? Kita disini hanya untuk beberapa bulan saja. Tidak perlu membeli semua keperluan bayi sekarang." ujarku mempertanyakan keputusan Christian.
"Aku hanya ingin yang terbaik untuk anak kita, Elina. Kalau memang nanti ada yang kurang, kita baru membelinya lagi di New York. Tapi untuk sekarang, anak kita harus mendapatkan semua kebutuhannya secara lengkap dan tentu dengan kualitas barang yang tinggi." jelas Christian.
"Baiklah kalau begitu kalian bisa langsung ke kasir untuk melakukan pembayaran selagi saya mengambilkan barang itu untuk kalian. Mari saya antarkan ke kasir." ujar pelayan itu sambil mengarahkan kami ke kasir.
"Semuanya 2 juta won." ujar wanita yang berprofesi sebagai kasir di toko ini.
"Pastikan semuanya hanya yang berkualitas tinggi." ucap Christian datar sambil memberikan kartu black card-nya.
"Tentu saja, tuan. Anda sangat beruntung, nona. Bisa mendapatkan kakak yang setampan dan seperhatian tuan yang ada dihadapan saya ini sekarang." ucap kasir itu kepadaku dalam Bahasa Korea yang langsung membuatku bingung.
"Sejak kapan Christian menjadi kakakku?" pikirku. Ahh.... Aku tahu. Pasti wanita ini ingin mendekati Christian karena dia berpikir Christian masih lajang dan aku bukanlah istri Christian melainkan adiknya.
Christian yang menyadari perubahan raut wajahku langsung berbisik ditelingaku sambil berkata, "Apa yang dikatakan wanita itu sampai kau terlihat marah begini?"
"Tebak saja apa yang dikatakannya." kataku marah.
"Dia pasti mengira aku kakakmu dan berencana untuk mendekatiku, kan?" tanya Christian sombong.
"Jadi, apa yang kau akan tunjukkan sebagai reaksi saat aku mengatakan bahwa kasir itu memang berpikiran seperti itu?" tanyaku kesal.
"Ini." kata Christian sambil menarik pinggangku dan menciumku dengan lembut. Aku yang kaget hanya bisa membulatkan mataku dan termangu diam ditempat tanpa ada reaksi apa-apa. Kasir itu hanya bisa melongo terkejut melihat Christian yang melakukan PDA didepannya
"Bagaimana? Apa kau puas dengan reaksiku?" tanya Christian saat dirinya sudah tak lagi menciumku.
"Ehmmm....." hanya itulah kata-kata yang bisa keluar dari mulutku.
"Kurasa kau sangat puas dengan apa yang kulakukan kepadamu dihadapan kasir itu." ujar Christian sambil tersenyum.
"Can you please hurry? My wife is tired." tanya Christian.
"Ohh yeah....." ujar kasir itu kelabakan.
"I'm sorry to say this, tetapi lelaki yang dihadapanmu ini adalah suamiku dan bukan kakakku. Jadi jangan pernah berpikir untuk bisa mendekatinya, okay?" kataku santai dalam Bahasa Korea sambil mengambil kartu black cardChristian dari tangan kasir itu lalu berjalan keluar sambil menggandeng mesra tangan Christian dan membiarkan Ronald untuk mengangkat semua belanjaan kita.
"Don't ever try me, dude." ucapku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY
RomanceWill Always Be You "Aku?! Menikah?! Hell, no!" ‐-------------- Bertemu, dijodohkan kemudian saling mencintai dan akhirnya hidup bahagia dengan menikah? Apa memang jalan hidup dibuat segampang itu tanpa adanya lika-liku kehidupan? Tentu saja tidak. ...