BAB 9- Frenemy

3.4K 1.2K 60
                                    

"What the hell are you doing here, Christian?!" tanyaku sedikit meninggi saat pintu telah kubukakan untuknya.

"I come for you, Elina." jawab Christian dengan percaya diri.

--------

"Darimana kau bisa tahu tentang alamat rumahku? Kurasa aku tidak pernah memberitahumu hal itu." kataku menghalanginya untuk masuk.

"Begitu banyak cara didunia ini, Elina. Dan untuk menemukan rumahmu adalah hal yang cukup mudah bagiku." kata Christian dengan percaya diri.

"Jadi apa yang ingin kau lakukan dirumahku?" tanyaku mengintrogasi.

"Tidak ada, aku hanya ingin menjagamu sekaligus membantumu, Elina. Apalagi diriku tahu kau tinggal sendiri." jawab Christian.

"Darimana kau tahu aku tinggal sendiri disini?" tanyaku.

"Hari ini pembantumu sedang tidak ada dirumah, kan? Dia pulang karena anaknya sakit?" katanya berbalik tanya kepadaku.

"Apa kau menguntitku?!" tanyaku tidak percaya.

"Bukan aku yang menguntitmu, tetapi orang suruhanku yang melakukannya." jawabnya bercanda.

"Sudahlah Elina, tidak perlu marah-marah begitu. Tenanglah, jangan khawatir informasimu aman ditanganku."

"Lagipula aku juga tidak akan memakai informasimu untuk hal-hal yang dapat menyakitimu ataupun menjualnya." lanjutnya sambil tertawa.

"Kau benar-benar tidak bisa dipercaya, Christian." lirihku sambil sedikit marah karena dia telah menggali informasiku tanpa sepengetahuanku.

"Ini aku berikan untukmu." kata Christian sambil memberiku lagi sebuket bunga yang dibungkus kertas pink dan pita gold. Namun kali ini ada yang berbeda dia bukan memberiku tulip melainkan bunga krisan.

"Krisan? Bukan tulip?" tanyaku.

"Aku tahu kau menyukai bunga tulip hanya saja menurut penjaganya, Bunga krisan memiliki arti yang bagus untuk orang sakit. Dengan memberimu ini, dikatakan bahwa aku mengharapkan dirimu bisa lekas sembuh." jelas Christian.

"Terima kasih, Christian. Omong-omong, dari sejak pertama kita bertemu, kau selalu memberiku bunga. Apa kau memiliki toko bunga atau kau sudah beralih hobi jadi perangkai bunga?" tanyaku bercanda.

"Aku adalah lelaki sejati, okay? Tidak pernah hobi merangkai bunga ataupun punya cita-cita membuka toko bunga."

"Aku hanya berpikir bahwa setiap wanita pasti menyukai bunga, apalagi dengan diriku tahu kau menyukai tulip. Jadi kuberikan kau bunga dengan harapan kau senang dengan pemberianku." jawab Christian sambil tertawa pelan.

"Aku menyukainya, Thanks Christian." jujurku.

"Apa kau tidak mengizinkanku masuk? Kita sudah disini selama hampir 30 menit, lebih tepatnya aku yang sudah berdiri disini selama 30 menit." tanyanya.

"Apabila aku tidak mengizinkan?" tanyaku penasaran dengan jawabannya.

"Maka aku akan masuk dengan paksa. Lagipula aku telah membawakan makanan untukmu, karena aku yakin kau belum makan malam, kan?" kata Christian yang langsung saja masuk.

"Memangnya kau bawa apa?" tanyaku berjalan masuk karena tidak mau memulai perdebatan dengan tidak mengizinkannya masuk.

"Junk Food Time!" teriak Christian.

"Apa?!" kataku dengan raut wajah aneh.

"Aku tidak suka makan junk food, Christian." jawabku segera.

WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang