Jangan lupa vote dan komen yah hehe. Maaf kalo ada typo.
Happy reading..
'Sering kali cinta menuntut seseorang untuk terus berjuang. Tapi jika hanya satu saja yang berjuang, sedang yang satu memaksa tak ingin lagi tinggal. Bukankah seharusnya perpisahan adalah jalan terbaik saat itu?'
~MOVE~
🔛➰➰➰➰➰➰🔛
Malam ini, kami sedang berada di sebuah cafe yang biasa kami singgahi jika kami sedang sama-sama memiliki waktu luang. Yah, lebih tepatnya jika Kevin yang sedang memiliki waktu luang. Karna diantara aku dan Kevin, hanya dia yang hampir tidak pernah memiliki waktu luang untuk hanya sekedar menghabiskan malam minggu bersama, seperti yang dilakukan oleh sepasang kekasih lainnya.
"Kamu kenapa ngeliatin jam tangan terus sih Vin?" Tanyaku saat aku mulai merasa tidak nyaman melihat Kevin seperti sedang di kejar deadline.
Kevin sedikit tersentak saat dengan tiba-tiba aku membuka suara.
"Hah? Nggak kok. Lama banget sih makanan kita dateng,""Baru juga di pesen Vin.." aku menjawab dengan nada jengah. bagaimana tidak, belum lewat lima menit kami memesan makanan dan Kevin sudah gelisah seperti ini.
Kevin hanya berdecak sebal dan memilih untuk membuka ponselnya sembari menunggu pesanan tiba. Sedangkan aku yang melihat itu hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepala.
Aku sebenarnya tidak mau asal menuduh karena kecurigaanku yang tiba-tiba saja muncul di kepala ketika melihat Kevin berlaku seperti tadi. Tapi kalau boleh jujur, aku takut, bagaimana jika yang membuat Kevin gelisah ternyata bukan pesanan kami, melainkan ada hal lain. Hal yang sebelumnya sempat beberapa kali ia lakukan dan membuat hatiku berkali-kali merasakan sakit.
Tapi sesegera mungkin ku tepis rasa kecurigaanku. Kevin sudah berjanji kepadaku, bahwa ia sudah benar-benar menyesalinya. Dan aku mencintainya, tidak ada alasan untukku tidak mempercayainya. Karna bagaimana pun, Kevin sudah meminta maaf, dan dia berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
"Nah itu pesanan kita!" Aku berseru saat melihat pesanan kami akhirnya tiba.
Kami menikmati makanan masing-masing sembari bercakap-cakap sedikit. Maaf, tapi lebih tepatnya hanya aku yang selalu membuka suara lebih dulu.
"Vin cobain spaghetti aku deh, enak banget sumpah," Ucap ku sembari menyuapkan makanan ku pada Kevin.
"Duh.. apaan sih Aruna, malu diliatin oranggg." Kevin mengelak. Mungkin benar, aku terlalu berlebihan kali ini.
"Iya maaf. Ya udah kalo gitu cobain green tea aku aja, enak banget beneran!" Kali ini minumanku yang aku sodorkan pada Kevin, dan tidak mungkin ini membuat Kevin malu lagi kan.
"Udah deh Run, cepetan diabisin aja makanannya." Lagi-lagi Kevin menolak. Membuat ku sedikit kecewa dengan perubahan sikapnya saat ini. Sangat berbeda di bandingkan beberapa bulan yang lalu, saat dimana kami baru menjalin hubungan. Dan saat ini hubungan kami sudah hampir berjalan delapan bulan lamanya. Tentu saja banyak lika liku yang kami lewati selama itu, salah satunya juga termasuk yang aku ceritakan tadi, tentang sebab mengapa kecurigaanku tiba-tiba muncul.
"Emangnya kamu mau kemana sih Vin? Kan kita baru aja keluar.." Tanyaku dengan wajahku yang mungkin sudah terlihat memelas sekarang.
Belum sempat Kevin menjawab pertanyaanku, sebuah suara dengan lantang memanggil Kevin dari arah pintu Masuk cafe.
"Kevin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...