10 - kedai kopi Tino

818 66 2
                                    

Vote dan komennya jangan lupa yaa. Mau ngucapin makasih banget buat kalian yang mau komen, hehe^^

Happy Reading...





'Untuk di cintai sekitar gak harus jadi orang lain, cukuplah jadi diri sendiri aja.'

~Samudra~

⬇️⬇️⬇️



"Lama banget Run, boker lo?" Tanya Lexa saat aku berhasil mendudukan diri di salah satu kursi kantin.

"Nggak. Tadi aku di cegat sama Darel." Jawabku seraya melihat meja yang masih kosong. Ternyata mereka belum memesan apa-apa.

"What?!"

"Apa?!" Seru Cut dan Lexa serempak.

"Loh, kalian belum pesen apa-apa?" Tanyaku, tak menghiraukan rasa terkejut mereka.

"Kenapa dia nyegat lo Run? Lo gak di apa-apain kan sama dia?" Wajah Lexa mulai panik. Begitu juga dengan Cut seraya mangguk-mangguk menatapku.

Aku berdecak sebal,"kenapa kalian belum pesen apa-apa sih? Huhh jadi harus antri pesenan, kan lama." Lagi-lagi aku tidak menghiraukan ucapan mereka.

"Runaaa.." Cut mulai jengah.

"Iya iyaaaa. Tadi Darel maksa mau minta nomor WhatsApp aku,"

"Terus lo kasih?" Tanya Lexa.

"Ya nggak lah."

"Huhh.. bagus lah." Lexa menghela nafas lega.

"Kayanya Darel tuh orangnya nyebelin gak sih?" Tanya Cut.

"Gue yakin, dia orangnya lebih-lebih dari nyebelin. Dia pasti bukan cowok baik." Timpal Lexa.

"Ya udah dari pada ngurusin Darel, mending sekarang pesen makan deh." Aku menyela. Saat ini perutku lebih penting dari pada Darel.

"Iya juga sih. Gue yang pesen. Makanannya samain aja ya?" Tukas Lexa seraya beranjak dari kursi. Lalu aku dan Cut pun hanya mengangguk patuh.

***

Saat ini aku sedang duduk di halte bus, menunggu bus selanjutnya tiba. Sebenarnya tadi Lexa mengajakku untuk pulang bersamanya, tapi aku menolak. Tidak enak jika terlalu sering pulang bersamanya, karna arah rumahku dan Lexa sebenarnya tidaklah sama. Kalau Cut jangan di tanya, kita sudah sama-sama tau jawabannya. Benar, dia sudah pulang bersama seorang cowok di sekolah yang entah itu adalah pacar, gebetan, atau.. mantannya mungkin.

Lalu sebuah mobil yang sepertinya tidak asing di mataku tiba-tiba saja berhenti tepat di depan halte. Tak lama menunggu, sang empu akhirnya membuka pintu, dan ku dapati Samudra keluar dari sana. Aku pandangi gerak-gerik dia yang sepertinya sedang berjalan menghampiriku. Dan benar saja, dia tengah mendekatiku.

"Lo nunggu bus?" Tanyanya yang kini tengah berdiri di hadapanku. Dahiku mengernyit mendengar pertanyaannya barusan.

"Ya iyalah, masa nunggu becak." Dia terkekeh pelan kemudian mengangguk. Astaga, sepertinya baru kali ini aku menatap Samudra saat tersenyum. Tapi.. dia tampan juga kalau di perhatikan. Ah, apa-apaan sih aku. Udah gila ya?

"Kayanya hari ini gue bakal nagih utang deh," Ujarnya. Aku terkejut, kenapa tiba-tiba sekali, ya Tuhan.

"Kenapa tiba-tiba banget sih? Uang aku kayanys gak cukup Sam.." Aku menjawab seraya memperdalam kerutan di dahiku.

MOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang