'Jalani aja prosesnya. Karna suatu saat, orang yang tepat bakal dateng dari arah yang gak akan pernah kita duga'
-Samudra
-play-
Awkward. Seperti itulah kira-kira suasana di dalam aula yang lumayan luas saat ini. Aku hanya fokus menyapu lantai yang di penuhi debu karna sudah beberapa bulan aula ini tidak di pakai. Sedangkan Kevin terlihat sama, fokus membersihkan kaca jendela tanpa berniat menegurku sama sekali. Dan tidak henti-hentinya aku beri tahu bahwa aku. Sangat. Benci. Suasana. Seperti. Ini.
Sudah hampir satu jam kami tidak bicara satu sama lain, selain Kevin yang beberapa menit lalu menyuruhku untuk mengepel lantai aula, sedangkan dia yang memutuskan akan membersihkan toilet sendiri. Lalu aku pun menyetujuinya.
Lalu saat aku sedang mengepel lantai yang sebentar lagi akan selesai, tiba-tiba Kevin masuk ke dalam aula. Aku hampir saja marah kalau tidak segera melihat kedua kakinya yang ternyata melepas sepatunya saat itu. Kemudian dia mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang tak jauh dari tempatku berdiri seraya terengah-engah.
Dia masih saja diam, sedangkan aku melakukan hal yang sama juga seraya tetap melanjutkan aktifitas mengepelku. Lalu saat aku memutuskan untuk melirik sekilas pada Kevin, ternyata tak sengaja aku mendapati dia tengah memandang ke arah ku juga. Astaga, apa dari tadi dia memperhatikan aku? Tak lama setelah itu dia memilih untuk membuka suara
"Capek ya Run?" Tanyanya. Namun aku memilih mengangguk saja, tanpa berniat mendongak untuk menatapnya.
"Aruna?" Dia malah memanggiku sekarang. Tapi aku tidak mau melihat wajahnya, jadi ku putuskan untuk mengiyakannya saja tanpa menatapnya dan hanya fokus mengepel lantai.
"Iya."
"Aruna?" Aku menghela nafas berat saat lagi-lagi dia memanggilku. Lalu dengan terpaksa kini aku memutuskan untuk mengangkat wajahku dan menatapnya.
"Apa?" Tanyaku yang kini telah menghentikan aktifitasku.
"Eumm, aku mau tanya sesuatu," pungkasnya.
"Tanya aja." Jawabku. Lalu melanjutkan kembali aktifitas mengepelku.
"Aku denger-denger ada anak baru di kelas kamu yang suka sama kamu ya?" Tiba-tiba saja tanganku berhenti bergerak. Apa secepat itu kabar tentang ku beredar di sekolah? Kenapa aku selalu menjadi sorotan saat di sekolah?padahal aku sudah berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja.
"Aku gak tau. Dia gak pernah bilang soalnya." Jawabku yang kini kembali menggerakkan tanganku.
"Tapi kayanya dia emang suka deh sama kamu. Kenapa gak di coba dulu aja Run?" Aku mengernyit. Apa aku tidak salah dengar? Dia menyuruhku untuk menjalin hubungan dengan Darel, begitu?
"Aku gak tau dia beneran suka atau nggak sama aku. Tapi yang terpenting adalah aku gak suka sama dia." Tukasku.
"Terus kamu sukanya sama siapa? Samudra ya?" Seketika aku menghentikan pergerakan tanganku kembali, dan menujukan pandanganku padanya.
"Aku gak suka sama Darel, ataupun Samudra." Ujarku dengan memberi penekanan pada kalimatku.
"Kenapa Run? Kalau boleh aku kasih saran, kayanya Darel keliatan lebih baik deh di banding Samudra,"
"Dia gak sebaik yang kamu pikirin." Jawabku ketus.
"Aruna. Gak ada salahnya kamu coba jalin hubungan sama orang lain, seenggaknya itu bisa buat kamu perlahan ngelupain aku." Lagi-lagi aku menghentikan aktifitasku tatkala mendengar ucapannya yang kali ini benar-benar membuatku terdiam. Lalu perlahan aku mulai menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Novela JuvenilSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...