'Saat berusaha melupakan seseorang, dia malah lebih sering muncul di ingatan. Ternyata melupakan lebih sulit dari yang di bayangkan.'
~MOVE~
♧♧♧♧♧
"Gue gak akan pernah ngebiarin Aruna jatuh ke tangan penjahat kelamin kaya lo. Lo terlalu bajingan buat cewek kaya dia, mending lo cari cewek lain yang kelakuannya sama kaya lo aja." Aku bisa melihat rahangnya yang mulai mengeras dan tatapannya yang menajam saat dia mendengar penuturanku barusan. Aku yakin, sebentar lagi dia akan menghajarku. Tapi aku tidak peduli, karna apa yang aku katakan tadi adalah sepenuhnya benar. Aku tidak akan membiarkan seorang brengsek seperti dia mendapatkan Aruna. Tidak akan pernah.
"SIALAN LO!" Umpatnya cukup keras dan hendak memukulku. Namun gerakannya terhenti tatkala sebuah suara terdengar dari arah pintu rumah.
"Darel!" Seketika kami menoleh serempak dan mendapati mama yang berdiri di depan pintu. Kini dia mulai berjalan menghampiri kami.
"Kenapa lagi kamu Darel? Mau mukulin Samudra lagi, iya?" Tanya mama dengan nada jengahnya.
"Dia yang duluan cari gara-gara ma! Wajar aja kalo aku mau pukul dia."
"Mama gak percaya. Selama ini kamu yang selalu buat masalah, gak mungkin Samudra yang cari gara-gara duluan."
"Bela aja dia terus ma! Anak tiri tersayang mama! Lupain aja anak kandung mama ini!" Lalu Darel berlalu dari hadapan kami, masuk ke dalam rumah.
"Darel! Darel!" Tidak di hiraukannya panggilan dari mama. Seketika wajah mama berubah pilu.
"Sam, maafin Darel ya. Sampai saat ini dia belum juga nerima pernikahan mama sama papa kamu dan nerima kamu sebagai saudaranya. Mama harap kamu mau lebih sabar ngadepin Darel, ya?" Kata mama seraya mengusap pelan punggungku. Aku mengangguk pelan.
"Ya udah, kita masuk."
"Iya ma."
***
Aku mendudukkan diri di tepi ranjang. Pandanganku fokus menatap sebuah bingkai foto yang berisi seorang anak perempuan cantik berambut panjang tengah tersenyum ceria menatap kamera.
Sudah hampir dua tahun berlalu, semenjak kecelakaan itu terjadi dan merenggut nyawa kamu, Kirana. Andai saat itu kamu tidak usah menyusul aku ke acara wisuda SMP, pasti saat ini kita masih sama-sama. Menurut orang-orang, cinta di SMP terkenal dengan istilah cinta monyet, alias masih sangat labil dalam mencintai seseorang. Tapi kenapa perasaan itu masih aku rasakan sampai saat ini? Semakin lama, rasanya semakin sering rindu itu datang tiba-tiba. Tidak ada kenangan pahit bersama kamu yang bisa aku ingat saat tiba-tiba rasa rindu itu muncul. Bahkan saat kamu ninggalin aku pun, kamu masih memberikan aku sebuah senyum manis sebagai tanda perpisahan kita untuk selamanya. Sekarang apa yang harus aku lakukan agar aku bisa tanpa kamu?
Apa.. harus dengan mencintai orang baru dulu, agar perasaan terhadap kamu bisa hilang?
***
Aruna POV
Aku terduduk lemas di tepi ranjang, sembari memandangi sebuah foto seorang pria yang masih betah berada di hatiku. Tak ada tanda-tanda dia ingin beranjak dari sana, dan itu sungguh menyiksa. Terlebih saat mengingat bahwa hanya aku yang masih sangat mencintainya, sedangkan dia sepertinya sudah benar-benar menyingkirkan aku dari hati dan juga pikirannya.
Sampai kapan ini akan terus berlanjut? Berapa lama? Aku sudah tidak sabar menunggu saat itu tiba. Saat di mana aku benar-benar telah merasa sembuh. Benar-benar merasa sudah baik-baik saja. Tak ada lagi rasa sakit saat mengingatnya. Tetapi jangankan untuk lupa, untuk menerima kenyataan bahwa dia sudah tidak mencintai aku lagi saja sangat sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...