Tuhan tidak selalu menjamin akan ada pelangi setelah hujan. Tapi setidaknya Tuhan menjamin, bahwa setelah pasang, ada surut yang akan datang.
-MOVE
-HappyReading-
Sejak tadi, tidak henti-hentinya aku memikirkan Samudra. Dan sekarang, aku sudah berjalan keluar menuju gerbang sekolah sendirian untuk pulang. Bahkan saat ini pun aku masih saja kepikiran dia. Aku menyesal, benar-benar menyesal. Kenapa aku harus berurusan dengan Samudra sampai sejauh ini. Kenapa dia harus masuk ke dalam kehidupanku? Kenapa dia harus begitu? Itu benar-benar menyakitkan.
Aku sempat berpikir bahwa kedatangannya mungkin adalah untuk membuat aku bisa melupakan Kevin. Tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir, bahwa kedatangan Samudra juga berpotensi untuk membuat luka baru di hatiku. Dan akhirnya, opsi kedua yang sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannku sekarang terjadi.
Aku terlalu sibuk bergulat dengan isi kepala, hingga aku tidak menyadari bahwa aku sudah berjalan terlalu menengah dan membuat mobil yang ingin melintas sedikit terhalang olehku.
Tin tin!!!
Aku benar-benar terkejut dan seketika lamunanku buyar. Sontak aku langsung tersadar dan berjalan menepi. Aku membalikkan pandangan, dan aku mendelik saat mengetahui bahwa yang membunyikan klakson tadi adalah mobil yang sangat aku kenali. Lalu perlahan mobil itu berjalan dan berhenti tepat di sampingku, kemudian membuka jendela kacanya hingga menampakkan sang empunya.
"Run, jangan ngelamun. Bahaya," ujar Kevin, namun aku tidak menjawab apapun. Dan ternyata juga ada Tiara di dalam sana.
"Duhh udah deh Vin, jalan aja!" Bentak Tiara.
"Ya udah kalo gitu, hati-hati ya Run." Lagi, tidak aku gubris perkataannya. Aku hanya memandangi mereka yang perlahan menjauh dan keluar melewati pintu gerbang hingga tidak terlihat lagi.
Tapi anehnya, aku tidak merasakan apapun saat menyaksikan mereka bersama. Iya, aku sama sekali tidak cemburu, tidak sakit hati ataupun ingin marah. Apa aku sudah benar-benar tidak memiliki perasaan apapun pada Kevin? Jika iya, jujur ini sangat melegakan. Namun masalahnya adalah Kevin memang tidak lagi memenuhi isi kepalaku. Melainkan Samudra. Iya, dia.
Tak terasa saat ini aku sudah berada di luar Sekolah. Aku menggerakkan tangan, bermaksud menghentikan angkot yang mulai mendekat. Dan saat angkot berhenti aku langsung naik, bersama anak-anak lain.
***
Samudra POV
Aku sedang berjalan secepat mungkin, mengitari area sekolah, berharap seseorang yang aku cari segera aku temukan. Hingga akhirnya aku sampai di dekat gerbang sekolah, dan saat itu juga aku menyadari bahwa mungkin Aruna sudah benar-benar pulang ke rumah. Aku menghela napas gusar, ternyata aku terlambat. Andai pak Budi tidak memanggilku tadi, mungkin saat ini aku masih sempat menemukan Aruna untuk meminta maaf lagi dan berusaha untuk menjelaskan semuanya.
Sungguh, aku sudah benar-benar menyukai dia. Aku, aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk mendekati Aruna hanya karna dia mirip dengan Kirana. Bahkan bagiku mereka berdua sangat berbeda. Benar-benar berbeda dilihat dari sisi manapun. Darel benar-benar keterlaluan. Aku tidak pernah menyangka bahwa dia bisa sepicik ini. Sial!
Lalu dengan langkah gontai aku berbalik dan berjalan menuju mobilku yang berada di parkiran sekolah. Sesampainya, aku mulai menaiki dan perlahan menjalankannya. Sebenarnya aku ingin menyusul Aruna ke rumahnya. Tapi, entah kenapa aku merasa lemas saat ini, dan aku memutuskan untuk istirahat di rumah dulu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...