4 - hoodie

1.3K 117 3
                                    

'Mungkin saat ini kau merasa semesta jahat sekali. Tapi suatu saat kau pasti akan mengerti, apa maksud semesta memberi semua ini. Kau akan paham, bahwa bersyukur adalah satu-satunya hal yang harus kau lakukan saat itu'

~MOVE~

🔛➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰🔛

Sedari tadi aku merasa gelisah sekali. Saat ini aku sedang datang bulan, dan entah kenapa aku merasa tidak nyaman dari tadi. Aku sangat bersyukur saat bel pulang akhirnya berbunyi, karna aku sudah sangat ingin pulang dan mengganti pembalut saat ini.

Secepat mungkin aku membereskan buku-buku serta alat tulisku ke dalam tas. Dan ketika aku berdiri, Cut tiba-tiba menahan tanganku lalu membalikkan tubuhku.

"Lo tembus Runa!" Aku terkejut bukan main. Ternyata yang membuat aku merasa gelisah sedari tadi adalah ini.

"Hah? Beneran Cut? Banyak gak?" Aku mulai panik, tapi beruntung sekarang sudah waktunya pulang.

"Gak terlalu banyak sih, tapi lumayan. Ya udah kita langsung pulang aja." Kata Cut seraya berdiri.

"Kenapa sih?" Lexa menyela seraya melihat ke area bokongku.

"Oh.. ya udah santai aja kali. Udah pulang juga." Sambung Lexa.

Akhirnya kami pun berjalan keluar dari kelas untuk menuju ke parkiran sekolah. Aku sesekali menarik ujung-ujung sekitar belakang bajuku agar warna kecoklatan di bagian rok abu-abu belakangku tertutup.

Aku sempat terkejut saat melihat masih banyak anak-anak cowok berlatih di lapangan basket. Tapi setelah aku pikir-pikir tidak masalah juga. Aku hanya perlu melewati koridor di samping lapangan basket saja, lalu menuju ke parkiran dan langsung pulang. Orang-orang juga pasti tidak akan memperhatikan aku. Lagi pula aku bukan tipe cewek yang akan mengundang banyak perhatian orang, aku terlalu biasa saja untuk di jadikan bahan tontonan. Orang-orang hanya akan menatap Cut, jadi aku bisa berjalan dengan tenang.

Saat kami mulai berjalan di sepanjang koridor, terlihat beberapa anak-anak cowok yang menyapa Cut dan hanya di balas senyuman oleh Cut. Apa aku bilang.

Tapi ku rasa kali ini aku salah. Ada satu suara yang ternyata dengan lantang memanggil namaku dari arah lapangan basket.

"Aruna!"

Aku merasa tidak asing dengan suara yang satu ini. Dan saat aku mengedarkan pandanganku ke arah suara tadi, benar saja. Itu adalah Samudra. Aku berdecak sebal. Ternyata cowok itu belum bosan menggangguku. Aku tidak mengerti, sebenarnya apa yang membuat dia terus saja menggangguku.

Kini dia telah berdiri tepat di hadapanku. Sedangkan aku hanya menatapnya dengan raut wajahku yang telah aku tekuk sempurna. Tentu saja masih dengan kedua tangan yang berusaha susah payah menutupi warna kecoklatan dibagian rok belakangku dengan menarik ujung-ujung bajuku.

Aku menatap Cut dan Lexa sekilas. Wajah mereka tampak sangat terkejut sekarang. Wajar saja. Mereka pasti juga bingung, kenapa cowok ini bisa sampai sejauh ini menggangguku. Lalu aku kembali menatap sosok di depanku tadi.

"Kenapa?" Tanyaku dengan melempar tatapan tajam padanya. Dia terlihat sedang memperhatikan kedua tanganku yang sedang berusaha payah bekerja disana. Semoga saja dia tidak menyadari sesuatu.

"Lo tembus ya?" Mataku membulat sempurna. Kenapa dia bisa bicara se-frontal itu? Aku benar-benar tidak habis pikir.

Tapi aku hanya diam dan memalingkan pandangan. Untuk apa aku menjawab iya, Itu hanya akan membuatku merasa bertambah malu. Jadi aku putuskan untuk pergi saja dari laki-laki gila itu. Tapi lagi-lagi dia bertindak jauh sekali. Dia malah menahan tanganku dan terpaksa aku mengurungkan niatku untuk melangkah. Belum sempat aku membuka suara, dia malah membuka suara terlebih dahulu.

MOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang