30 - hambar

647 57 3
                                    

Update lagi!!

Jangan lupa vote dan komennya yaaa gais :*

Selamat membaca...

Lagi-lagi semesta memperlakukanku dengan buruk. Untuk kedua kalinya, aku kehilangan seseorang yang bahkan belum sempat aku miliki.

Samudra



️⬇️⬇️⬇️



Samudra POV

"Papa sama mama udah mau berangkat?" Tanyaku saat aku melihat papa dan mama sudah berpakaian rapi dengan beberapa koper yang sedang di angkut oleh supir ke dalam mobil.

"Iya Sam, kamu baik-baik di rumah ya nak." Ucap mama seraya mengusap pelan pucuk kepalaku.

"Iya ma, pa. Tapi," aku menatap mereka bergantian,"Darel tau kan kalian mau liburan berdua?"

"Tau kok," mama terlihat menghela napas pelan,"ya walaupun, sepertinya dia gak suka liat mama sama papa liburan ke hawai berdua. Tapi mama yakin, dia bisa ngerti kok."

Aku tersenyum lemah,"iya, semoga aja ma." Lalu mama dan papa juga ikut tersenyum.

"Oh iya, Darel mana?" Papa bertanya.

"Ini baru jam delapan malam pa, mana mau tu anak diem di rumah jam segini." Aku menjawab jengah.

Papa tergelak,"iya-iya papa bisa ngerti. Ya sudah kalau begitu, papa sama mama berangkat dulu ya."

"Iya pa," jawabku seraya menyalimi papa dan mama.

Setelah itu mereka segera masuk ke dalam mobil untuk menuju ke bandara, dan perlahan mobil pun menjauh dari area rumah hingga akhirnya menghilang dari balik gerbang. Kemudian aku memutuskan untuk masuk kembali ke dalam rumah dan menuju ke kamar.

Setibanya di kamar, aku menghempaskan tubuhku ke atas ranjang yang empuk. Ku tatap langit-langit kamar yang kosong, tidak ada apa-apa di sana selain hanya sebuah lampu.

Aku tertawa renyah saat tiba-tiba teringat hal yang berhasil membuat hidupku kembali hambar. Lagi-lagi semesta memperlakukanku dengan buruk. Untuk kedua kalinya, aku kehilangan seseorang yang bahkan belum sempat aku miliki.

Baiklah. Aku tidak bisa mengelak akan kehendak takdir yang memutuskan untuk mengambil Kirana secepat ini. Dan aku paham, bahwa aku dan dia memang tidak di takdirkan bersama. Tapi Aruna? Entah apa yang sebenarnya telah di rencanakan oleh semesta saat ini dan keputusan apa yang akan di berikan semesta kepadaku nanti, yang jelas saat ini aku benar-benar merasa bahwa semua ini terlalu kejam.

Jangankan memulai hubungan, bahkan untuk mencintai seseorang saja, rasanya benar-benar sulit. Aku bingung, kenapa hanya aku yang merasa seperti ini? Kenapa orang-orang selalu mendapatkan kemudahan dalam perihal cinta? Sungguh, memikirkan semua ini benar-benar membuat aku merasa pusing.

"Arggh!" Geramku seraya menjambak rambutku dengan kedua tangan. Kepalaku tidak bisa berhenti memikirkan Aruna sejak tadi.

Drrtt.. drrtt..

Suara notifikasi dari ponselku tiba-tiba berdering, membuat semua pikiranku terjeda dan seketika menatap ke arah sumber suara. Lalu dengan segera aku meraih ponselku yang berada tak jauh dari tempatku berbaring dan kemudian membukanya. Ternyata ada sebuah pesan WhatsApp dari nomor yang tidak aku kenali, dan langsung saja aku buka tanpa melihat foto profil sang pemilik nomor yang terpajang di sana.

+62821 3113 0011

Sam, bisa ketemu sebentar?

Aku mengernyit penuh tanya, siapa yang tiba-tiba mengajak bertemu tanpa berniat memperkenalkan diri terlebih dahulu?

MOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang