Terkadang memang lebih baik untuk tidak mengetahui terlalu banyak, agar rasa sakitnya tidak bertambah.
—MOVE
~SelamatMembaca~
Aruna POV
"Run, yuk ke kantin?" Ajak Cut.
Aku menatapnya lesu seraya menopang dagu. "Gak ah, males."
Cut mengernyit. "Loh kenapa?" Tanyanya heran.
"Gak papa, aku mau baca novel aja di sini." Kataku seraya membuka novel yang berada di atas meja.
"Run, mau sampe kapan lo terus-terusan ngehindar dari Samudra?" Aku terpaku mendengar ucapan Cut barusan.
Lalu tiba-tiba Lexa datang menyela dan mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di hadapanku. "Iya Run. Gue rasa lo emang harus dengerin penjelasan dia dulu,"
Cut menyela, "bener Run. Dan gue rasa, Samudra beneran suka deh sama lo,"
Aku mengernyit, "duh udah deh.. kalian jangan ngomong gitu terus," pintaku jengah, berharap sekali bahwa mereka akan berhenti membicarakan masalah ini sejenak.
"Loh, tapi ini beneran kok. Diliat dari ekspresi wajah pun, udah keliatan kalo dia itu beneran sayang sama lo Run."
Lalu lexa kembali menyela, "dan kita juga tau, kalo lo beneran sayang juga kan sama dia? Run, lo gak boleh terus-terusan nyiksa diri lo sendiri kaya gini. Lo tuh akhir-akhir ini selalu ngelamun. Lo pasti mikirin Samudra kan?"
"Iya Run, lo harus dengerin dia dulu," sambung Cut.
"Iya aku tau! Aku tau dia suka sama aku. Itu semua karna aku mirip Kirana!" Bentakku tiba-tiba. Aku sangat pusing mendengar perkataan mereka berdua. Aku bingung dan isi kepalaku saat ini sedang kacau. Aku tidak bisa berpikir jernih sekarang. Lalu tanpa pikir panjang lagi, aku berlalu dari hadapan mereka.
Aku berjalan secepat mungkin menyusuri koridor, dan sesekali menabrak orang-orang di hadapanku. Tapi aku tidak perduli. Saat ini aku hanya mau menenangkan pikiranku dan menjauh dari keramaian, dan tempat yang paling mendukung semua itu hanya rooftop. Iya aku akan ke sana saja.
***
Aku berjalan lemah saat langkahku sudah berada di area rooftop, dan langsung saja aku mendudukkan tubuhku di sana, tidak peduli jika rok yang aku kenakan akan kotor. Tidak, kali ini bukan karna sebatas keinginanku saja untuk duduk di sana. Melainkan karna aku merasa bahwa kakiku tiba-tiba mati rasa dan seperti tidak akan sanggup untuk menopang tubuhku lagi. Maka dari itu aku tiba-tiba menjatuhkan tubuhku.
Aku tidak tau harus bagaimana sekarang. Bahkan untuk berpikir pun, aku tidak tau harus mulai dari mana. Mungkin ini terlihat agak lebay, tapi ya seperti itulah yang aku rasakan saat ini. Rasanya aku hanya ingin menangis saja. Saat mengingat Samudra yang masih belum bisa melupakan Kirana, kenapa rasanya sesak sekali? Oke, aku akui, aku cemburu. Dan apa ini salah Samudra? Tidak, ini salahku sendiri yang dengan lancang berani menjatuhkan hati saat hubungan di antara kami belum jelas akan kemana. Terlebih pada isi hati Samudra, yang pada akhirnya tidak bisa membalas perasaanku.
Mendengarkan penjelasan Samudra? Penjelasan apa lagi yang akan di dengar? Penjelasan bahwa memang selama ini dia belum bisa melupakan Kirana? Bahwa aku memang mirip dengan Kirana? Bahkan foto Kirana yang aku lihat waktu itu masih dengan kokoh berdiri di atas nakas kamarnya sudah cukup untuk di jadikan penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...