5 - memalukan

1.1K 96 4
                                    

'Adalah hal yang wajar jika ingatan tentangnya tiba-tiba saja muncul di kepala. Kau hanya perlu untuk terbiasa akan kenyataan yang ada. Dan waktu tak akan membiarkanmu melakukannya sendiri. Tetaplah berjalan, jangan pernah berhenti untuk melupakan.'

~MOVE~

🔛➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰🔛

Tak terasa sudah satu minggu aku melepas hubungan dengan Kevin. Dan yang membuatku kesal adalah perasaan yang sama sekali belum berubah ini. Iya, aku masih sangat mencintai dia. Hatiku masih sangat sakit ketika melihat dia begitu dekat dengan Tiara. Kenapa perasaanku belum berkurang sedikit pun terhadapnya? Semakin aku berusaha melupakan, semakin sulit perasaan ini di buang. Ingatan-ingatan tentangnya malah semakin melekat di kepala. Mungkin aku harus lebih bersabar kali ini. Tidak ada pilihan lain selain mengikuti alur yang di berikan semesta.

Sore ini aku memilih menerima ajakan Cut dan Lexa untuk menonton film horror terbaru di bioskop yang berada di salah satu mall besar yang terletak di pusat kota. Awalnya aku menolak.
Karna saat mereka mengajak, aku sedang sangat ingin menyelesaikan novelku hari ini juga. Lexa sih tidak masalah jika aku tidak ikut, tapi Cut? Bukan Cut namanya kalau tidak memaksa. Dan akhirnya aku kalah, hingga di sinilah aku sekarang. Sedang duduk di salah satu restoran yang berada di mall setelah dengan perasaan tegangku saat menyaksikan film horror tadi. Menurutku film horror bukanlah film yang layak di tonton. Iya, aku memang takut. Dan aku akui aku memang payah.

"Pokoknya habis makan kita pulang." Ujarku ketus.

"Yah kok pulang sihhh? Kita kan belum shopping Runaa.." Kata Cut dengan rautnya yang kini memelas.

"Nggak mau ah, nggak mau." Ucapku masih teguh dengan pendirianku.

Cut mengeruxutkan bibir,"pasti gara-gara film tadi ya? Ya udah deh maaf, gue gak bakal maksa lo lagi buat nonton film horror. Tapi sebagai gantinya kita jangan langsung pulang dulu ya Runn, kita shopping dulu."

"Lebih tepatnya nemenin lo shopping dulu." Lexa menyela tanpa memandang kami dan masih fokus melahap makanannya.

"Ihh.. apaan sih Xa. Rese banget. Ya Run?"

Aku hanya menghela napas pelan dan memejamkan mata sekilas. Cut yang melihat itu langsung memelukku dan berucap terima kasih.

"Hmm.. makasihh Aruna yang paling cantikkk. Walaupun masih cantikkan aku kemana-mana sih, hehe" Dengan melihat responku yang seperti ini, bagi Cut itu sudah merupakan jawaban kalau aku menyetujui permintaannya. Untung saja aku menyayangi dia, kalau tidak sudah dari tadi aku pulang duluan naik taksi.

Aku bisa melihat ekspresi Lexa yang meringis geli melihat kelakuan Cut. Mereka memang terlihat tidak akur jika dilihat sekilas. Tetapi memang seperti inilah mereka. bukan saling membenci satu sama lain, tapi mereka hanya terlalu sering berbeda pendapat. Dan ketika itu terjadi, tidak ada yang akan mengalah hingga aku sendiri yang memisahkan mereka. Aku tau, sebenarnya mereka sangat menyayangi satu sama lain. Jika tidak, mana mungkin kami masih bersama hingga saat ini. Hanya saja mereka gengsi untuk mengungkapkannya.

"Xa temenin ke toilet yuk," Ujar Cut yang kini telah melepas pelukannya dariku.

"Iya deh. Gue juga udah mau pipis dari tadi."

"Kita ke toilet bentar ya Run." Kata Cut dan hanya aku balas dengan anggukan singkat.

Tinggallah aku sendiri disini. Makananku kini sudah habis dan tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain membuka ponselku. Aku mengirimi mama pesan singkat kalau aku akan pulang malam hari ini, agar mama tidak khawatir. Lalu kemudian aku membuka akun instagram milikku dan menscroll beranda instagramku untuk hanya sekedar melihat-lihat.

MOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang