Happy Reading.. 💕💕
Saat ini jam pelajaran sedang berlangsung. Suara guru B.Indonesia yang sedang mengajar menggema dan memenuhi seluruh penjuru kelas. Bu guru yang biasa di sapa Bu Dewi itu nampak dengan khusyuk menjelaskan materi yang sedang kami pelajari saat ini, begitu pula dengan para anak-anak kelas yang juga sangat fokus mendengar penjelasannya, mengingat sebentar lagi ujian kenaikan kelas akan tiba. Namun justru tidak denganku, yang sedari tadi sedang asyik bergelut dengan pikiranku.
Sejak kejadian di kantin tadi, pikiranku sama sekali tidak bisa teralihkan dari Samudra. Semakin lama, aku semakin merasa bersalah dan menyesal. Sebenarnya aku tidak tau pasti apa yang menyebabkan Samudra seperti ini, tapi yang aku yakini saat ini adalah semua ini pasti karena aku yang berlaku semauku saja dan tidak pernah memikirkan perasaan dia. Aku terlalu egois. Ya Tuhan, sekarang apa yang harus aku lakukan.
"Aruna!" Aku sangat terkejut saat mendengar seseorang memanggil namaku dengan keras. Dan saat aku mendongak, nampak dengan jelas wajah Bu Dewi yang sudah hampir memerah menatapku.
"I, iya Bu?" Aku menjawab terbata dengan bibir bergetar.
"Kamu Ibu panggil-panggil dari tadi tidak jawab-jawab! Kamu gak merhatiin Ibu ya?!" Bentak Bu Dewi lagi, membuat nyaliku semakin menciut.
"Merhatiin Bu," ujarku seraya merunduk.
"Kalo kamu merhatiin, coba ulangi penjelasan Ibu barusan!" Aku meringis. Astaga, mana bisa aku mengulanginya sedangkan dari tadi aku sama sekali tidak memperhatikannya.
"Ayo ulangi! Ulangi penjelasan tentang pengertian majas hiperbola!" Tidak ada jawaban apapun yang bisa aku lontarkan, dan akhirnya aku hanya diam seraya merunduk dalam-dalam. Dan aku yakin, semua mata di kelas pasti sudah tertuju padaku.
"Kenapa? Kamu gak bisa?" Bu Dewi bertanya.
"Berarti kamu gak perhatikan saya! Keluar kamu sekarang juga!" Aku memejam mendengar bentakan Bu Dewi.
"T.. tapi Bu-"
"Se-ka-rang!!" Lagi-lagi aku memejamkan mata karna suaranya benar-benar keras dan lantang.
"Ba, baik Bu."
Dan akhirnya aku pun segera bangkit dari kursi dan segera keluar dari keras. Apalagi yang bisa aku lakukan jika Bu Dewi sudah marah besar seperti ini? Dari pada membuat emosinya semakin naik, lebih baik aku menurut untuk keluar dari kelas.
Dengan langkah lesu aku berjalan menyusuri koridor. Entah mau kemana aku pun tidak tau. Sebenarnya aku terpikir untuk ke perpustakaan saja, tapi jika saat jam pelajaran sedang berlangsung seperti ini, pasti guru yang bertugas menjaga perpustakaan akan mengintrogasi dan menceramahi aku karna aku keluar saat jam pelajaran berlangsung. Ah, ini bukan ide yang bagus.
Lalu tiba-tiba aku terpikir satu tempat. Rooftop. Iya, di sana lebih baik. Setidaknya aku bisa menikmati pemandangan kota dari sana. Lalu tanpa perlu berpikir panjang lagi, aku segera menuju ke rooftop.
Sesampainya di sana, perlahan aku membuka pintu rooftop yang memang tidak pernah di kunci itu. Dan saat aku baru saja membuka pintu, seketika aku membelalak dengan mulut yang menganga sempurna saat menyaksikan sebuah pemandangan mengejutkan langsung tertangkap indera penglihatanku. Kedua cowok yang sangat aku kenali sedang adu jotos di sini. Hanya berdua. Dan tentu saja keduanya sama-sama sudah babak belur.
Tanpa babibu lagi aku pun segera menghampiri mereka,"astaga! Samudra, Kevin, berenti!" Ujarku yang sedang berusaha memisahkan mereka berdua.
"Udah, stop!!" Ujarku lagi seraya mendorong keduanya ke arah yang berlawanan. Dan aku bersyukur akhirnya mereka mau berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...