'Karna mencintai, tidak boleh hanya menggunakan hati dan perasaan. Tapi juga logika.'
—ARUNA
-HappyReading-
Akhirnya jam istirahat tiba. Aku memilih untuk mampir ke toilet sebentar sebelum ke kantin, sedangkan Cut dan Lexa aku biarkan menuju ke kantin duluan agar kebagian tempat duduk.
Setelah membuang air kecil, aku berjalan menuju wastafel untuk mencuci tanganku. Tak lama, nampak seorang cewek dan dua temannya masuk. Aku agak terkejut saat melihat Tiara yang kini sedang berjalan menuju wastafel dan kini juga sedang mencuci tangannya.
Aku melirik wajahnya dari pantulan cermin wastafel, sepertinya dia belum menyadari keberadaanku. Lalu selang beberapa detik, dia menatapku juga dari pantulan cermin. Terlihat sudut bibirnya mulai terangkat saat melihatku di cermin. Huh, sepertinya ini akan buruk.
"Hai?" Sapanya yang masih setia menatapku di cermin, namun tidak ku gubris sapaannya dan melanjutkan aktifitasku membilas tanganku yang masih berlumur sabun.
"Heh, budek ya?" Ujarnya sarkas. Lalu aku putuskan untuk berbalik menatapnya secara langsung.
"Apa?" Tanyaku datar. Dia mendengus.
"Udah ngerasa hebat banget ya lo?" Tanyanya pelan seraya menatapku remeh. Namun kembali tidak aku gubris perkataannya dan hanya menatapnya. Jangan salah, walaupun dia seniorku, aku tidak takut sama sekali. Aku menghormati dia sewajarnya saja, tidak akan berlebih-lebihan.
"Samudra. Siapa sih yang gak kenal sama dia di sekolah ini? Ya gak?" Dia bertanya pada kedua temannya, Shasa dan Dinda. Lalu keduanya mengangguk dengan kedua tangan yang di lipat ke dada.
"Gue denger, lo lagi deket sama dia. Dan.. Darel, si anak baru yang bener-bener mencuri perhatian sekaligus MANTAN PACAR GUE itu, di gosipin juga suka sama lo?" Dia menekankan perkataan 'mantan pacar gue' pada kalimatnya.
"Cewek kuper kaya lo yang dulunya cuma jadi mainan Kevin doang, sekarang di sukai sama dua most wanted sekolah?" Jeda sejenak, lalu dia kembali melanjutkan perkataannya. "Main pelet apa lo, hah? Jaran goyang?"
"HAHAHAA!" Seketika tawa menggelegar keluar dari mulut Shasa dan Dinda. Namun tidak denganku yang masih setia menatap Tiara datar.
"Kenapa natap gue gitu? Gak suka? Atau lo benci sama gue karna sekarang gue pacaran sama Kevin?" Tanyanya dengan raut angkuhnya.
"Terserah kalian mau ngomong apa tentang aku, aku gak masalah selagi itu gak bener. Dan soal Kevin, tenang aja. Aku udah move on kok. Jadi gak ada alasan buat aku benci kakak." Jawabku pelan namun menohok.
Lalu aku berlalu meninggalkan mereka dan keluar dari toilet. Aku berjalan dengan cepat menuju ke kantin. Berusaha mengatur napasku karna merasa agak kesal dengan perkataan para cewek hits di sekolah itu. Aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa mereka bisa jadi hits dengan perilaku mereka yang seperti itu.
Lalu setibanya di kantin, aku langsung menuju ke tempat dimana Lexa duduk dengan wajah yang aku tekuk sempurna.
"Kenapa lo?" Tanya Lexa menatapku heran.
"Cut mana?" Aku balik bertanya, masih dengan wajah yang aku tekuk sempurna.
"Tuhh," jawab Lexa seraya menujukan pandangan ke meja sebrang yang telah berisi Cut dan Danu. Sang ketua tim futsal sekolah yang terkenal akan kharsimanya yang kuat. Yang waktu itu aku ceritakan.
"Mereka pacaran?" Tanyaku pada Lexa. Namun Lexa hanya mengedikkan bahunya acuh. Dia terlihat tidak peduli.
"Lo kenapa sih? Dateng-dateng muka langsung di tekuk gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...