Jangan biarkan dirimu seperti keledai, yang dengan bodohnya menjatuhkan diri ke lubang yang sama berkali-kali.
—MOVE
⬇️⬇️⬇️
"Dahhh!" Tuturku seraya melambaikan tangan pada Cut dan Lexa yang saat ini mobilnya sudah mulai menjauh dari area rumahku. Lalu aku pun bergegas masuk ke dalam rumah, kemudian segera menuju ke kamar. Saat di perjalanan menuju ke kamar, aku tidak mendapati siapapun di rumah. Entah kemana papa, mama dan bang Mahes, aku pun tidak tau.
Sesampainya di kamar, aku langsung menghempaskan tubuhku ke atas ranjang yang sebelumnya tas sekolah sudah aku lepas dan ku lempar asal. Seharian ini aku masih berusaha menghindari Samudra. Entah kenapa aku belum bisa mengambil keputusan, apakah aku harus mendengarkan dia atau tidak.
Iya, aku tau aku bodoh. Aku tau alasanku tidak mau mendengar penjelasan Samudra mungkin terdengar menyebalkan untuk sebagian orang. Tapi biar aku beri tahu sekali lagi. Aku takut. Aku terlalu takut. Jika yang diucapkan Samudra nantinya akan terdengar sangat menyakitkan di telingaku. Aku takut jika yang sebenarnya terjadi tidak sesuai dengan harapanku. Aku takut untuk mengetahui hal-hal yang memang tidak aku harapkan.
Entah kenapa semakin lama, aku semakin menyukai Samudra. Pikiranku saat ini tidak lagi tentang Kevin, tapi tentang dia. Samudra. Entah sampai kapan, yang jelas aku butuh waktu. Aku butuh waktu untuk menyiapkan diri hingga bisa dengan lapang mendengar ucapan-ucapan yang akan di lontarkan oleh Samudra yang mungkin akan menyakitkan untukku. Karna bukan tidak mungkin bahwa dia akan mengatakan kalau dia memang masih mencintai Kirana.
Hah.. aku lelah sekali. Terlalu lama berpikir membuatku merasa ngantuk. Mataku semakin lama semakin berat. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur, tanpa berniat mengganti baju seragamku terlebih dahulu. Bodo ah, aku capek.
***
"Aruna,"
Tok.. tok.. tok..
"Run.."
Aku bisa mendengar samar suara yang memanggil-manggil namaku. Seketika aku menggeliat, dan perlahan berusaha membuka mata dengan mengerjap sesekali.
"Aruna.."
Lagi-lagi suaranya memanggil namaku. Dan saat aku berhasil membuka mata dengan sempurna, akhirnya aku dapat mengenali suaranya. Itu suara mama. Lalu tanpa basa-basi aku segera beranjak dan membuka pintu kamarku.
"Hoamm. Kenapa ma?" Ujarku seraya mengucek mata.
"Astaga Aruna, kok masih pake seragam sih?" Tanya mama heran. Lalu segera aku alihkan pandangan ke sekujur tubuhku.
"Iya ma, Runa tadi ketiduran jadi gak sempet ganti baju."
"Loh, terus, bukannya kamu ada janji sama Kevin?" Aku mengernyit seketika mendengar ucapan mama. Lalu refleks aku langsung menepuk jidat. Astaga! Aku baru ingat, malam ini aku memang ada janji sama dia kan.
"Waduh, Runa lupa ma," ujarku, lalu sedetik kemudian aku mengernyit heran, "tapi kok mama bisa tau sih?"
Mama menghela napas lelah, "gimana mama gak tau kalo orangnya aja udah nunggu di bawah."
"What?!!" Kataku spontan dengan mata yang membelalak sempurna.
"Kenapa?" Tanya mama heran. Astaga, kenapa dia musti ke rumah sih.
"Tapi kok.. kamu sama dia lagi? Bukannya kam-"
"Ya udah ma Runa siap-siap dulu!" Kataku memutus perkataan mama dan langsung menutup pintu kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...