'Untuk bisa sembuh dari rasa sakit karna patah hati, kita cuma harus berusaha ikhlas nerima yang udah terjadi. Dan berusaha untuk terbiasa tanpa kehadiran dia.'
~Samudra~
☆☆☆☆
"Aruna!" Aku berbalik tatkala mendengar seruan dari seseorang saat aku hendak berjalan keluar dari gerbang sekolah. Aku menghela napas berat saat aku dapati Darel yang tengah berjalan mendekatiku.
"Apa?" Tanyaku dengan wajah tanpa ekspresi.
"Pulang bareng gue aja, ya?" Tukasnya seraya menaik turunkan kedua alisnya. Dahiku mengernyit mendengar ajakannya barusan.
"Nggak deh makasih, aku udah pesen taksi online tadi." Jawabku yang tentu saja berbohong. Mana mau aku pulang dengannya. Cukup sekali saja aku di tuduh sebagai perusak hubungan orang, tidak mau untuk kedua kalinya. Dan lagi rasa kesalku terhadapnya belum hilang sepenuhnya.
"Yah, batalin aja dong. Pulang sama gue, ya?" Dahiku mengernyit semakin dalam mendengar penuturannya. Kenapa dia jadi memaksa seperti ini?
"Nggak bisa Rel, aku gak enak. Supirnya udah jalan."
"Ayolah Run, sekali ini.. aja," dia masih saja memaksa, dan kali ini dia malah menahan pergelangan tanganku.
"Nggak bisa Rel, aku gak mau." Aku menjawab seraya berusaha melepas genggamannya dari pergelanganku, tetapi sepertinya dia tidak mau melepasnya. Karna dia cukup kuat menahannya.
"Ayolah Run.."
"Duhh Rel aku nggak mau, jangan maksa gini deh. Udah lepasin tangan aku," Ucapku yang masih berusaha melepas cekalannya.
"Sekali ini aja Run, plisss"
"Darel aku gak mau, Lepasin ih!"
"Dia gak mau, lo budek apa gimana?" Aku dan Darel seketika menoleh dan mendapati Samudra yang kini tengah berdiri tak jauh dari kami. Kemudian dia mendekat dan melepas genggaman Darel dari pergelanganku. Untungnya Darel menurut dan melepaskan genggamannya.
Namun, aku bisa melihat Darel yang kini mendengus kesal saat melihat Samudra yang telah berdiri di dekat kami. Dan saat mataku tidak sengaja melihat ke sekitar, aku sangat terkejut kala mendapati orang-orang di sekitar tengah menatap ke arah kami saat ini. Huh, lagi-lagi aku menjadi pusat perhatian banyak orang.
Darel melipat tangannya ke dada, "Kenapa sih lo?" Ujar Darel melempar tatapan tidak sukanya. Namun sama sekali tak di gubris oleh Samudra.
Dan tanpa embel-embel Samudra langsung menarik tanganku untuk menjauh dari Darel. Aku sempat tertegun melihat perlakuannya. Tapi aku juga tidak mau menolak, setidaknya dengan dia seperti ini aku bisa bebas dari paksaan Darel si cowok sinting itu. Ya walaupun Samudra juga sebenarnya menyebalkan, tapi sepertinya tidak buruk juga untuk mengikutinya saat ini.
Aku segera melepas genggaman Samudra saat aku menyadari bahwa sekarang kami sudah berada di area parkir sekolah.
"Makasih," Samudra tak menjawab apa-apa. Aku mengalihkan pandangan saat aku mendapati dia yang hanya menatapku tanpa ekspresi dan membuatku merunduk seketika karna merasa canggung di dekatnya.
"Eumm.. aku-"
"Pulang bareng gue aja." Aku membelalak dan mengalihkan pandanganku padanya kembali saat mendengar penuturannya barusan.
"Hah?"
"Gak mau?"
"B.. bukan. Aku kan susah naik motor kamu, dan kayanya gak enak kalo kamu terus-terusan pinjem motor temen kamu. Jadi lebih baik aku pesen taksi online aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...