7 - anak baru

1.1K 97 1
                                    

'Untuk bisa melupakan, setidaknya berusahalah untuk ikhlas menerima kenyataan. Bahwa kadang mencintai tak selalu membahagiakan.'

~MOVE~




⬇️⬇️⬇️⬇️



Pagi ini di awali dengan pelajaran yang sungguh membuat pikiranku yang tadinya sudah kusut menjadi tambah kalut. Matematika. Tadi saat baru saja tiba di sekolah, aku lagi-lagi melihat Kevin bersama Tiara. Sekeras apa pun aku menghindar agar tidak bertemu mereka, tetap saja tidak akan bisa. Wajar saja, kami satu sekolah. Mana mungkin aku akan selalu bisa tidak bertemu dengan mereka.

Dan lagi hari ini, hampir semua anak-anak perempuan memperhatikanku sejak aku tiba di sekolah, apa lagi kalau bukan karna kejadian kemarin. Saat aku dan Samudra pulang sekolah bersama. Aku pasti sudah menjadi topik perbincangan hangat satu sekolah saat ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali menerima semua yang telah terjadi.

Hari ini Cut tidak masuk sekolah, karna sakit. Sedangkan Lexa, sudah hampir kebas mulutku memaksanya untuk pindah ke barisan ke tiga, duduk denganku. Tapi tetap dia tidak mau. Alasannya masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Dia tidak mau jika ia tiba-tiba tertidur saat pelajaran berlangsung, guru akan dengan mudah mendapatinya. Dan akhirnya aku duduk sendirian hari ini.

Aku menurunkan tanganku yang tadinya sedang menopang daguku saat tiba-tiba guru yang mengajar akhirnya datang. Dan yang sedikit mengejutkan disini adalah bu guru tidak sendiri, melainkan diikuti oleh seorang cowok di belakangnya yang aku yakini bukan murid SMA ini. Dan kini mereka sudah berdiri tepat di hadapan kami semua yang ada di kelas. Aku memicingkan mata saat melihat wajah cowok itu yang terasa tidak asing bagiku. Apa aku pernah bertemu dengan dia sebelumnya?

"Selamat pagi anak-anak." Bu guru mulai membuka suara.

"Pagi bu," jawab kami kompak satu kelas.

"Hari ini kalian kedatangan teman baru. Namanya Darel, pindahan dari SMA Arjuna." Astaga! Aku baru ingat, dia cowok yang beberapa hari yang lalu aku temui di mall. Kenapa dia bisa sampai pindah ke sini?

"Nah Darel, karna ibu orangnya tidak suka terlalu banyak basa-basi, jadi sebaiknya kamu silahkan duduk, cari bangku yang kosong. Kita akan langsung mulai belajar saja."

"Baik bu."

Kini aku melihat Darel yang sedang mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas. Dan seketika pandangannya berhenti tatkala maniknya berhasil menangkap keberadaanku. Aku bisa melihat wajah terkejutnya saat melihatku, mungkin dia tidak menyangka kalau akan sekelas denganku. Seketika aku memalingkan wajahku, tak ingin berlama-lama menatap wajahnya. Kejadian beberapa hari yang lalu masih sangat jelas terekam di kepalaku, membuatku merasa jengkel saat melihat wajahnya.

Dahiku mengerut seketika saat tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang kini tengah duduk di sampingku. Dan saat aku menoleh ke samping, benar saja dugaanku. Kenapa dia malah duduk disini? Padahal bangku ini bukanlah satu-satunya yang kosong di kelas ini. Saat aku menatapnya dengan melempar tatapan tidak suka ku, dia malah membalas dengan senyuman, seakan tidak pernah berbuat salah sama sekali padaku.

Aku kembali menolehkan pandangan ke depan saat bu guru sudah mulai membuka suara untuk memulai pelajaran.
"Baiklah anak-anak, buka buku paket kalian halaman 125." Aku memilih untuk mengikuti intruksinya, dan tidak menghiraukan Darel yang aku yakini masih menatap ku saat ini.

"Sstt!" Ujarnya seraya menyenggol pelan lenganku. Namun aku masih memilih untuk tidak menyahutinya sama sekali.

"Sstt! Aruna.." Ujarnya pelan yang kini menidingkan sedikit kepalanya untuk melihatku.

MOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang