'Terlalu sulit jika harus mencintai seseorang, yang bahkan masih sepenuhnya tenggelam pada masalalunya.'
-Aruna
🔛🔛🔛
Setetes demi setetes air mata turun, membanjiri kedua pipiku. Aku merasa sesak, sakit hati, tidak terima dengan semua ini. Tapi jika di pikir-pikir, apa hak ku untuk seperti ini? Aku dan Samudra bahkan tidak punya hubungan apapun dan seharusnya aku sadar diri bahwa aku tidak berhak marah. Namun pada kenyataannya, aku tidak mampu untuk bersikap baik-baik saja setelah mendengar semua itu.
Sulit sekali rasanya untuk bersikap biasa saja, karna saat ini jujur, aku seperti merasa telah di bohongi oleh Samudra. Samudra terlalu baik, dia selalu bersikap seolah-olah dia menyukai aku. Dan apa aku salah jika berharap lebih? Atau.. memang pada dasarnya hanya aku saja yang terlalu bawa perasaan? Ya Tuhan. Baru saja aku ingin merasakan bahagia lagi, tapi semuanya sirna sekarang. Lagi-lagi rasa sakit muncul dan memenuhi ruang hatiku. Dan sekarang, rasa itu menimbulkan sebuah luka baru. Coba beri tahu, kapan aku akan merasa benar-benar bahagia?
Lalu setelah beberapa menit mobil taksi hanya di penuhi dengan suara isak tangisku, bapak supir taksi pun membuka suara.
"Mbak, ini kita mau kemana ya?" Benar juga, aku belum memberi tahu kemana tujuanku. Tapi, tidak mungkin aku pulang dengan keadaan seperti ini. Lalu aku berpikir untuk pergi ke rumah Lexa saja, untuk menenangkan diri sejenak.
"Ke perumahan cemara nomor 24 aja pak,"
"Baik mbak."
***
"Jadi Samudra ngedeketin lo cuma karna lo mirip sama cinta pertama dia yang udah meninggal?" Tanya Lexa saat aku sudah menceritakan semua yang terjadi tadi. Dan saat ini juga sudah ada Cut di kamar Lexa.
"Ya kalo kata Darel tadi gitu." Jawabku dengan tangis yang sudah mereda.
Cut menghela napas jengah. "Duh Run, terus lo percaya gitu aja sama Darel? Coba deh lo minta penjelasan dari Samudranya.."
"Udah kok."
"Terus dia bilang apa?"
"Dia bilang, Kirana emang cinta pertama dia yang susah dia lupain." Aku merunduk lesu.
"Masa sih Run? Lo beneran dengerin penjelasan dia sampe selesai?"
Aku meringis,"gak perlu sampe selesai Cut.. kalo dari awal aja dia udah bilang langsung ke intinya. Intinya, dia tuh belum move on dari Kirana. Walau Kirana udah meninggal, tapi tetep aja Cut, aku gak mau di sukai cuma karna aku mirip mantannya." Cut dan Lexa menghela napas berat.
Aku tersenyum hambar, "Aku gak tau harus gimana. Dia ngedeketin aku cuma karna aku mirip sama Kirana, dan berarti selama ini dia mandang aku bukan sebagai aku, tapi sebagai Kirana, orang yang masih dia cintai. Sakit banget gak sih di gituin?"
"Run.." ujar Cut jengah.
"Mulai sekarang, aku gak mau kenal dia lagi. Aku bakal bersikap seperti sebelumnya aja. Aku gak akan pernah nyapa ataupun natap wajah dia. Pokoknya semuanya akan aku buat kaya semula lagi." Tukasku mantap.
"Aku bakal nutup hati dari cowok manapun. Berurusan sama mereka cuma bisa ngebuat hati aku sakit. Dan aku capek. Aku nyerah dengan semuanya. Aku nyerah." Lanjutku.
Lexa menghela nafas kasar,"Run. Lo boleh capek, lo boleh berenti sejenak untuk istirahatin hati lo. Tapi satu Run, jangan pernah berenti mencari. Karna kalo lo berenti, lo gak akan nemuin bahagia lo yang sesungguhnya. Kecuali kehampaan yang berkepanjangan di ruang hati lo. Gak selamanya bahagia akan nyamperin lo dengan sendirinya. Ada kalanya lo harus kejar mereka, cari bahagia lo Run." Aku mematung mendengar penuturan Lexa. Semua yang di katakan olehnya benar. Kemudian tanpa aba-aba aku langsung memeluk Lexa, dan kembali menangis di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE
Teen FictionSaat mencintai terasa begitu menyakiti, kau hanya perlu memilih pergi. Namun, bagaimana jika dengan kejamnya semesta menyuruhmu untuk tetap melupakan, sedang yang ingin di lupakan malah di takdirkan untuk terus berhadapan dengan mu? Tega memang. Tap...