15 - hujan

668 55 4
                                    

'Siapkan dirimu, karna hidup tidak akan membiarkan sebagian dari ekspetasimu menjadi nyata.'

-MOVE

-HappyReading-



"Rel, kamu gak denger aku tadi bilang apa? Aku gak mau!"

"Darel?!!"

"Darel!"

Berkali-kali sudah aku berusaha untuk membuatnya memutar arah, kembali ke sekolah. Hingga tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.20 sekolah pasti sudah di tutup sekarang. Mana mau mang Udin memberikan toleransi lagi kepadaku kali ini. Lalu aku memilih untuk diam saja. Seraya berdoa dan berharap dalam hati, semoga Darel tidak melakukan hal yang tidak-tidak.

Lalu sekitar beberapa menit kemudian, Darel berhenti di salah satu restoran. Aku sedikit lega mengetahui bahwa Darel benar-benar mengajak aku untuk makan. Namun tetap saja, hari ini dia mengajakku bolos sekolah. Dan ini bukan masalah kecil bagiku.

"Yuk turun," aku masih diam, tidak berniat menjawabnya apa lagi untuk turun.

"Aruna?"

"Run?"

"Mau kamu apa sih?" Tanyaku dengan raut kesal.

"Ya makanlah. Udah ayuk Run," Aku berdecak sebal. Dengan sangat terpaksa aku meraih payung yang tadi ku letakkan di bawah kakiku dan aku pun membukanya di luar. Sedangkan Darel menggunakan payungnya sendiri yang berada di dalam mobil. Lalu aku pun mengikutinya menuju restoran.

Dan saat kami hendak memasuki restoran, seorang wanita yang baru saja ingin keluar dari restoran menghentikan langkahnya, menghadang kami.

"Loh Darel?" Ujarnya dengan mengangkat kedua alisnya.

Darel terlihat memasang raut terkejutnya,"Sonia? Kamu ngapain di sini?" Tanya Darel dengan penuh kebingungan.

"Nemuin temen tadi," Entah hanya perasaanku saja atau memang benar, tapi aku bisa melihat wajah Darel kini berubah menjadi gelisah.

"Wah wah, pacar baru lagi nih ceritanya? Terus, kalian bolos ya?" Tanya Sonia seraya menatapku.

"Bukan kok, kita cuma temen." Aku langsung menjawabnya.

"Oh iya juga sih, soalnya dari tampang lo, kayanya lo bukan tipe cewek yang di sukai Darel."ucapnya remeh,"oh.. atau jangan-jangan lo di bayar sama Darel ya?" Pungkasnya yang kini telah menaikkan sebelah sudut bibirnya.

"Eh Sonia, jaga bicara lo!" Bentak Darel menyela.

"Loh emang gitu kan kenyataanya? Gue tau Rel. Gue tau semua tentang lo." Lalu setelah itu Sonia kembali menatapku, lebih tepatnya menatapku.

"Udah ngapain aja sama Darel? Jangan lupa minta uang yang banyak, dia kaya soalnya." Seketika telingaku memanas mendengarnya. Mataku menajam dan tanganku terkepal kuat. Apa-apaan dia, dia pikir aku cewek murahan?

"Kamu gak tau siapa aku, dan aku gak tau siapa kamu. Jadi tolong jaga bicara kamu." Ujarku penuh penekanan dengan tatapan tajamku yang aku lemparkan padanya. Namun bukannya berpikir dia malah terkekeh.

"Udah lah. Sekali liat juga udah tau kali. Lo butuh uang kan?"

"Sonia! Jaga mulut lo!" Darel menyela.

Aku sudah tidak tahan lagi berada di sini. Lalu tanpa memikirkan apapun lagi aku berlari menjauh dari sana. Aku tidak mempedulikan Darel yang memanggil-manggil namaku. Bahkan aku tidak peduli baju dan tasku beserta isinya akan basah terkena air hujan. Yang terpenting adalah aku harus lari. Lari sejauh mungkin. Kemanapun.

MOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang