Satu minggu yang sangat menyenangkan bagi Stella. Tidak ada pengacakan kelas kembali setelah ditetapkan pada saat MOS waktu itu, dan itu tandanya Stella masih duduk satu bangku dengan Rina, ya walaupun Rina dan Stella belum benar-benar menjadi teman, namun Stella tak mempermasalahkannya. Ditambah lagi hubungan pertemanannya dengan Adit dan Raden semakin erat, setiap istirahat Adit dan Raden pasti akan datang kekelas Stella lalu mengajak Stella pergi ke kantin bersama.
Derap kaki Stella terdengar menggema di koridor sekolah yang masih sepi. Stella berangkat lebih pagi dari biasanya, ia harus ke perpustakaan untuk meminjam buku. Pak botak, eh, maksudnya Pak Tono, akan menghukumnya jika ia tidak membawa buku paket tebal khusus rumus matematika yang ada di perpustakaan. Dari pada nanti buku rumus matematika itu habis karena sudah di buru oleh teman-temannya yang lain, maka Stella rela datang pagi-pagi sekali untuk meminjam buku paket matematika itu.
Stella menghela nafasnya lega karena perpustakaan sekolahnya sudah buka. Dengan cepat Stella masuk ke perpustakaan dan mengambil buku rumus matematika yang Pak Tono maksud. Walaupun belum ada penjaga perpustakaan tapi siswa dapat meminjam buku dengan mudah, dengan cara meng-scan barcode yang ada di setiap buku yang ada di perpustakaan ini.
Setelah selesai meminjam buku, Stella segera menuju kekelasnya. Beberapa temannya sudah terlihat duduk di bangkunya masing-masing sambil memainkan HP-nya. Tidak ada sapaan ataupun sebagainya, mereka belum saling mengenal sehingga masih malu untuk sekedar menyapa teman sekelasnya sendiri. Rina juga sudah datang, namun lagi-lagi ia asik dengan dunianya sendiri. Berkali-kali Stella mencoba sok kenal sok dekat dengan Rina namun tak berhasil, begitu tidak sukanya kah Rina dengan Stella?
"Lo udah pinjem buku matematika yang disuruh sama Pak Tono?" tanya Stella basa-basi. Rina melirik Stella sekilas lalu mengangguk pelan.
"Kenalan sama Rina ternyata sama-sama susahnya kayak gue mau pedekate sama Kak Faldo," batin Stella.
***
"Raden mana?" tanya Stella kepada Adit saat Adit menjemputnya seorang diri. Adit tak menjawab, ia hanya menggaruk tengkuknya sambil memasang ekspresi bingung.
"Heh? Gue nanya, Raden mana? Panik banget," gertak Stella gemas.
"Sebenernya—"
"Eh Stella. Kita ketemu lagi."
Stella melongo kaget, dan langsung histeris, "ELO?! KOK LO BISA DISINI?!"
"Ya apa salahnya? Gue juga murid sini?"
Stella mendesis pelan dan langsung mencengkram kuat kerah baju Adam. "Ngapain lo disini? Dihadapan gue?!"
Adam melepaskan cengkraman tangan Stella dari kerah bajunya. "Selama ini lo main bareng sama temen-temen gue. Berati secara nggak langsung lo juga temen gue."
"Nggak bakalan mau gue temenan sama cowok udik kayak lo!"
Sebelum Adam dan Stella bertengkar, Raden segera menggeret Stella ke kantin meninggalkan Adam dan Adit dibelakang. Yang satu jail yang satu pemarah, kalau di gabungin udah kayak Avatar lawan Naruto, menghebohkan dunia.
Di kantin Raden menjelaskan mengapa bisa Adam berada disini, bukan di SMA PERMATA. Sejak dua minggu yang lalu Adam berada di rumah neneknya, awalnya hanya berniat liburan, namun ternyata nenek Adam sakit sehingga Adam sekeluarga harus menemani Sang Nenek hingga keadaannya membaik. Karena itu Adam tidak ikut MOS bersama teman-temannya yang lain, dan baru bisa masuk sekolah hari ini. Adit dan Raden pun benar-benar tidak mengetahui jika Adam lebih memilih SMA KENCANA dari pada SMA PERMATA, mengingat keterbatasan sinyal didesa sehingga mereka berdua kehilangan komunikasi dengan Adam selama dua minggu lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...