Stella menggerakkan kakinya untuk menendang angin dengan kuat. Ia kesal, Adam ternyata benar-benar meninggalkannya. Emang dasar, cowok udik! Stella memaki-maki Adam didalam hatinya. Sumpah serapah benar-benar ia sebutkan semuanya. Sepertinya keputusan untuk menebeng dengan Adam itu salah, karena ujung-ujungnya ia juga di tinggal sendirian. Ah! Memang Adam sia—
"Lo kenapa? Aneh bener."
Stella membalikkan badannya untuk mengahadap seseorang yang sudah menepuk bahunya. "Loh? Kok lo ada disini? Bukannya lo ninggalin gue?" tanya Stella bingung.
Adam tertawa. "Lo pikun ya? Kan udah gue bilang, gue nunggunya di bawah pohon itu. Bukan disini."
Mendengar penuturan Adam, Stella menepuk dahinya pelan. Merutuki dirinya yang lupa jika Adam menunggunya dibawah pohon, bukan didepan rumah Faldo. "Gue lupa," ucap Stella sambil tersenyum kikuk.
"Tenang, gue kan udah janji buat nungguin lo. Cowok itu, dihargai karena janjinya," tutur Adam. "Jadi, mau pulang sekarang?" lanjut Adam.
Stella mengangguk, "Iya, sekarang aja."
"Yaudah. Lo tunggu sini, biar gue ambil motor gue dulu."
Stella mengamati Adam yang menaiki motornya dan membawanya kehadapan Stella. Tak lupa Adam memberikan helm Stella kepada pemiliknya sebelum Stella menaiki motornya. "Pegangan," ucap Adam yang tak jadi melajukan motornya.
"Udah," sahut Stella cepat.
"Mana? Gue kok nggak ngerasa," ucap Adam.
"Ya lo aja kali. Udah, ayo jalan!" kesal Stella.
"Pegangan dulu," kekeuh Adam.
"Nggak! Alay banget!"
Adam langsung membawa tangannya ke belakang dan memegang kedua tangan Stella untuk diarahkan ke pinggangnya. "Disuruh penganan aja susah bener. Kayak anak TK. Jangan dilepas, ntar kalau lo jatoh gue juga juga yang repot," ucap Adam sebelum ia melajukan motornya.
Tanpa sepengetahuan Adam, tindakan Adam barusan sukses membuat Stella terkejut dan juga bingung. Cewek mana yang tidak merasa senang jika diperlakukan seperti ini. Namun, cewek mana juga yang mudah percaya dengan cowok yang suka ngebaperin cewek-cewek seperti Adam ini? Disatu sisi Stella tak memungkiri jika dirinya merasa sangat senang, hatinya bahkan juga terasa hangat mendapat perlakuan seperti ini. Tetapi, ia juga ingat, jika Adam adalah tipe cowok yang wajib Stella jauhi karena sifatnya yang suka bikin baper para cewek-cewek lalu ia tinggalkan begitu saja.
Stella mengeram kesal, "Dasar cowok udik! Kenapa nggak pake otot aja, kenapa harus pake hati kayak gini. Bikin kesel aja!"
"Kenapa Stel?" tanya Adam sedikit berteriak karena merasa Stella mengeluarkan suaranya. "Ng-nggak papa," jawab Stella lumayan gugup. Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa bisa ia sampai keceplosan.
"Gue ajak makan dulu ya. Gue laper banget," ajak Adam. Karena tidak dengar, Stella sedikit mendekatkan dirinya ke arah Adam, "Lo bilang apa tadi?"
Adam pun juga sedikit mencondongkan tubuhnya ke belakang. "Makan dulu ya. Gue laper," ucapnya sedikit berteriak agar Stella mendengar suaranya. Setelah mengatakan hal itu, Adam kembali ke posisi semulanya. Namun tidak dengan Stella, "Yang tadi itu, deket banget," batin Stella mengingat kejadian barusan.
"Stel?" tegur Adam sedikit berteriak karena ia tak kunjung mendengar jawaban dari Stella.
"Iya!" jawab Stella yang juga ikut berteriak. Mendengar jawaban Stella, Adam menambah kecepatan motornya walaupun sudah jelas jika jalanan sedang lumayan padat tapi cowok itu tetap nekat. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah warung pinggir jalan didekat sebuah taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Ficção AdolescenteIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...