Stella bersorak senang, bahkan air matanya sempat beberapa kali mengalir karena saking bahagianya. Iya, ia sangat bahagia ketika melihat namanya berada di nomor urut ke-3 dari 5 orang yang dinyatakan lolos seleksi olimpiade biologi. Setelah yakin jika ia benar-benar lolos, Stella langsung melangkahkan kakinya menuju kantin untuk menemui Stevan.
"Eh, Stella tunggu!" teriak Bunga yang mampu menghentikan langkah Stella.
"Kamu mau ke kantin?"
Stella tak menjawab, ia hanya tersenyum merekah lalu memeluk Bunga sesaat. "Gue lolos, Kak!"
"Wah selamat!" pekik Bunga kesenengan sambil meloncat-loncat. "Kalau gitu, ayo kita ke kantin. Kita kasih tau Kak Stevan sama Kak Faldo," ajak Bunga setelah menghentikan aksi loncat-loncatnya.
Kedua cewek itu terlihat memperhatikan seisi kantin dengan jeli, berusaha untuk menemukan Stevan dan Faldo. Hingga akhirnya Stella menemukan Abangnya itu duduk bersama dua cowok lain disalah satu meja. Dan tanpa membuang waktu lagi, keduanya segera menghampiri Stevan.
"Bang," panggil Stella.
Stevan menolehkan kepalanya, ia melihat adiknya itu yang memasang wajah sumringah. "Kenapa?"
Stella menahan nafasnya sebelum ia mengatakan jika dirinya lolos seleksi dengan lumayan heboh. "Gue lolos seleksi. Nama gue ada diurutan ketiga."
Mendengar hal itu, Stevan segera bangkit dari kursinya dan segera merangkul Stella sambil mengusap kepala adiknya itu dengan lembut. "Hebat bener emang adek gue," pujinya.
Stella hanya tersenyum lebar lalu mengedarkan pandangannya kearah dua cowok didepannya. "Loh, Kak Faldo dimana?" tanya Stella bingung.
Salah satu cowok itu menyahut, "Diruang musik. Lagi benerin senar gitar."
Dengan cepat Stella melepaskan rangkulan Stevan. "Gue ke ruang musik dulu. Mau ngasi tau Kak Faldo kalau gue lolos seleksi. Ini kan juga berkat bantuan belajar dari dia. Cabut dulu ya semua," pamit Stella sebelum ia melesat pergi menuju ruang musik.
Sesampai di ruang musik Stella tak langsung masuk kedalam, Stella mengamati Faldo dari jendela, ingatannya memutar kembali momen dimana ia mengetahui sosok Faldo dan jatuh cinta dengannya. Faldo yang bernyanyi sambil bermain gitar itu benar-benar membuat Stella jatuh kedalam pesonanya. Dan sekarang, ia melihat lagi Faldo yang sedang bermain gitar sambil bersenandung pelan didalam ruang musik ini. Stella tersenyum, hatinya menghangat, dan sepertinya Stella sudah semakin jatuh kedalam pesona sosok Faldo, kakak kelasnya.
"Eh, itu kayaknya Stella," ucap Adit menghentikan langkah kedua temannya sambil menunjuk Stella yang sedang tersenyum mengamati ruang musik dari jendela.
Tanpa basa-basi lagi, Adam langsung berjalan ke arah Stella dan menepuk bahu Stella pelan sehingga membuat Stella sedikit berteriak karena terkejut. Dengan cepat Stella melihat kedalam ruang musik, Faldo ternyata masih asik bermain gitar, syukurlah jika Faldo tak mendengar teriakannya. Dan kini Stella membalikkan badan, bersiap untuk menyemprot habis sosok yang membuatnya kaget.
"LO?!" kesal Stella setelah tau jika Adam adalah pelakunya.
"Ngeliatin apaan sih? Sampe senyum-senyum gitu," kepo Adam sambil melirik ke dalam ruang musik. Ia melihat Faldo yang sedang bermain gitar. "Apaan sih lo?! Udah sana, pergi!" usir Stella mendorong dada Adam untuk menjauh darinya.
Namun Adam mencekal tangan Stella yang sedang mendorong dadanya sehingga membuat Stella menatap Adam dan ketika itulah mata Stella menatap mata Adam yang menyorotkan sebuah arti, seperti ada kesedihan didalamnya, tapi kenapa? Ah! Stella menggelengkan kepalanya lalu melepaskan tangannya dari cekalan Adam. Kenapa ia memikirkannya, itu tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...