Adit terlihat girang, "Akhirnya lo berdua dateng juga."
Tiba-tiba Raden tersenyum penuh arti sambil merangkul Adit. Wajahnya pun juga terlihat menggoda Stella dan Adam. "Kayaknya ada yang udah berubah status nih," ucap Raden sambil menaik-naikkan kedua alisnya.
"Berubah status gimana?" tanya Adit tak paham. Bahkan Stella dan Adam pun juga berfikir keras, status apa yang dirubah? Dan kenapa Raden menggodanya.
Raden semakin terlihat menggoda keduanya. "Itu tuh, udah gandengan aja. Jadian dimana tadi?" tanya Raden.
Sontak saja Stella menunduk kebawah dan melihat jika tangannya masih berada digenggaman Adam. Ah sialan! Ia lupa. Dengan keras Stella menghempaskan tangan Adam hingga terlepas dari tangannya. "Jangan pernah pegang-pegang tangan gue lagi!" ketusnya.
"Lo berdua kenapa bikin Stella inget sih! Kan lumayan kalau nanti sampe pulang gue bisa pegangan tangan sama Stella," kesal Adam kepada kedua temannya itu.
"Ogah bener sampe pulang gandengan sama lo. Yang ada tangan gue bisa infeksi!"
"Masa? Justru harusnya lo bangga bisa gandengan sama gu—"
Ucapan Adam terhenti ketika Raden langsung beralih merangkul Stella dan berkata, "Mending sama gue aja."
Stella tak bergeming, ia tak berusaha melepaskan rangkulan Raden dari bahunya. Ia sudah terbiasa, cowok itu entah kenapa suka sekali merangkul orang. "Kok lo nggak berontak? Pilih kasih banget lo jadi orang. Nggak, nggak bisa! Lo nggak bisa seenaknya dirangkul sama nih bocah," kesal Adam sambil berusaha melepaskan rangkulan Raden.
Dengan kasar Stella menepis tangan Adam. "Kenapa nggak bisa?!" galak Stella sambil melipat tangannya didepan dada.
"Ya karena yang suk—"
Ucapan Adam terhenti. Ia menatap Stella dengan kesal. "Nggak jadi! Gue sama Adit aja. Yok, Dit," lanjut Adam memilih untuk merangkul Adit yang sedari tadi hanya diam menyaksikan ketiga orang yang ikut merayakan ulangtahunnya ini berdebat.
"Dih! Nggak jelas lo, udik!" cibir Stella.
Diam-diam Adam mengamati Stella yang sudah berjalan mendahului Adam sambil mengembuskan napasnya berat. Lalu melanjutkan kata-katanya yang sempat tertunda didalam hati. "Ya karena yang suka lo itu gue! Bukan Raden."
Hal pertama yang mereka berempat lakukan adalah nonton. Adit dan Raden sengaja datang lebih awal untuk memesan tiket. Film yang mereka berdua pilih adalah film komedi, film yang membuat semua penonton tertawa dari awal hingga akhir film. Bahkan Stella pun tertawa puas karena adegan lucu yang selalu di tampilkan.
"Gila, sakit perut gue," ucap Adit yang disetujui oleh ketiga temannya yang lain. Padahal film telah berakhir sejak 5 menit yang lalu, namun perut mereka masih terasa sakit akibat terlalu banyak tertawa.
"Basket yuk," ajak Raden tiba-tiba. Wajah Adam dan Adit menjadi lebih sumringah, "Yuk!" ucap keduanya secara kompak. Dan tanpa persetujuan dari Stella, ketiganya langsung mengajak Stella menuju TimeZone.
"Ayo, Stel main. Lo pasti ketagihan deh," ucap Raden menyuruh Stella ikut bermain basket dengan mereka bertiga.
"Nggak ah. Gue nggak bisa basket. Lagi pula pas tuh, basketnya ada 3. Lo bertiga tanding sendiri aja," jawab Stella. Ia memang tak jago basket, futsal, voli, atau olahraga lainnya. Ia hanya bisa bela diri dan juga lari, selebihnya ia benar-benar tidak bisa.
"Lo juga harus ikut tanding. Itu tuh, ada yang mini, yang buat anak kecil. Lo main disitu aja." Stella menatap malas Adit karena mendengar usulannya.
Tiba-tiba ia merasa tangannya ditarik oleh Adam dengan pelan. "Stella main bareng gue," ucap Adam. Raden dan Adit saling melirik kemudian mengangguk. "Oke, kita tanding sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...