Stella tersenyum merekah ketika sebuah medali emas dikalungkan dilehernya. Tangannya membawa piala dan juga sertifikat. Suara riuh tepuk tangan dan teriakan khusus untuk Stella, peraih juara 1 dalam pertandingan bela diri, memenuhi telinganya sekarang. Ia bahagia, setidaknya dalam seminggu ini ia dapat membuat Novi dan Abi bangga kepadanya. Bahkan ia juga membuat bangga Pak Alan serta teman-temannya.
"Good job girl. Kamu anak perempuan Ayah yang hebat banget," ucap Abi sembari memeluk Stella dengan erat. "Makasih, Ayah," jawab Stella.
"Bener, kamu emang anak perempuan Bunda yang kuat banget. Bunda bangga sama anak gadis Bunda ini," ucap Novi sembari mengelus pucuk kepala Stella yang masih berada di pelukan Abi. "Makasih, Bunda."
Setelah acara pelukan dengan Abi dan Novi, lalu dilanjutkan dengan ucapan selamat dari Pak Alan, kini Stella berada bersama teman-temannya dan Abangnya yang sudah datang untuk men-support-nya. Berbagai ucapan selamat dari Adam, Adit, Raden, Faldo, Bunga, dan Stevan bergantian ia dengar. Senyum merekah menghiasi wajahnya ketika mengucapkan terimakasih kepada semuanya. Namun, ada satu kejanggalan yang sebenarnya ia rahasiakan, Niko, cowok itu tidak menepati janjinya untuk datang ke pertandingan bela diri ini.
***
"Kamu beneran nggak mau ditungguin? Cuma ambil jaket aja kan? Mending Ayah sama Bunda tungguin," tanya Novi.
Stella menggeleng. "Nggak usah, Bunda. Stella nanti pulang naik ojek aja," tolak Stella bukan tanpa alasan. Ia ingin menenangkan dirinya sejenak merenungi sedikit kegalauannya karena Niko tidak menepati janjinya.
Sedikit galau?
Atau, benar-benar galau?
Entahlah, yang jelas saat ini Stella benar-benar merasa hampa, kehilangan, dan juga sedih karena Niko tidak menepati janjinya untuk datang ke pertandingan Stella.
"Yaudah kalau gitu. Bunda, Ayah, sama Abang pulang duluan ya. Kamu hati-hati nanti pulangnya," ucap Novi.
Setelah mobil yang ditumpangi oleh Novi dan keluarganya sudah tidak terlihat lagi oleh matanya, Stella segera masuk ketempat latihan bela dirinya. Tadi didalam perjalanan Pak Alan menelfonnya, katanya jaket Stella tertinggal disana, dan jika tidak diambil takut nanti para tikus-tikus nakal akan dengan senang hati menggigiti jaket Stella tersebut.
"Akhirnya jaket gue masih utuh. Untung aja belom di gigiti sama tikus. Ini kan jaket kesayangan gue," ucap Stella lega sambil memeluk jaketnya sejenak lalu memasukkannya kedalam tas ransel yang ia bawa.
Stella kembali mengecek barang-barangnya kembali, apakah masih ada yang tertinggal atau tidak. Karena memang tadi ia sempat kesini untuk menemui Pak Alan sejenak sebelum ia berangkat bersama Pak Alan ke tempat pertandingan, para peserta memang diwajibkan untuk datang bersama pelatih yang. Namun karena Stella telat datang, maka ia harus bergerak cepat sehingga meninggalkan jaket kesayangannya disini, tidak menutup kemungkinan juga kan jika ada barang lain yang ikut tertinggal disini.
Setelah dirasa tidak ada lagi barang yang tertinggal, Stella melangkahkan kakinya keluar dari tempat latihannya untuk mencari ojek agar ia dapat segera pulang kerumah, badannya sudah terasa pegal. Hatinya sudah terasa sesak. Mood-nya juga sudah mulai diliputi awan sendu. Tidak Stella sangka jika hanya karena Niko yang tidak menepati janjinya mampu membuat Stella galau seperti ini.
Ah, ia ingin segera mendekam dikamarnya.
Namun, bolehkah ia berharap jika Niko tiba-tiba datang? Lalu menawarinya tumpangan untuk mengantarkan Stella pulang sembari menjelaskan alasannya mengapa cowok itu tidak menepati janjinya. Stella menggeleng cepat. Drama sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...