"Tunggu deh, Adam beneran misah sama lo berdua?" tanya Stella bingung. Pasalnya mereka bertiga ini dulu memang beda kelas, tetapi kemana-mana selalu bareng. Dateng sekolah bareng, pulang sekolah bareng, ijin ke toilet aja mereka bareng, dan sekarang Adam memisahkan diri begitu saja? Ini nyata kan?
"Iyalah. Buktinya dia aja nggak dateng kesini," jawab Raden. "Terakhir kali kita kontakan sama Adam 3 hari yang lalu. Sebelum dia pergi kerumah neneknya. Adam bilang kemungkinan besar dia jadi anak Permata," lanjut Adit.
"Syukur deh kalau gitu. Berati gue udah bisa bebas dari Adam," ucap Stella lega.
"Kok lo seneng banget? Ntar kangen loh berantem sama Adam," ledek Adit. "Biasanya sih benci jadi cinta," tambah Raden.
"Kangen? Cinta? Omong kosong! Gue seneng banget berati masa SMA gue bakal tenang. Tenang tanpa ada panggilan orang tua cuma karena gue berantem sama Adam," balas Stella.
"Ya tiati aja sih. Siapa tau nanti lo berdua saling kangen," ucap Adit sambil memasang senyum mengejeknya.
"Ben—"
"Tampol nih!" geram Stella. Raden dan Adit pun cekikikan melihat tingkah geram Stella.
***
Stella berjalan sendirian menuju kelasnya, setelah satu setengah jam dirinya berdiri di lapangan bersama dengan para murid baru lainnya. Dan apesnya lagi, dirinya terpisah dengan Adit dan juga Raden, padahal Adit dan Raden satu kelas. Mungkin ini sebuah tuntutan Tuhan agar Stella berani untuk memulai suatu pertemanan di sekolah barunya ini. Ya, mungkin, berfikir positif saja.
Stella mengamati kelas barunya bingung. Semua kursi sudah terisi, lalu ia duduk dimana. "Kenapa nggak masuk, dek?" tanya cewek cantik berparas imut dihadapannya. Mungkin cewek ini adalah kakak pembimbingnya untuk beberapa hari kedepan. "Kur—"
Ucapan Stella terhenti saat dirinya melihat ada satu kursi kosong yang berada dibelakang sendiri, tepatnya berada di sebelah cewek dengan rambut sebahunya yang digerai. "Ng-nggak jadi, kak. Permisi," lanjut Stella yang langsung berjalan kearah bangku cewek itu.
"Sorry. Disini kosong?" tanya Stella. Cewek berambut sebahu itu menoleh kearah Stella dan mengangguk pelan. Dengan cepat Stella menduduki kursi itu dan menyodorkan tangannya di hadapan cewek di sebelahnya.
"Kenalin. Gue Stella," ucap Stella.
Sejenak cewek disebelahnya itu menatap Stella dengan tidak percaya. "G-gue Rina," ucap cewek disebelahnya dengan kaku saat menjabat tangan Stella.
"PAGI SEMUAA!" sapa kakak kelas yang menanyainya tadi.
"PAGI KAK!" jawab seisi kelas dengan serempak.
"Oke. Seperti biasa, kita kenalan dulu ya!"
Acara perkenalan pun dimulai, seperti biasa, dimulai dari para kakak pembimbing yang mengenalkan diri sampai akhirnya satu persatu dipanggil maju ke depan untuk memperkenalkan dirinya masing-masing. Setelah selesai dengan acara perkenalkan, acara selanjutnya adalah games ringan dan juga tanya jawab seputar SMA KENCANA. Hingga tiba waktunya untuk semua murid istirahat. Seperti pada umumnya, semuanya langsung bergegas keluar kelas untuk pergi ke kantin atau mencari teman-temannya yang berada dikelas lain.
Melihat semua anak dikelasnya keluar dari kelas, Stella pun segera mengambil ancang-ancang untuk bangkit dari kursinya, sebelum akhirnya ia sadar jika ia mempunyai teman sebangku sekarang. Ia melirik Rina yang tengah menyangga kepalanya dengan satu tangan sementara tangannya yang lain ia gunakan untuk mencoret sesuatu di buku miliknya.
"Lo nggak ke kantin? Bareng gue yuk," ajak Stella mencoba sok kenal sok dekat dengan Rina. Terlihat Rina menghentikan aktivitasnya lalu menatap Stella dengan senyuman tipisnya. "Nggak. Lo ke kantin aja. Gue disini," jawab Rina.
"Lo bawa bekal?" tanya Stella. Rina menggeleng lemah.
"Terus kenapa nggak ke kantin?"
Rina hanya diam, tidak menoleh kearahnya ataupun menjawab dengan gerak gerik tubuhnya. "Apa omongan gue salah ya?" batin Stella bingung.
Tok. Tok. Tok.
"STELLA! AYO KANTIN!"
Adit dan Raden berdiri didepan jendela sambil mengetuknya beberapa kali, bahkan melambai-lambaikan tangan mereka seperti anak kecil. Astaga, teman-temannya itu, Stella sedikit malu.
"Sorry ya, Rin. Gue keluar dulu," pamit Stella yang langsung melesat keluar kelas untuk memberhentikan tingkah aneh kedua temannya ini. Teman? Ya, mereka adalah teman Stella mulai dari sekarang. Tapi jangan salah, meskipun begitu ia tetap menganggap Adam musuhnya, musuh abadi saat mereka bertatap muka.
"Kantin yuk, La. Laper banget gue," ucap Adit.
"Yuk."
"Eh tunggu. Itu temen sebangku lo nggak diajakin sekalian? Kasian, sendirian dikelas," ucap Raden yang membuat Adit celingukan menatap ke arah kelas Stella mencari keberadaan teman sebangku Stella yang Raden maksud.
"Udah gue ajak, dia nggak mau," jawab Stella.
"Yaudah kalau gitu. Yuk kantin," ucap Raden yang langsung merangkul Adit dan Stella secara bersamaan.
Setelah sampai di kantin Raden dan Adit langsung melesat pergi begitu saja untuk mengantri membeli makanan yang mereka inginkan. Sedangkan Stella masih diam, ia merasa ada yang kurang. Dengan cepat ia merogoh saku yang ada dibajunya, dan ia tidak menemukan apapun.
"Keluar dari kamar terus sarapan. Habis itu Bang Stevan langsung ngajakin berangkat. Pamitan sama Bunda Ayah terus—"
Stella menghentakkan kakinya kesal. Hari ini ia tidak membawa uang saku. Tadi pagi ia langsung berangkat sehingga ia lupa tidak meminta uang saku kepada Novi. Sial sekali. Dengan pasrah Stella berjalan menghampiri Adit dan berkata, "Gue duluan ya, Dit. Kantinnya rame banget, gue jadi nggak mood makan."
"Yaudah kalau gitu. Ntar pulang sekolah gue samperin lagi sama Raden," balas Adit yang diangguki oleh Stella.
Dengan menahan kesal Stella berjalan memutari sekolah untuk mencari Stevan, gara-gara Abangnya itu ia harus menahan lapar. Dan sekarang ia ingin meminta uang kepada Stevan. Mulai dari kantin, lapangan, perpustakaan, UKS, ruang auditorium, sampai ruang-ruang kelas lain dirinya tidak dapat menemukan Stevan. "Mungkin di ruang OSIS. Gue tanya aja ruang OSIS itu dimana," batin Stella segera melangkahkan kakinya ke salah satu kakak kelas yang memakai almamater OSIS seperti milik Stevan.
Namun baru beberapa langkah suara bel berbunyi, itu berati waktu istirahat sudah selesai.
"Sialan!"
---
Haii, maaf ya kayaknya nggak jelas banget part ini. Kalau ada kritik atau saran tulis aja di kolom komentar ya😋Jangan lupa juga buat pencet tombol bintangnya 🌠
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...