Stella menyuruh Rina memilih pakaian dari lemarinya. Mengingat Stella bukan seperti cewek pada umumnya yang dimana seluruh isi lemarinya dominan dengan warna pink atau colorful. Isi lemari Stella hanya sedikit dan hampir semuanya berwarna gelap. Hanya ada hitam, abu-abu, biru dongker, dan beberapa warna putih. Jadi, lebih baik Stella menyuruh Rina memilih sendiri, ia takut Rina merasa tidak nyaman dengan pakaian yang ia pilihkan. Tentu saja Rina menolak, baginya Stella sudah mau menampung Rina dirumahnya setidaknya sampai jam pulang sekolah berkahir saja Rina sudah sangat bersyukur.
Namun, bukan Stella jika tak bisa membuat lawan bicaranya memilih untuk mengalah dan menjalankan apa yang gadis itu suruh. Dengan cepat, Rina langsung mengambil salah satu kaus Stella yang berwarna abu-abu serta celana training panjang berwarna hitam polos untuk melengkapinya. Setelah Stella dan Rina selesai membersihkan dirinya dan berganti baju, mereka berdua langsung menuju ruang makan karena Novi sudah berkali-kali memanggil mereka untuk makan siang bersama.
Ketiganya makan sambil mengobrol ringan. Novi yang terlihat sangat antusias karena ini pertama kalinya Stella membawa temannya ke rumah. Ia menanyakan hal-hal yang ia ingin ketahui walaupun sebenarnya hal itu tidak penting sama sekali. Seperti tinggi badan, berat badan, sampai nama penjual bubur ayam di perempatan yang padahal lokasinya sangat jauh dari rumah Rina. Katanya, "Ya siapa tau aja Rina kenal. Tante penasaran soalnya."
Setelah selesai makan, Stella dan Rina berbincang kecil di belakang rumah sambil menunggu Stevan pulang. Dan setelah itu, Stella akan mengantarkan Rina pulang. Pukul 14.00, Stevan datang, Rina dan Stella pun bersiap. Seragam Rina juga sudah bersih karena tadi Stella memasukkannya kedalam mesin cuci, sehingga seragam yang kotor dan lembab itu kini sudah bersih, kering, dan harum seperti semula.
Sesampainya di rumah Rina, Rina menolak keras Stella dan Stevan untuk ikut masuk kedalam rumahnya, katanya Rina takut jika Stella merasa jijik. Tapi karena sifat Stella yang keras kepala, akhirnya Stella dan Stevan masuk kedalam rumah Rina yang sederhana, bersih, dan jauh dari kata kotor itu. Stella menjelaskan kepada Ibu Rina tentang kejadian yang sebenarnya, tentu saja Ibunya menangis, orang tua mana yang tidak sedih melihat anaknya jadi korban bully selama bertahun-tahun.
Namun Stella juga menenangkannya, ia berkata jika semua akan baik-baik saja dan kejadian ini adalah kejadian bully terakhir yang Rina terima, karena Stella yakin geng pelangi itu akan tobat setelah panggilan orang tua selesai. Geng pelangi seperti mereka itu kan, much talk no action, it's zero!
***
Dengan santai Stella berjalan bersama Rina menuju ruang BK untuk menemui Novi dan juga Ibunya Rina. Jangan ditanya menang siapa, jelas menang kubu Stella. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya kan? Novi pasti lebih galak dan lebih jago memutar balikkan perkataan seseorang, mengingat Stella saja jago, apalagi Novi, Bundanya sendiri.
"Mereka berlima di skors seminggu. Katanya kalau kejadian ini keulang lagi, mereka bakalan di DO," jelas Novi kepada Stella. Stella lega, pasti geng pelangi itu tidak akan bisa macam-macam lagi sekarang.
Ibu Rina pun juga lega, akhirnya Rina sudah tidak akan lagi mendapatkan bully dari Caca dan teman-temannya. Rina dan Ibunya kompak berterimakasih kepada Stella dan Novi karena kebaikan ibu dan anak ini.
Kini, Stella sedang berjalan sendirian menuju kelas setelah selesai dari kamar mandi. Tiba-tiba, "Syukur deh kalau lo nggak di skors. Kan lo cuma boleh di skors karena berantem sama gue. Jadi kita nanti di skors bareng, terus—"
Bugh.
Stella menabok punggung Adam dengan keras hingga Adam merintih kesakitan. "Lo kira gue mau di skors bareng lo?!" ucapnya ngegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...