Sudah lebih dari satu jam Stella duduk dikelasnya sambil membaca buku-buku biologinya. Sesekali ia memilih membuka HP-nya sejenak untuk mengusir rasa bosannya. Ia menunggu Stevan dan Bunga yang sedang ada jadwal bimbingan olimpiade. Kata Stevan, bimbingan kali ini hanya berlangsung selama satu jam saja, namun ini sudah lebih dari satu jam kenapa mereka belum juga selesai.
Akhirnya mau tidak mau Stella keluar dari kelasnya dan menuju ruang bimbingan club olimpiade matematika.
"Lo belum pulang?"
Stella melirik Adam malas. Kenapa bisa cowok udik ini belum pulang dan tiba-tiba menjajari Stella begitu saja.
"Maksud gue, kenapa lo belum pulang?" tanya Adam meralat kata-kata sebelumnya.
"Bang Stevan ada bimbingan," jawab Stella dengan singkat.
"Kalau gue, gue ada rapat bentar sama anak futsal," ucap Adam yang langsung membuat raut wajah Stea berubah. "Siapa juga yang nanya sama lo!"
Adam terkekeh, "Siapa tau lo kepo tapi gengsi mau nanya. Yaudah, gue langsung kasih tau aja." Stella memilih untuk tidak mendengarkan ucapan Adam. Ia terus berjalan menuju ruangan bimbingan club olimpiade matematika.
"Gue lagi ngomong ini, Stel, kok lo tinggalin gitu aja," ucap Adam kepada Stella yang terus melangkah meninggalkannya. Karena Stella sama sekali tak merespon ucapan Adam, Adam langsung melangkahkan kakinya untuk menjajari Stella.
"Yaelah, jutek banget sih, Stel. Gue dari tadi ngomong ini," ucap Adam yang berusaha menarik perhatian Stella saat keduanya sudah berada didepan ruang bimbingan.
Stella menatap Adam malas. "Diem! Gue lagi nggak mood ngomong!" jawab Stella datar, namun penuh dengan kesinisan.
"Yaudah iya, gue diem."
Sedetik kemudian pintu ruangan bimbingan terbuka dan menampilkan sosok Stevan dan Bunga. "Loh, Adam?" bingung Stevan setelah ia sudah berada didekat Stella dan Adam.
"Hai, Bang," sapa Adam ramah.
"HEH! Ngapain lo ikut-ikutan manggil Abang gue dengan sebutan abang," marah Stella.
"Gue nggak ikut-ikutan. Abang juga kata lain dari kakak kan?" ucap Adam membela dirinya.
"Pokokny—"
"Udah, nggak usah ribut. Mau manggil apa aja terserahlah," ucap Stevan menengahi. Mendengar hal itu Adam langsung menjulur lidahnya ke arah Stella hingga membuat Stella mengeram kesal. Sialan!
"Lo ngapain disini, Dam?" tanya Stevan bingung.
"Ngikutin Stella," jawabnya jujur.
"Kalian ud—"
"Ayo, Bang, kita berangkat ke rumahnya Kak Faldo. Keburu sore ntar," ajak Stella sambil menggandeng tangan Bunga yang sedari tadi hanya diam dan langsung berjalan mendahului Stevan.
Baru dua langkah, Bunga menarik tangan Stella untuk berhenti. "Itu yang mau kita bahas, Stel. Stevan nggak mungkin boncengin aku sama kamu kan? Jadi kamu aja yang ikut nengokin Faldo," ucap Bunga.
Ya ampun, Stella tidak kepikiran tentang hal itu. Dia mengamati Bunga sejenak. "Nggak. Gue aja yang nggak ikut. Kak Bunga aja yang ikut."
"Eh jangan. Kamu aja, Stel. Aku bisa kerumah Faldo nanti malem kok," ucap Bunga yang masih menyuruh Stella saja yang ikut ke rumah Faldo.
"Gimana kalau Stella gue aja yang nganterin?" tawar Adam yang membuat ketiga orang didepannya ini langsung menatapnya. "Ogah! Mending gue nggak ikut dari pada dianter sama lo!" tolak Stella mentah-mentah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...