Hari ini Stella latihan, sendirian. Benar-benar hanya ada Stella, Pak Alan, dan juga Stevan yang menunggunya di pojokan sana. Tadi saat Stella baru saja menginjakkan kakinya dirumah, Pak Alan menyuruh Stella datang karena ada hal yang perlu dibahas. Ternyata ada pertandingan tingkat Nasional, dan seperti biasa, Pak Alan meminta Stella yang mengikuti pertandingan itu, mengingat Stella sudah bolak balik menjuarai pertandingan. Sebenarnya bukan melulu Stella yang dipilih untuk mengikuti pertandingan, tapi karena waktunya lumayan mepet, maka lebih baik Pak Alan mengirimkan Stella.
"Lanjut besok aja, Pak. Udah pegel," ucap Stella jujur.
Bayangkan saja, ia dan Stevan baru saja sampai rumah, masih memakai seragam, lalu Pak Alan memberikannya waktu satu jam untuk datang ke tempat latihan. Stella langsung ganti baju, tanpa sempat makan. Ia hanya sempat minum beberapa tegukan saja. Sebenarnya tadi Stella ingin berangkat sendiri, tapi Stevan tak memperbolehkannya, bisa-bisa Stella nyasar lagi seperti waktu itu.
"Yaudah. Besok kita latihan jam 5 ya. Jangan telat atau lari 20 keliling!" ucap Pak Alan. Stella mengangguk, "Siap, Pak bos."
Setelah pamit dengan Pak Alan, Stella mengambil tasnya dan berjalan kearah Stevan yang asik memainkan game di HP-nya. "Udah selese?" tanya Stevan tanpa melirik ke arah Stella, ia masih fokus dengan gamenya.
Stella bergumam tak jelas, sebelum akhirnya ia mengajak Stevan pulang. "Ayo pulang. Gue laper parah. Mana gerah lagi." Stevan segera mengakhiri gamenya, kasian juga Stella belum makan dari tadi siang.
Sampai dirumah Stella segera mandi lalu makan. Karena sudah malam, makan siangnya ia gabung dengan makan malam, dengan porsi yang masih sesuai nalar tentunya. Setelah itu, Stella lanjut belajar untuk mempersiapkan seleksi olimpiade biologinya. Bagi Stella kegiatannya satu bulan kedepan akan sangat padat.
Minggu depan ia ada test masuk club bela diri di sekolahnya. Lalu dua minggu lagi adalah seleksi olimpiade biologi yang akan menentukan berhasil tidaknya cara pedekate Stella kali ini. Ditambah satu bulan lagi ia ada pertandingan bela diri yang membuatnya harus ekstra latihan, bisa jadi setiap hari, atau dua sampai tiga hari sekali. Ah, kalau di pikirkan memang berat, tapi jika dilaksanakan mungkin tidak akan terasa.
Pukul 21.00, Stella menguap lebar, ia lelah namun ada beberapa materi yang belum ia pahami. Stella mengetuk-ngetukkan pensil yang ada di genggamannya ke dahinya sendiri dengan pelan. Berfikir bagaimana cara Stella memahami materi ini, virus, bakteri, lalu jamur. Sampai akhirnya bayangan wajah Faldo muncul di otaknya. Ah iya, ia bisa meminta bantuan Faldo besok. Akhirnya Stella menulis beberapa kalimat diatas notebook kecilnya yang masih baru itu mengenai hal-hal yang belum ia pahami.
***
"Hadu ibu, mau kemana, bu? Buru-buru banget kayaknya," ucap Adam yang tiba-tiba berdiri didepan Stella, seperti biasa, dibelakangnya pasti ada Adit dan juga Raden yang mengekorinya.
Stella memutar bola matanya malas, "Minggir! Gue lagi buru-buru!"
Namun, Adam segera menghadang Stella kembali. "Kantin yuk! Gue traktir."
"Gue nggak mau pergi ke kantin bareng lo! Gue cuma mau ke kantin bareng Adit atau Raden. Bukan sama lo, cowok udik!" tegas Stella.
"Yakin nggak mau? Hati gue udah kosong loh. Ntar nyesel kalau hati gue udah keburu di isi nama orang lain, bukan nama lo," ucap Adam sambil menaik-naikkan kedua alisnya. Astaga, bakat bener kayaknya jadi player.
Stella menatap Adam galak, "MINGGIR!"
Adit dan Raden saling melirik sambil menggelengkan kepalanya heran. Namun Adam malah terkekeh pelan, sebelum akhirnya ia memberi Stella jalan untuk lewat, "Silahkan lewat, Stella yang galak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...