Sejak tadi malam, Stella mulai belajar biologi, mulai dari buku pribadi miliknya sampai beberapa bacaan yang ia peroleh dari internet. Semuanya ia baca dan ia pahami, beberapa kalimat yang ia rasa penting Stella coba hafalkan. Niatan untuk membalas semua perbuatan Adam untuk hari ini lenyap seketika. Rasa kesalnya terhadap Adam juga hilang begitu saja. Dan rasa sedihnya tentang perkataan Faldo yang seakan-akan tak pernah mau pacaran dengannya pun melebur menjadi satu bersama dengan semangatnya untuk mengikuti seleksi olimpiade ini.
Bahkan sekarang, Stella yang baru datang disekolah pun langsung menuju perpustakaan untuk meminjam buku biologi khusus yang berisi rangkuman materi dari kelas 10 hingga 12. Stevan yang melihat adiknya itu begitu giat turut merasa senang. Ya, giat belajar dan giat untuk pedekate dengan Faldo. Sebagai seorang kakak Stevan juga berusaha keras untuk membantu misi pendekatan adiknya itu, mulai dari beberapa kali membahas tentang Stella hingga memberi kode kecil agar Faldo sadar jika Stevan mempunyai maksud tersembunyi karena ia sering membahas tentang Stella.
Tapi sayangnya, Faldo merupakan golongan cowok yang lumayan pendiam, tidak banyak bergaul dengan orang lain, dan juga tidak peka. Maka dari itu, untuk Stella, yang sabar saja.
Sambil menunggu bel, Stella masih sibuk dengan buku-bukunya yang baru ia pinjam di perpustakaan. Bahkan saat Rina datang saja Stella tak menyadarinya. Baru ketika sebuah kotak bekal berwarna putih itu tiba-tiba ada dihadapannya, Stella sadar jika Rina sudah datang.
"Ini apaan?" tanya Stella bingung.
"Ini tanda terimakasih gue karena kemarin lo udah nolongin gue. Emang nggak seberapa sih, tapi tolong lo terima ya," jawab Rina panjang lebar. Ini adalah momen pertama kalinya Rina berbicara panjang lebar seperti ini dengan Stella.
"Seharusnya lo nggak usah repot-repot. Gue ikhlas kok."
"Ini bukan cuma dari gue, dari Ibu gue juga. Katanya ini donat spesial buat lo, Stel," ucap Rina. Stella menatap Rina tak percaya, "Ibu lo bikin ini khusus buat gue? Gue beneran ikhlas, Rin. Gue nggak ngarep apapun waktu gue nolongin lo kemarin."
Rina tersenyum lalu menghela nafasnya. Matanya fokus menatap kotak makanan yang ia bawa. "Dari SMP gue udah sering di bully sama Caca, yang pake pita pink kemarin, dan temen-temennya. Dia anak pemilik sekolah. Dia nggak mau ada anak pemulung masuk ke sekolah milik orang tuanya itu. Bagi dia gue ini menjijikkan, dekil, bau, dan pembawa virus atau bakteri. Tiap hari dia bully gue berharap gue nggak betah terus pindah sekolah. Tapi gue nggak bisa pindah karena orang tua gue nggak punya uang. Uang SPP gue gratis karena gue selalu dapet juara 1, jadi gimana gue mau pindah sekolah. Belum tentu disekolah lain gue bisa bebas uang SPP."
"Ini sekolah bukan punya Si Caca itu kan? Kenapa dia masih bully lo?" tanya Stella bingung. Kalaupun memang sekolah ini juga punya orang tua Caca harusnya Caca bisa jaga sikap, jaga etika, bukan malah jadi songong.
Rina menggeleng. "Itu karena kemarin mantannya Caca deketin gue," ucap Rina lirih.
"Yaelah. Mantan doang. Udah mantan kan? Gila tuh anak," kesal Stella. "Bisa dibilang kalau itu mantan terindahnya Caca. Dulu mereka pacaran 3 tahun, terus putus. Sebenarnya sejak dua bulan lalu kita udah deket, tapi baru kemarin mantannya Caca ngajakin gue jalan. Akhirnya Caca ngamuk lagi ke gue," lanjut Rina.
Stella menghembuskan nafasnya kesal. "Rin, kalau mantan ya udah mantan aja. Kalau terindah nggak bakal jadi mantan. Pokoknya kalau dia berani macem-macem sama lo, bilangin gue. Lo nggak usah takut."
Rina tersenyum tulus. "Makasih banyak ya. Sebenarnya gue nggak takut sama Caca, gue cuma kasian sama Ibu. Kalau gue pulang dengan kondisi basah kuyup kayak kemarin, Ibu gue sedih. Ibu bilang, orang kecil kayak gue nggak bisa berbuat apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You [END]
Ficção AdolescenteIni kisah tentang seseorang yang sedang memperjuangkan perasaannya. Tapi ternyata, yang diperjuangkan malah memperjuangkan yang lain. Dan yang sedang berjuang, ternyata lupa untuk sekedar sadar jika disekitarnya ada yang juga sedang memperjuangkan...