Awal yang baru

132 11 0
                                    

Mentari mulai menyinari bumi. Kicauan burung-burung diudara mulai terdengar. Embun pagi membasahi berbagai tumbuhan, benda, dan apapun yang ada diluar. Hawa dari sejuknya pagi sangat terasa.

Seorang gadis dengan mata yang bulat dengan bola mata berwarna biru. Bulu mata yang sangat lentik. Hidung mancung. Kulit yang putih seperti susu. Itulah Aku. Reinarra Carissa Dyandta.

Aku putri dari Airin Elaine dan Maxime Dyandta. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Cerisse Agatha Dyandta itu adalah nama saudariku. Memiliki umur 4 tahun dibawahku. Aku sekarang duduk dibangku sekolah menegah atas. Ya, usiaku baru menginjak 17 tahun ditahun yang akan datang. Januari itu bulan kelahiranku.

Tok Tok Tok ...

"Narra bangun" teriak seorang wanita berumur 35 tahun yang sangat mirip denganku. Ya, itu suara Ibuku.

"Iya ma, narra udah bangun" Kataku sambil merenggangkan otot-otot tanganku kekanan dan kekiri.
Aku melihat jam disebelahku. Menunjukkan bahwa sudah jam 06.00 pagi. Aku segera berlari ke kamar mandi yang berada disebelah kanan kamarku dengan tergesa-gesa karena melihat jam yang akan terus berputar.

Sekitar 20 menit kemudian. Aku telah siap dengan seragam SMAku. Seragam SMA baru disekolah baruku. Aku duduk didepan cermin yang berada didalam kamarku.

Aku melihat pantulan diriku. Aku mengambil bedak tabur yang ada didepan ku dan memoleskannya kewajahku. Hanya bedak tabur, tanpa tambahan apapun.

Setelah bersiap dicermin, aku mengambil dasi dan memakainya sambil berjalan untuk mengambil tas. Setelah didepan pintu, Ah aku kelupaan sesuatu. Aku kembali kedepan cermin. Lalu, tersenyum dan memperlihatkan kedua lesung pipi yang ada dipipi kiri dan kananku.

Akupun turun kebawah.
"Pagi ma, pa" sapaku kepada kedua sosok yang sudah duduk di meja makan. Dan aku ikut duduk salah satu kursi.

"Pagi juga" sahut mama dan papa bersamaan. Namun aku tak melihat satu sosok lagi. Ya, Cerisse belum ada dimeja makan.

"Ceri belum siap ma?" Tanyaku pada wanita yang berada disebelahku.

"Belum, paling dia telat lagi" Jawab mama sambil menggelengkan kepalanya mengingat Cerisse sering terlambat karena terlalu lama bangun ditambah terlalu lama berada didepan cermin.

Akupun sarapan dengan roti selai dan susu yang tersedia. Aku benar-benar tidak bisa makan nasi di pagi hari. Bagiku makan nasi di pagi hari akan membuat diriku susah disekolah nanti. Kenapa? Ya aku akan sakit perut. Aneh memang, namun bagaimana lagi.

"Udah kak?" Tanya sosok laki-laki yang ada didepanku.

"Udah kok, papa yang ngantar?"

"Iya, ayo pergi" aku pun berdiri dan berjalan keluar mengikuti papa dari belakang.

Hening, itulah kata yang bisa mewakili keadaan sekarang. Tak ada satupun kata yang terucap. Aku tidak terlalu dekat papa. Mungkin itu sifat alamiah seorang ayah, tegas dan tak banyak bicara.

Selama perjalanan, Aku terus melihat keluar jendela. Melihat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Melihat pejalan kaki dengan kesibukannya masing-masing.

Tak terasa, Kami pun sampai didepan gerbang sekolah baru ku. Ah iya, Aku baru pindah kekota ini lagi. Karena sebelumnya aku sekolah diluar kota. Kenapa diluar kota? Karena kota ini memang tempat aku dulu.

Dari sekolah dasar hingga sekolah menegah pertama Aku tinggal di kota ini. Kota kecil namun sangat padat. Sebelumnya, Aku sekolah diluar kota dikarenakan ada satu hal yang harus keluargaku datangi disana.

Namun, karena terlalu lama kembali dikota ini Aku terpaksa harus sekolah disana dan tinggal disana. Namun, tidak dengan kedua orang tua dan Cerisse. Mereka kembali setelah sudah sebulan masuk sekolah.

Selama disana Aku tinggal di asrama putri yang berada sedikit jauh dari sekolahku dulu.
Dan sekarang, disini lah Aku. Berdiri di depan gerbang sekolah menegah pertama yang bernama SMA CENDRAWASIH.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang