si Cowok gitar

12 6 0
                                    

Pagi-pagi sekali Aku sudah berada disekolah. Tepatnya sekarang didepan kelas. Aku memasuki kelas dan langsung meletakkan tasku diatas meja. Aku mengambil sapu.

Jangan tanya ini untuk apa. Sudah jelas Aku akan menyapu. Hari ini jadwalnya Aku piket. Hari yang paling terasa panjang. Hari senin. Karena hari ini sudah pasti upacara jadi sudah pasti lonceng berbunyi lebih cepat dari biasanya. Itu sebabnya Aku mempercepat datang.

"Yang rajin ya bik bersihin nyaa" Aku menatap kesal kearah seseorang yang baru saja bersuara. Eza Prayogo. Teman sekelas sekaligus teman yang tak pernah akur denganku. Ada saja idenya untuk membuatku kesal.

"Itu mulut nanti gue sumbat pake sapu mau?" Dia tertawa terbahak-bahak melihatku.

"Bibik jangan galak-galak dong sama tuan rumah"

"Iya tuan, ini badannya sekalian disapu ya" Aku memukul-mukul kakinya seolah-olah sedang menyapu juga.

"Aduh Narr. Gilak sakit ini, udah dong" Dia berteriak padaku sambil mengaduh kesakitan. Karena tak kunjung Aku hentikan dia berlari keluar. "Mampus" ucapku dalam hati.

Aku melanjutkan pekerjaanku. Setelah selesai Aku berjalan keluar sambil membawa topi. Aku melihat Vita dari arah parkiran bersama Fino. "Kayaknya mereka udah baikan" Aku berujar dalam hati.

"Pagi Narra" Vita tersenyum sumringah menyapaku.

"Keliatan banget udah baikkan langsung nempel" Sindir padanya yang sedang berjalan memasuki kelas. Dia hanya tertawa mendengarkanku.

Tak lama Vita keluar dari kelas sambil membawa topi dan mengajakku kelapangan upacara. Sebentar lagi upacara memang akan dimulai.

Kami berbaris dibarisan kelas XI IIS. Tak lama terdengar suara protokol yang menandakan upacara sudah dimulai. Upacara dibarisan depan terasa khidmat. Tetapi tidak dengan bagian belakang. Banyak yang asik bercerita.

Selama pidato dari pembina berlangsung. Aku melihat sekelilingku. Sesekali kekanan dan sesekali kekiri. "Eh itu cowok kemarin" ujarku dalam hati.

Aku terus melihat kearahnya. Aku memperhatikan wajahnya. Dia baris dikelas XII IIS 4. Kelasnya Angel. "Lah iya itukan cowok yang aku intip main gitar kemarin". Aku menepuk jidatku. Aku baru mengingatnya.

"Woi Narr, lo ngapain dah tepuk-tepuk jidat?" Vita yang ada dibarisan sebelahku bingung. "Ada nyamuk ya?" Sambungnya lagi.

"Enggak ada. Lagi panas aja" Aku berbohong.

"Ada ya panas nepuk-nepuk jidat? Baru tau gue"

"Ada, gue" Vita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kearahku.

45 menit berlalu

Aku sudah berada didalam kelas saat ini. Saat semuanya sedang dengan kesibukannya masing-masing. Aku hanya menidurkan kepalaku diatas meja. Aku sedang malas berbicara.

"Woi ada berita bahagia" Tiba-tiba suara ketua kelas mengalihkan perhatian seluruh penghuni kelas.

"Berita apa?" Itu suara Hanni.

"Kita freeclass. Guru rapat acara" sontak membuat seluruh penghuni kelas bersorak gembira. Tapi, tidak denganku. Aku hanya menenggelamkan kepalaku dilipatan tanganku. Tak sadar Aku tertidur pulas.

"Narr oik Narr" sebuah tangan menggoncangkan bahuku dan membuatku tersadar dari tidurku. Aku melihat siapa yang mengganggu tidurku.

"Ganggu banget sih Vit" Aku mendelik kesal kearahnya dan dia hanya menyengir.

"Kantin yuk. Bosan srius didalam kelas terus" Tanpa menunggu persetujuan dariku Vita menarik tanganku keluar kelas.

"Jangan tarik-tarik juga kali Vit" Aku melepaskan pegangan tangannya.

"Iya habis pasti lo mager secarakan lo kalau udah tidur mana mau gerak" Aku hanya membentuk jariku berbentuk  O padanya.

"Vit Narr" suara teriakan Raka dari belakang. Kami menghentikan langkah dan melihat kearahnya yang sedang berjalan kearah kami.

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

"Mau kekantin kan?" Kami berdua hanya mengangguk menjawabnya. "Gue ikut gabung ya" sambungnya.

Saat dikantin sudah ada banyak murid yang sedang mengisi kekosongan perutnya. Sama halnya dengan kami yang memiliki tujuan yang sama dengan mereka. Kami bertiga mencari tempat duduk yang pas.

Saat berusaha mencari tempat yang kosong manik mataku menangkap sosok yang tadi Aku lihat saat upacara. Tepat saat itu juga Raka mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan laki-laki itu. Aku dan Vita hanya mengikutinya duduk disitu. Aku duduk pas dengan pemandangan laki-laki itu.

"Lo berdua mau pesan apa?" Tanya Vita.

"Gue bakso" sahut Raka. "Sama dengan Raka" Aku langsung menyambung. Vita hanya mengangguk mengerti. Dan langsung bergegas. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa selalu Vita yang memesan. Alasannya simple, yaitu karena suara teriakannya yang membuat dia selalu cepat mendapat makanan saat sedang rame-ramenya.

"Vit lo mau beli minum? Biar gue beliin sekalian"

"Gue Matchalatte terus Vita air mineral dingin" Setelahnya Raka langsung bergegas membeli minuman.

Menunggu kedua mahluk itu kembali Aku memainkan hp. Aku tertawa kala mataku melihat video-video lucu di instagram. Namun, Aku merasa ada yang memperhatikan ku. Aku mengalihkan pandanganku dan bertemu mata dengan laki-laki itu. Seorang laki-laki yang tidak Aku ketahui namanya. Cukup lama mata kami bertemu sebelum dia mengalihkan pandangannya kearah lain. Aku hanya mengedikan bahuku.

"Ini tuan putri" suara Vita mengalihkan pandanganku padanya. Aku hanya terkekeh mendengar ucapannya. "Eh Raka mana?" Sambungnya.

"Lagi beli minum" Aku menunjuk kearah Raka. "Noh mau kesini" Sambungku.

Setelah semuanya sudah tersedia didepan kami. Kami menyantap makanan kami. Namun, tatapan seorang laki-laki yang didepan Aku mengarah padaku saat Aku makan. Karena penasaran, Aku balik menatapnya lagi. Tak lama karena setelah itu dia kembali mengalihkan pandangannya. "Dia kenapasih liatin mulu, diliat balik malah gamau" tanyaku dalam hati.

"Eh Narr lo emang suka banget ya sama itu minuman?" Tanya Raka saat Aku sedang minum Matchaku. Namun belum sempat Aku jawab suara Vita sudah terdengar "Bukan suka lagi, kayaknya udah bisa dinobatkan tu jadi Ratunya Matchalatte, dimana-mana matcha teruss" Aku terkekeh geli mendengar ucapan Vita.

"Udah jadi minuman favorit makanya suka" Aku membalas pertanyaan Raka tadi. Dia hanya menggangguk mengerti. "Emang rasanya gimana sih?" Sambungnya lagi.

"Rasa greentea campur susu. Tapi ini enak srius"

"Bohong Rak, itu ga enak. Lidahnya Narra konslet" Aku menyentil kening Vita "enak aja lo kalau ngomong". Dia hanya mengaduh padaku. Raka hanya menatap kami berdua sambil tertawa.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang