Hari ini hari yang ditunggu-tunggu oleh Organisasi Sedapam. Hari ini acara Sedapam sedang dilaksanakan di lapangan SMA CENDRAWASIH. Acara yang lumayan besar. Acara yang mengundang berbagai sekolah.
Seluruh anggota panitia Sedapam sedang sibuk mempersiapkan acara. Sejak kemarin beberapa orang terus saja melakukan persiapan untuk kelengkapan acara.
Tidak ada satupun yang ketinggalan. Tidak ada satupun yang berdiam diri saat ini. Begitu juga Aku sebagai salah satu koordinator Sedapam dan termasuk keanggotaan panitia acara.
Aku sejak dini hari tadi sudah tiba disekolah. Memperhatikan berbagai keperluan acara. Begitu juga dengan susunan acara. Aku bahkan sejak tadi belum ada duduk. Sejak Aku datang Aku langsung bekerja sesuai tugasku.
Melelahkan memang. Namun, melihat berbagai persiapan acara yang telah berhasil membuat sedikit pekerjaan kami tidak terasa. Aku melihat kekursi tamu. Sudah banyak undangan yang datang. Aku melihat siswa-siswi SMA CENDRAWASIH juga sedang berlalu lalang memasuki sekolah.
Aku menghela nafasku kasar. Sebentar lagi acara akan dimulai. Aku sebagai panitia acara mulai memastikan apa sudah bisa dimulai atau tidak. Aku menatap kearah panggung untuk acara pembukaan. Sudah berdiri sepasang MC disana.
Acara pun dimulai. Dibuka dengan sambutan sebuah pantun. Aku menghela nafas lega. Setidaknya acara dimulai dengan baik. Aku sudah bisa duduk dibelakang kursi penonton. Aku melihat siswa-siswi SMA CENDRAWASIH juga sudah mulai berkumpul dilapangan.
Ntah sudah berapa lama acara dimulai. Namun, sekarang sudah mulai memasuki waktu istirahat makan siang. Aku sedang duduk dibelakang panggung. Berbicara tentang acara selanjutnya pada MC.
Merasa telah mengerti. Mereka meninggalkanku sendiri disini. Panitia lain sedang makan saat ini. Tapi, tidak denganku. Aku masih harus menyusun jadwal acara yang sedikit terganggu tadi. Aku menghela nafas kasar. Rasanya kepalaku sakit sekarang.
"Ra?" Aku mendongak menatap arah suara. Aku tersenyum kearahnya.
"Iya yan? Bukannya tadi kamu kekelas ya?" Aku menatap Adrian bingung. Pasalnya tadi sebelum pembubaran makan siang Aku melihatnya sudah berjalan kekelas.
"Iya tadi tapi balik lagi kesini" Aku sejenak kembali menatapnya kemudian kembali melanjutkan tugasku. "Kamu gak makan?" Aku kembali menatapnya.
"Iya nanti aja. Ini belum selesai" Aku mendengar helaan nafasnya.
"Makan dulu ya. Daritadi kamu sibuk banget. Kamu gak capek apa?" Aku terenyuh mendengar perkataannya. Aku kembali tersenyum menatapnya.
"Capek tapi ini belum selesai" Dia menatapku datar. Tiba-tiba dia mengambil alih beberapa kertas yang sedang Aku kerjakan daritadi.
"Ayo kantin. Ini suruh yang lain aja. Kan bukan cuma kamu yang panitia acara" Dia menarik tanganku pelan. Aku hanya menatapnya diam. Sejenak Aku berpikir keras. Kemudian mengikuti langkahnya.
Sepanjang jalan ingin kekantin seluruh tatapan kearah kami. Aku rasa pipiku sedang memerah saat ini. Bagaimana tidak. Sejak tadi dia masih menggenggam erat tanganku. Sesampainya dikantin beberapa teman sekelasku tersenyum menggodaku.
Aku duduk diam disalah satu meja. "Biar Aku yang pesan" begitu kata Adrian sebelum meninggalkan ku sendiri. Aku menghela nafas. Kepalaku sedikit pusing. "Mungkin karna belum makan" pikirku.
"Ini makan" Adrian datang menyodorkan sepiring lontong dihadapanku. Dia juga membeli dua minuman yang berbeda. Air mineral dingin dan Capucino dingin. Aku menatapnya bingung.
"Kenapa cuma satu? Kamu gak makan?"
"Aku tadi udah makan. Sekarang kamu makan" Aku sedikit berdehem kemudian menyantap makananku canggung. Sejujurnya Aku tidak suka jika sedang makan dilihatin.
"Jangan diliatin yaan" Aku menatapnya kesal. Dia hanya tersenyum seolah tak mengidahkan perkataanku. Tak ada jalan lain. Aku pun tetap melanjutkan makananku.
Setelah Aku selesai makan. Adrian menyodorkan air mineral padaku. Aku hanya menatapnya diam. Kemudian dia menaikkan alisnya satu. Seolah mengerti dia mengatakan "Kamu daritadi gak istirahat terus baru makan gak baik minum minuman berasa". Aku hanya menghela nafas mendengarnya. Kemudian mengambil alih air mineral ditangannya.
"Kamu mau kekelas atau mau kelapangan?" Tanyaku.
"Kamu masih mau lanjut?" Bukan menjawab dia malah kembali bertanya padaku.
"Iya gitu. Jadi kamu mau kemana siap ini?"
Adrian menghela nafas sebelum berbicara. "Ra? Kamu istirahat aja ya. Muka kamu udah capek gitu"
"Tapi acaranya gimana kalau Aku istirahat?"
"Masih ada yang lain kan? Kamu izin aja dulu" Aku menghela nafas gusar. Sejenak Aku berpikir untuk mempertimbangkan ucapan Adrian. "Ayo Aku temanin" sambungnya lagi.
Aku pun memutuskan untuk mengikuti ucapan Adrian. Lagipula dia memang benar. Ditambah lagi dengan kepalaku yang pusing. Kami pun melangkahkan kaki keluar kantin. Adrian mengikuti langkahku dari belakang.
"Ca gue nitip acara ya. Tolong handle. Kepala gue sakit soalnya" Ica salah satu panitia acara. Saat ini Aku sedang didalam ruangan Sedapam bersama panitia lain. Meninggalkan Adrian diluar.
"Yauda lo istirahat aja dulu. Percayain acara ke gue" Ica menatapku tersenyum. Kemudian Aku mengangguk dan meninggalkan ruangan. Aku menghampiri Adrian yang sedang menunggu.
"Udah?" Tanya Adrian. Aku hanya mengangguk membalasnya. "Ayo keuks" sambungnya lagi. Kami pun langsung bergegas keuks.
Setelah diuks. Hening. Sangat hening suasananya. Hanya ada satu penjaga uks yang memakai seragam yang sama dengan Adrian. Karena tidak denganku. Aku memakai atasan batik dan rok span belahan samping sampai lutut. Itu dresscode panitia.
"Tidur gih"
Aku hanya menatap Adrian sekilas. Kemudian merebahkan diri diranjang yang tersedia. Adrian menyelimuti tubuhku. Aku hanya memperhatikannya saja. Kemudian dia duduk disebelahku.
"Kamu enggak kekelas?"
"Enggak. Aku nunggu kamu disini aja"
"Yakin? Emang gak bosan?"
"Yakin. Lagian liatin kamu mana bosan"
Aku sedikit terkekeh mendengar penuturannya. Aku tersenyum menatapnya. Begitu juga dengannya. Tangannya terulur untuk mengelus puncak kepalaku. Dengan perlahan membuatku memejamkan mata.
***
Ntah sudah berapa lama Aku tertidur disini. Perlahan Aku membuka mataku. Aku sedikit menggerakkan tanganku. Rasanya panas. Aku menatap kebawah. Tanganku sedang digenggam erat oleh Adrian. Dia sedang tertidur disisi ranjang.
Aku menatap wajah terlelapnya. Damai. Aku suka menatapnya. Bahkan saat ini wajahnya seperti anak bayi sedang tertidur. Tanganku yang satu terulur untuk memegang rambutnya. Mengelusnya perlahan.
Tak lama Aku melihat pergerakan darinya. Sepertinya dia terganggu oleh tanganku. Aku menatapnya sambil tersenyum. "Maaf" cicitku. Dia hanya menatapku bingung.
"Maaf kenapa?"
"Kamu terganggu tidurnya"
Adrian hanya terkekeh mendengar ucapanku. Dia hanya menggeleng. Kemudian mengacak sedikit rambutku.
"Kamu udah lama bangunnya?"
"Belum"
"Sekarang jam berapa?"
"Jam 3" Aku menatapnya tak percaya. Lama sekali Aku tertidur.
"Acaranya udah selesai. Kenapa kamu gak bangunin Aku tadi?"
"Gimana mau bangunin. Kamu aja lelap banget tidurnya. Gak gerak lagi kaya orang mati" Aku mendelik kesal kearahnya.
"Ihh kamu" Aku mendengus kesal kemudian mencubit lengannya. Dia hanya tertawa melihatku yang sedang kesal menatapnya.
"Yauda yuk pulang" Dia mengelus kembali kepalaku. Aku mengangguk kemudian Adrian membantuku untuk bangun dari tempatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)
Teen FictionGUYS CERITA INI SUDAH TERBIT DENGAN JUDUL BERBEDA JIKA BERMINAT BISA DICEK di : GUEPEDIA https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjA0Nzg= TOKOPEDIA https://tokopedia.com/guepedia/all-that-remains-are-memories BUKALAPAK https://www.bukalapak.com...