Mengesalkan

14 7 0
                                    

Suasana kelas XI IIS 1 saat ini sedang hening, tentram dan aman. Hanya suara balikan kertas yang terdengar. Sangat aneh rasanya. Bukan karena ingin. Lebih tepatnya terpaksa. Karena kelas yang selalu menjadi perbincangan guru di kantor ini sedang bertempur dengan kertas.

Kami sedang ulangan. Tak heran sangat hening. Karena sedikit bergerak dan melakukan bunyi krasak krusuk maka tatapan intimidasi dari Buk Riska akan membuatmu seakan ingin mati saja. Bagaimana tidak. Jika dari salah satu kami ketahuan menyontek atau memalingkan wajah dari kertas ulangan kami dia akan langsung berjalan ke sebelah meja kami. Dan jangan lupakan satu ancamannya yaitu berurusan dengan BK.

Dan disinilah Aku. Dikursi paling depan paling pojok dekat pintu. Kalau saja ini bukan mata pelajaran yang tidak Aku sukai, pasti Aku sudah berada diluar sejak sejam tadi. Tetapi karena ini mata pelajaran yang tidak Aku sukai, jadi Aku masih didalam. Berpikir keras jawaban apa yang harus Aku isi.

Matematika ini membuatku pusing. Aku seberusaha mungkin mencari jawaban yang masuk akal. Walaupun mungkin nanti salah. Setidaknya Aku bisa keluar dari sini. Ini benar-benar menguras otak. Dalam hati Aku menyemangati diriku sendiri. "Semangat Narr 10 menit lagi keluar. Yok yok berpikir. Oh ayolah Narra pasti bisa"

Dan 10 menit pun berlalu. Bel pertanda istirahat pun berbunyi. "Akhirnya selesai juga penderitaanku pagi ini" Dalam hati Aku mengucap syukur sebesar-besarnya pada Tuhan.

"Tadi bisa jawab Narr?" Tiba-tiba suara Malika membuyarkan lamunanku.

"Pasti dong" Aku menjawab sambil mengacungkan jempol. "Pasti salah banyak maksudnya" Sambungku sambil terkekeh.

"Yee Gue pikir beneran bisa semua. Baru aja mau muji" Malika memberenggut kesal menatapku.

"Kaya gak tau aja lo. Matematika itu kan lain dijelasin lain yang keluar. Jadi gimana mau bisa coba"

"Yaiyaaa anaknya akun" Aku hanya terkekeh mendengarnya.

"Narraaa kantin yukkss" Teriak seseorang. Jangan tanya. Yang berteriak ini sudah pasti Vita.

"Gue belum budek kali Vit" Aku memutar bola mataku malas sambil memasukkan alat tulis ku kedalam tas. "Doyan banget teriak, heran" sambungku.

"Sensi amat neng" Dia mendengus kesal. "Jadi gimana? Kantin?" sambungnya.

"Lagi males. Gue boleh nitipkan ya sama lo?"

"Dih tumben males. Kenapa?"

"Ya lagi malas aja"

"Yaudadeh gue pergi sama Fino ya. Lo mau nitip apa?"

"Sudah kuduga. Untung gue gak ikutkan. Bisa jadi nyamuk lagi ni gue nanti"

"Lo aja yang jomblo. Banyak yang dekatin tapi gamau, ya terima nasib dong neng" Aku menatapnya dengan kesal.

"Gue nitip Matchalatte. Udah sana pergi"

"Dadah jomblo!" Dia berlari keluar sambil tertawa terbahak-bahak karena berhasil membuatku kesal.

Bukannya tak ingin Aku melepaskan ke jombloan ku ini. Tapi Aku tak berniat sedikitpun untuk saat ini. Mungkin benar Aku dekat dengan banyak sosok laki-laki. Tapi belum ada satupun yang membuatku benar-benar nyaman.

Aku berjalan keluar kelas. Aku melihat banyak siswa-siswi yang berlalu lalang saat ini. Dengan berbagai urusan yang berbeda. Aku memutuskan untuk duduk didepan kelas sambil menunggu Vita datang.

"Gak kekantin Narr?" Tiba-tiba suara Angel mengejutkanku.

"Oh enggak. Lagi mager. Lo sendiri?"

"Ohh gitu. Gue tadi bawa bekal jadi gak ngantin lagi" Aku hanya menganggukkan kepala tanda merespon ucapannya. "Daripada disini sendiri mending lo ikut gue kedepan kelas gue yuk. Disana ada teman-teman gue. Siapa tau lo mau kenalan gitu yakan" sambungnya.

"Boleh sih" Aku menyetujui perkataannya. Kami kemudian berjalan menuju kelasnya. Kelas dia berada tidak jauh dari kelasku. Hanya jarak 2 kelas. Angel kelas XI IIS 4.

"Eh ini anak baru kelas sebelah kan?" Tiba-tiba satu dari antara mereka menanyaiku saat kami sampai didepan kelas Angel. Itu teman Angel. Sepertinya begitu.

"Iya" Aku menjawab singkat pertanyaannya.

"Ternyata emang cantik ya" Aku hanya tersenyum membalasnya. "Gue Dinda. Nama lo siapa? Gue lupa" Dia mengulurkan tangannya kearahku.

"Gue Reinarra. Panggil Narra aja"

"Hai Narra temannya Angel. Gue Fanny. Temannya Angel juga" Itu seorang perempuan yang ada disebelah Dinda.

"Hai juga Fanny" Aku berujar sambil tersenyum kearahnya.

Aku duduk diantara mereka. Mulai bercerita tentang berbagai hal. Tidak buruk pikirku. Namun, tak lama hening. Semuanya bermain hp. Aku pun begitu.

Aku tahu engkau.. sebenarnya tahu..
Tapi kau memilihi seolah engkau tak tahu..

Tiba-tiba sebuah suara seseorang yang sedang bernyanyi mengusik kegiatanku. Aku mengalihkan pandangan kearah lain. Mencari dari mana asal suara itu.

Semakin besar suara itu. Bahkan sekarang terdengar suara petikan gitar. Tiba-tiba hati ini merasakan penasaran yang sangat besar. Rasanya terbesit keingintahuan yang sangat besar.

Kau sembunyikan rasa cintaku
Dibalik topeng persahabatanmu yang palsu

"Eh itu siapa yang nyanyi?" Tanyaku penasaran pada orang yang ada disebelahku.

"Paling lagi nyanyi rame-rame dibelakang" Sahut Angel. Namun itu belum membayar rasa penasaranku.

"Siapa yang main gitar?" Tanyaku lagi.

"Gak tau juga sih. Kan kita didepan. Jadi gak tau" itu suara Dinda.

"Coba liat aja dijendela" Sambung Fanny. Akupun berdiri mencoba untuk melihat kedalam kelas mereka.

Aku berusaha mengintip dari jendela. Ternyata posisinya berada dibalik tembok. Aku melihat beberapa laki-laki yang memang sedang berkumpul. Dan Aku melihat dia. Dia yang sedang bermain gitar.

Aku terus melihat kearahnya sampai tak sadar kalau dia juga menatap kearahku. "Astaga Aku ketahuan". Aku langsung duduk ketempat Aku tadi. Aku merutuki kebodohanku saat ini. Aku benar-benar seperti tertangkap basah saja.

"Siapa?" Suara Angel membuyarkan pikiranku. Aku hanya menggeleng menjawabnya. Karena memang Aku tidak tahu itu siapa namanya.

"Narraaaaaaa" Itu suara teriakan Vita yang kembali membahana. "Astaga teman Aku satu ini" . Ingin rasanya Aku berkata kasar.

"Kenapa sih Narr?"

"Matchalatte lo ni" Dia memberenggut kesal menatapku sambil menunjukkan bawaannya ditangannya.

"Eh gue balik ya kekelas" Aku izin pamit undur diri. Tidak tidak. Aku izin balik pada Angel, Dinda, dan Fanny. Tanpa menunggu mereka menjawab Aku berlari kearah Vita sebelum dia kembali berteriak.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang