Gugup

1 0 0
                                    

Sesampainya dirumah Aku segera bergegas masuk kedalam kamar. Mengganti pakaian sekolah menjadi pakaian biasa. Lalu merebahkan diri diatas kasur. Aku menatap langit-langit kamar.

Aku baru sadar. Hari ini Aku tidak ada berbicara dengan Adrian. Terakhir saat disekolah tadi Aku melihatnya. "Dia udah pulang atau belum ya?" Batinku.

Aku mengambil hp diatas nakas. Aku menghela nafasku. Tidak ada pesan dari Adrian. "Mungkin saja dia belum pulang" pikirku. Kemudian Aku membuka beberapa aplikasi.

Aku membuka WhatsApp dan melihat beberapa pesan dari grup kelas. Aku juga melihat kontak yang bertuliskan AdrianFahri. Masih sama dengan seperti tadi pagi. Belum ada perubahan dengan roomchat kami.

Aku pun memutuskan membuka instagram. Aku melihat beberapa video tutorial makeup. "Cantik banget" gumamku saat melihat model perempuan yang ada didalam video. Aku pun seakan larut dalam video-video yang kulihat.

AdrianFahri
Udah dirumah?

Aku menatap layar atas hp ku. Sebuah pesan yang kutunggu-tunggu. Aku pun segera membukanya.

ReinarraCarissa
Udah
Adrian udah dirumah?

Sedikit lama Aku menunggu balasan pesannya. Hingga sebuah dentingan notifikasi kembali terdengar.

AdrianFahri
Udah. Baru aja

ReinarraCarissa
Ohh

AdrianFahri
Sayang lagi apa?
Ehh jadi panggil sayang

Aku terlonjak kaget membacanya. Aku berulang kali membacanya. "Astaga ini Adrian?" Aku bertanya dalam hati. Sungguh membacanya sedikit menggelitik perutku. Bahkan sekarang Aku sudah tertawa geli membacanya.

ReinarraCarissa
Lagi tiduran
Lanjutlah wkwk

AdrianFahri
Ohh
Gapapa ni? Wkwk

ReinarraCarissa
Iya gapapa wkwk
Adrian ngapain?

AdrianFahri
Tiduran
Udah makan belum?

ReinarraCarissa
Belum
Adrian udah?

AdrianFahri
Belum juga
Aku kesana ya otw

Aku menyerit heran membacanya. Aku ingin kembali bertanya tetapi dia sudah tidak lagi online. Dia selalu begini. Aku menghela nafas kemudian mulai melangkahkan kaki. Untuk bersiap.

Tak lama Aku sudah selesai. Aku memilih atasan cardigan putih bermotif yang memiliki dalaman dongker. Kemudian memakai celana jeans hitam. Aku berjalan kearah balkon. Untuk melihat kalau saja Adrian sudah datang.

Tak lama Aku melihat sebuah mobil hitam berjalan mendekati pekarangan rumah. Aku segera bergegas mengambil tas selempangku tidak lupa hp kumasukkan kedalam. Aku pun menuruni tangga. Aku melihat mama sedang menonton diruang keluarga.

"Ma Narra pergi dulu ya" Mama mengalihkan pandangannya kearahku.

"Kemana?"

"Pergi keluar bentar" Mama hanya mengangguk tanda mengizinkan. Kemudian Aku langsung bergegas keluar rumah.

Selama perjalanan tidak ada yang berbicara. Hening. "Selalu aja begini" batinku. Aku ingin mengeluarkan suara. Namun, rasanya suara ini tercekat. Bahkan jantungku sejak tadi terus saja berdetak semakin dekat. Aku gugup rasanya.

"Mau gak ke Math?" Adrian bertanya kepadaku. Aku hanya mengangguk sebagai balasannya. Math adalah salah satu mall dipusat kota. Tidak terlalu jauh juga dari komplek perumahanku. Aku meliriknya sekilas. Dia menatap lurus kearah jalanan.

Tak lama kami sudah mulai memasuki area parkiran. Adrian mencari tempat yang pas untuk parkir. Setelah terparkir. Dia mengajakku keluar. Aku pun hanya mengikutinya.

"Mau kemana?" Tanyanya. Aku hanya menatapnya bingung.

"Maksudnya?"

"Mau makan dulu atau gimana?"

"Terserah aja. Aku ikut aja"

Adrian mengangguk. Ternyata pilihannya mengisi perut terlebih dahulu. Terlihat jelas saat dia mulai mengarahkan langkah kakinya kearah salah satu restaurant.

"Mau pesan apa?" Aku berpikir sejenak sambil melihat-lihat menu. Setelah melihat-lihat. Aku pun memutuskan ingin memesan apa.

"Ayam bakar sama Matchafloat" Sejenak dia menatapku. Kemudian memanggil seorang waiters yang berada tak jauh dari kami. Dan mulai menyebutkan pesanan.

Sambil menunggu pesanan datang. Aku sibuk dengan hpku. Ntah apa yang sedang kubuka. Tapi untuk mengurangi rasa gugup ku Aku terus melakukannya.

"Habis makan bagusnya kemana?" Tanyanya. Aku bingung ingin menjawab apa. Namun, seorang waiters datang membawakan pesanan kami. Segera kami menyantap makanannya. Perihal pertanyaannya tadi seolah mengambang diatas udara.

Sesekali Aku menyesap Matchaku. Aku meliriknya. Kemudian mengalihkan pandanganku. Aku bertanya-tanya dalam hati. Kenapa Aku segugup ini?. Bahkan Adrian saja biasa-biasa saja.

"Jadi mau kemana lagi?" Suaranya mengembalikan ku kedalam sadar ku.

"Kamu mau kemana?" Aku menatapnya. Bahkan Aku tak sadar dengan ucapanku. Dia sedikit tertawa. Aku hanya mengerutkan keningku.

"Jadi kita pakai Aku kamu?" Mendengarnya seolah membuatku tersadar. Aku tersenyum kikuk kearahnya. "Jadi kamu mau kita kemana?" Dia kembali bertanya padaku. Rasanya pipiku terasa panas.

"Mau nonton gak?" Ucapku untuk menghilangkan sedikit sembrutan merah di wajahku. Semoga saja dia tidak melihat.

"Boleh"

Kami pun beranjak dari tempat kami. Kami berjalan menuju lantai atas letaknya bioskop. Sesampainya disana kami memutuskan untuk menonton film horor.

Kami memasuki ruangan. Suasana sudah gelap. Sepertinya sebentar lagi filmnya akan segera terputar. Kami duduk ditengah. Posisi yang pas untuk menonton.

Tak lama film pun mulai terputar. Suara mencekam film seolah terasa disini. Hening. Aku melihat sekelilingku. Semua mata fokus menatap layar besar didepan.

"Aaaaa" Teriakku terkejut saat baru saja Aku mengalihkan pandanganku kelayar besar itu. Adrian menatapku kemudian sedikit tertawa. Aku hanya mendengus kesal kearahnya.

Aku pun mulai fokus menatap lurus kedepan. Namun, tiba-tiba sebuah tangan menggenggam erat tanganku. Aku sedikit terkejut. Aku menatap kebawah kearah tangan yang sedang menggenggam. Seketika nafasku tercekat. Aku mendongak untuk menatapnya. Dia fokus menatap lurus kedepan seolah tak terjadi apa-apa.

Aku kembali menatap layar. Aku berusaha untuk menghilangkan rasa gugup ku. Kemudian Aku menatap kebawah. Cukup lama. Sudah tidak terdengar lagi teriakan orang yang menonton. Hanya ada suara decapan. Aku bingung kemudian Aku mendongak menatap layar.

"Ah sial. Gimana bisa difilm horor ada adegan seperti ini?"

Aku terus membatin. Mengumpat untuk apa yang sedang Aku lihat. Seketika terdengar sebuah deheman dari sebelahku. Aku menatapnya. Dia hanya tersenyum kearahku. Aku masih saja gugup. Menatapnya Aku seolah lupa apa yang baru saja ku lihat.

Film telah usai. Orang-orang pun sudah bergegas keluar. Aku masih duduk diam. Begitu juga Adrian disebelahku. Tangannya masih menggenggam erat tanganku. Sampai sadar bahwa orang-orang sudah semakin berkurang. Kami memutuskan untuk keluar. Tapi tidak dengan tangan yang saling menggenggam.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang