Saat ini Aku dan Vita sudah berada dikantin. Saat ini memang sudah waktunya istirahat. Vita sedang makan sedangkan Aku hanya minum Matchalatte dingin saja. Aku sedang tidak ingin makan.
Aku melirik Vita yang sedang makan. Dia sedari tadi menatap Aku. Bukan karena lain hal. Dia sejak tadi menagih janji ceritaku. Namun, Aku katakan setelah selesai dia makan.
"Gue udah siap. Cepat cerita" Aku hanya terkekeh melihat dia yang memang terburu-buru makan. "Dasar Vita kepo" pikirku.
"Iya gue ceritain" Dia hanya menatapku penasaran kemudian memangku dagunya dengan kedua tangan diatas meja. "Jadi namanya Adrian Fahri. Kelas XI IIS 4. Awalnya tu gue tau dia karena dengar dia main gitar pas gue lagi sama Angel" Sambungku.
"Terus? Lo tau namanya dari siapa? Angel?" Aku menggeleng menjawab pertanyaan Vita.
"Gue tau dari Raka" Seolah belum puas dengan jawabanku. Aku pun kembali menjelaskan padanya "Jadi waktu kita makan bertiga dikantin sama Raka, Adrian duduk depan meja kita terus selama kalian mesan makanan sama minuman selama itu juga dia natap kearah gue. Bukannya gue geer ya tapi gue beneran bertatapan langsung sama dia. Terus setelah kejadian itu gue jadi sering lihat dia. Setelah itu pas gue ke perpus antar buku bareng Raka. Disitu dia duduk didepan kelas. Nah karena masih penasaran jadi gue tanya Raka siapa namanya" Aku menyelesaikan penjelasanku pada Vita dan dia hanya mengangguk mengerti.
"Terus kenapa dia datang tiba-tiba kemarin? Lo udah ada ngajak dia sebelumnya?"
"Gue baru pernah ngomong sama dia pas kita minjam buku dia pas hari bahasa itu doang. Tapi, masalah foto itu kerjaan ya si Raka. Dan makasih loh ya udah ingatin gue tentang itu"
"Ohh gituu" Aku hanya mengangguk padanya.
Aku kembali melirik-lirik ke sekelilingku. Mataku berusaha mencari seseorang. Tapi kembali Aku bertanya-tanya dalam hatiku. Kenapa Aku jadi mencari keberadaannya. Memang siapa dia?.
Sejak semalam rasanya hatiku terasa tidak kosong. Tapi Aku tidak mengerti kenapa?. Aku hanya bisa menghela nafas kasar.
"Kekelas yuk" Suara Vita membuyarkan lamunanku.
"Eh.. apa Vit?" Tanyaku lagi.
"Ayo kekelas"
"Oh iyaa"
Aku dan Vita pun beranjak dari tempat kami. Saat berada dikoridor. Aku berpas-pasan dengan Adrian. Aku melihat kearahnya sekilas begitu juga dengannya. Tiba-tiba hatiku merasa lega.
"Tadi baru gue bicarain eh ketemu"
"Apasih Vita"
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar Vita. "Untung aja dia udah pergi" ujarku dalam hati. Kami terus melangkahkan kaki kedalam kelas. Sesampainya dikelas Aku melihat Raka didekat papan tulis. Seketika Aku teringat kejadian kemarin.
"Rak lo bilang apasih ke Adrian kemarin" Aku mendelik kesal padanya. Namun, dengan tatapan bingung dia menatapku. Tak lama dia tertawa seolah dia baru menyadarinya.
"Gue cuma bilang apa yang lo pengen bilang kedia. Seharusnya lo berterimakasih ke gue, jadinya kan bisa foto sama diaa" Aku semakin mendelik kesal kearahnya. Tak tahu harus berkata apa. Aku pun meninggalkannya.
***
Teng Teng Teng
Suara bunyi bel pertanda pulang membuat sorak gembira pada seluruh murid didalam ruangan ini. Aku segera membereskan peralatan tulis ku dan memasukkan kedalam tas.
Aku meraih tas kemudian menyampirkannya kebahu ku. Setelah itu keluar dari kelas. Hari ini sangat berangin. Aku melihat kearah langit. Sepertinya akan turun hujan. Aku menghela nafas kasar.
"Ya Tuhan jangan turunkan hujan saat ini"
Aku bergumam sambil berjalan kearah halte saat ini. Sepertinya hari ini Aku benar-benar sial. Hari ini sepertinya Aku tidak dijemput berhubung papa sama mama lagi keluar kota. Dan hari ini cuaca sangat tidak mendukung.
Draashh...
Baru saja Aku berkata cuaca tidak mendukung. Sekarang sudah turun hujan. Aku segera berlari untuk mempercepat langkahku pada halte. Bajuku bahkan sudah lumayan basah.
Aku duduk disalah satu kursi halte. Aku menunggu sebuah angkutan lewat. Karena tidak tepat saat ini memesan ojol mengingat sekarang hujan deras. Aku menghela nafas kasar.
"Ya Tuhan, Narra tau kok kalau Tuhan tau kalau misalkan Narra suka hujan tapi bukan saat ini juga huhuhu kan kalau hujan deras gini gimana Narra bisa pulang sekarang"
Aku bergumam terus dalam hati seolah sedang berbicara dengan Tuhan. Aku memang penyuka hujan. Tetapi tidak disaat seperti ini.
Aku melirik jam tanganku. Jam 16.30. Sudah semakin gelap saat ini akibat hujan. Bukannya semakin reda malah semakin deras lebih deras dari yang tadi. Angin bertiup kencang saat ini. Rok seragam yang berada sedikit diatas lututku bahkan terangkat akibat angin.
Aku berusaha menahan rokku agar tidak kembali terangkat. Aku merasa kedinginan saat ini. Kakiku menggigil rasanya. "Kapan hujannya berhenti?" Tanyaku dalam hati.
Saat sedang bersusah payah menjaga rokku. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepanku. Aku mengerutkan keningku bingung. "Kenapa mobil ini berhenti didepanku?" Pikirku.
Tiba-tiba seorang laki-laki dengan seragam yang sama denganku keluar dari pintu kemudi dengan sebuah jaket dikepalanya untuk menutupi dirinya dari air hujan yang deras. Saat dia sudah berada tepat didepanku. Aku mendongak menatap kearahnya.
"Ayo pergi" Dia melepaskan jaketnya dikepalanya dan memperlihatkan wajahnya.
"Adrian?" Gumamku kecil tak terdengar akibat suara derasnya hujan.
"Ayo pergi" Aku semakin menyerit bingung kearahnya.
"Pergi kemana?" Tanyaku bingung. Aku benar-benar bingung menanggapinya.
"Ya pulang. Lo ga mau pulang?" Aku hanya mengangguk menjawabnya. Kemudian dia menyampirkan jaketnya diatas kepalaku dan kepalanya.
"Tunggu. Tapi.." Suara ku terhenti tiba-tiba karena dia sudah menyela ucapanku. "Masuk dulu ya, nanti nanyanya" Kemudian dia Merangkulku dan berjalan dibawah guyuran hujan untuk masuk kedalam mobil.
Setelah memastikan Aku masuk kedalam. Dia langsung berlari ke pintu kemudi. Aku melihat dia masuk kedalam. Aku melihat bajunya sedikit basah akibat hujan.
"Kenapa?" Tanyanya padaku karena sejak tadi Aku menatapnya. Aku kemudian memalingkan mataku kearah depan. Kemudian kembali menatapnya.
"Itu bajunya basah" Aku menunjuk kearah bajunya yang memang basah.
"Santai aja. Gue cowok" Setelah berkata dia mencari sesuatu dikursi belakang. Aku hanya melihatnya saja. Dia mengambil sesuatu. Jaket berwarna hitam. Berbeda dengan jaket yang disampirkan pada kepala tadi.
"Beda sama lo yang cewek. Ini pake" Aku terkejut saat melihatnya yang memakaikan jaket tadi padaku.
"Eh Aku gapapa kok" Aku berusaha mengembalikan jaketnya namun ditahan olehnya. "Pakai aja, baju lo basah" Ucapnya. Aku hanya menatapnya kemudian menganggukkan kepala pasrah. Tak lama dia menjalankan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)
Fiksi RemajaGUYS CERITA INI SUDAH TERBIT DENGAN JUDUL BERBEDA JIKA BERMINAT BISA DICEK di : GUEPEDIA https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjA0Nzg= TOKOPEDIA https://tokopedia.com/guepedia/all-that-remains-are-memories BUKALAPAK https://www.bukalapak.com...