Seluruh warga SMA CENDRAWASIH sudah berkumpul ditempat yang telah disediakan. Tak lama terdengar suara MC yang mengucapkan salam dan kalimat pembukaan. Itu tandanya acara sudah dimulai.
Aku sudah berada di backstage. Tempat dimana menunggu untuk segera tampil. Aku tidak sendiri tentunya. Disini ada 7 orang yang bersamaku. Dari kelas yang berbeda pastinya.
Saat ini kami sedang berbaris memanjang kebelakang. Aku dibarisan paling depan. Tanganku memegang sebuah benda. Sebuah benda berbentuk kotak yang digunakan untuk diisi berupa permen sebagai pengganti sirih. Isi dari kotak inilah yang diberikan pada orang-orang penting nanti.
Sebuah suara musik menyentak gendang telingaku. Pertanda sudah saatnya Aku dan timku memasuki acara. Dengan lihai Aku melakukan gerakan-gerakan yang telah kami hafal selama sebulan ini.
Sesaat Aku memberikan sebuah kotak pada kepala sekolah manik mataku menangkap sesosok laki-laki sedang menatap ku intens dari tempat penonton. Seseorang yang Aku kenal. Seorang Adrian. Dengan cepat Aku mengembalikan fokusku pada tarian.
5 menit berlalu
Aku menghela nafas lega. Tarian kami telah selesai. Aku berjalan meninggalkan pusat acara. Aku melangkahkan kaki kearah ruang tunggu. Sejenak Aku beristirahat. Kami tidak mengganti pakaian. Karena ada sesi foto dia akhir acara nanti.
Rasanya sesak menggunakan kostum ini. Ingin rasanya Aku cepat-cepat melepaskannya. Namun, masih terlalu untuk menunggu waktunya selesai. Sangat panas memang menggunakan ini.
Setelah tidak merasa panas lagi, Aku berjalan kembali ke pusat acara. Aku mendekat kekursi penonton. Karena sebentar lagi kelompok vokal kami akan tampil. Aku menajamkan mataku berusaha untuk mencari Vita.
"Narra sini" sebuah teriakan dan lambaian membuat Aku tersenyum dan segera menghampirinya.
"Makasih udah jagain" Ucapku saat Vita memberikan tas selempangku.
"Iya sama-sama. Btw, lo cantik banget sumpah" Dia memerhatikan wajahku dengan seksama. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkahnya.
"Baru sadar lo gue cantik? Selama ini kemana?" Aku sedikit menyombongkan diri padanya. Dia merengut kesal padaku.
"Iya apalah aku upik abu ini" Aku hanya terkekeh mendengarnya.
Tak lama dari itu. Kelompok vokal kami pun tampil. Berjalan dengan lancar walaupun ada beberapa mungkin yang lupa lirik. Tapi tidak terlalu terlihat jelas.
Kami kembali ketempat kami tadi. Aku dan Vita masih duduk bersebelahan. Selanjutnya tidak ada yang berbicara. Kami berdua sibuk dengan hp masing-masing.
Merasa bosan. Aku sesekali mengajak Vita bercerita. Namun, disela-sela kami tertawa saat cerita Aku melihat kearah belakang. Mataku kembali bertemu dengan matanya. Sudah berapa kali hari ini mata kami beradu pandang?.
Karena tidak ingin merasa terlalu percaya diri bahwa Adrian terus melihat kearahku, Aku mengatakan pada Vita untuk coba melihat kearah belakang.
"Vit coba deh lo liat cowok dua bari dibelakang kita" Vita menatapku bingung namun tetap memutar pandangannya kebelakang. Dan bodohnya temanku ini malah berbuat kesalahan.
"Yang itu ya? Yang lagi liat kesini?" Aku mengumpat dalam hati melihat Vita. Bagaimana tidak. Dia menunjuk Adrian secara terang-terangan dengan suara yang sedikit keras. Aku mencubit tangannya sambil merapalkan doa dalam hati.
"Ya Tuhan semoga dia gak lihat terus dia gak sadar"
Aku mendelik kesal kearahnya. Dia masih menatapku bingung. Seolah-olah bertanya Ada apa? Ada yang salah?
"Vita gue kan cuma nyuruh coba liat bukan ditunjuk astaga" Aku mencebikkan bibiku dan menghela nafas kasar.
"Peace Narr" Dia hanya menyengir. Aku mendengus kesal melihatnya.
***
Puncak acara telah selesai. Segala penampilan telah ditampilkan. Segala susunan acara telah disampaikan. Sekaranglah Akhirnya. Acara resmi ditutup. Saatnya sesi foto bersama.Aku telah foto bersama dengan tim tari. Terlalu ramai saat ini. Sehingga membuatku bingung. Aku menunggu Vita selesai berfoto dengan Fino. Setelahnya kami ikut foto bersama dengan kelompok vokal.
Setelah selesai. Aku bingung harus ngapain lagi sekarang. Ditempat ini sebenarnya menyesakkan. Ditambah dengan wajahku yang rasanya kaku akibat makeup. Wajar memang karena terlalu tebal.
Karena Aku hanya berdiri disini. Berakhirlah Aku yang diajak berfoto oleh beberapa orang. "Astaga senyumku rasanya kaku" Aku berucap dalam hati saat sedang difoto oleh salah seorang adik kelas yang tidak ku ketahui namanya.
Aku melirik-lirik kearah lain. Ternyata tidak jauh dari tempat Aku berdiri ada juga yang sama dengan Aku. Berdiri diam memperhatikan sekitar tanpa bersuara.
"Hai Narra" suara Raka mengagetkan ku.
"Hai"
"Sendiri ae disini. Gak foto sama yang lain?"
"Udah kok tadi" Raka hanya mengangguk-ngangguk mengerti. Namun tiba-tiba terbesit sebuah pertanyaan dipikiranku.
"Eh Rak, kalau gue ajak Adrian foto. Mau gak ya?" Aku berkata ragu-ragu pada Raka. Takut dia salah mengartikan.
"Maulah. Gak mungkin gamau" Dia terkekeh kearahku "Mau gue bilangin? Mumpung dia berdiri sendiri" sambungnya. Aku terkejut mendengarnya. Lalu menggeleng tanda tidak setuju dengan yang diucapkannya.
"Srius gamau?" Tanyanya lagi untuk memastikan padaku.
"Engga usah. Gue cuma nanya doang kok"
"Yaudadeh. Gue pergi dulu" Raka meninggalkan ku sendiri kembali. Namun tak lama Vita datang menghampiriku. Sedang asik bercerita tiba-tiba sebuah suara membuatku gelagapan dan bingung harus menjawab apa.
"Kenapa?" Itu suara Adrian. "Kok dia kesini?" Tanyaku bingung dalam hati. Dengan rasa terkejut dan bingung akhirnya Aku bertanya kembali padanya.
"Apanya kenapa?" Aku menatapnya bingung begitu juga denganya.
"Tadi kata Raka, lo manggil gue" . What kapan gue nyuruh coba. Seketika rasanya Aku ingin mengumpat pada Raka. "Astaga Raka benar-benar" rutukku dalam hati. Aku mencoba berpikir harus bagaimana. Cukup lama Aku berpikir. Aku melihat kearah Vita namun dia menatapku seolah-olah bertanya kenapa?.
"Oh itu. Lo mau foto bareng gue gak?" Aku menutup mataku malu. Astaga malunya Gue kalau misalkan ditolak, ini semua karna Raka. Awas aja ya lo Rak. Aku sibuk dengan pemikiranku hingga tak sadar sebuah lambaian tangan didepan mataku.
"Kok bengong? Jadi gak fotonya?" Aku menghela nafas lega mendengarnya. Untung saja pikirku.
Karena dia setuju, Aku meminta bantuan pada Vita untuk tolong memotret kami menggunakan hpku. Vita hanya menatap ku dengan tatapan menggodaku. Aku hanya melototkan mata padanya.
"Makasih" Ucapku sambil tersenyum setelah Vita selesai memotret kami. Dia hanya mengangguk menjawab ku kemudian berlalu pergi meninggalkan Aku dan Vita. Aku pun ikut meninggalkan Vita dengan tatapan meminta jawaban dan beberapa kata godaan seperti "cie".
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)
Teen FictionGUYS CERITA INI SUDAH TERBIT DENGAN JUDUL BERBEDA JIKA BERMINAT BISA DICEK di : GUEPEDIA https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjA0Nzg= TOKOPEDIA https://tokopedia.com/guepedia/all-that-remains-are-memories BUKALAPAK https://www.bukalapak.com...