Awal

13 7 0
                                    

Aku melirik jam didalam hp, lalu memandang ke bawah, memerhatikan beberapa kendaraan yang berlalu lalang didepan komplek. Aku menempati salah satu kursi yang ada di balkon.

Aku menyesap Matchalatte ku dan kembali membaca novel yang telah Aku beli. Sesekali Aku memandang kedepan sambil melamun. Seketika Aku teringat si laki-laki gitar.

Aku bingung. Kenapa Aku jadi teringat padanya?. Aku menggelengkan kepalaku. Ada apa denganku?.
Sebelumnya Aku pernah penasaran juga pada seseorang tetapi kali ini rasanya beda.

Kemudian Aku membuka hp dan menekan aplikasi instagram. Aku kembali menekan nama yang dari tadi ada dipikiranku. Adrianfahri. Tak pikir panjang lagi Aku segera menekan follow.

Setelahnya Aku menghela nafas kasar. Kemudian kembali meletakkan hp dimeja sebelahku. Aku kembali melanjutkan bacaan novelku. Aku sangat suka membaca. Tidak tahu kenapa. Aku merasa saat Aku membaca imajinasiku berjalan.

Ting

Suara bunyi hp mengalihkan fokusku. Aku melihat notifikasi apa itu.

Instagram
Adrianfahri mulai mengikuti anda.

Aku terpengarah dari tempat dudukku. Aku segera membukanya dan membuka profilnya. Aku melihat-lihat fotonya. Senyumnya manis. Tak sadar Aku berucap dalam hati.

Aku kemudian meletakkan hpku kembali. Merasa bosan disini, Aku masuk kedalam. Awalnya Aku ingin rebahan namun Aku urungkan karena melihat beberapa origami yang ada diatas mejaku.

Aku baru teringat origami itu untuk apa. Aku tadi ingin menghias kamar. Namun, karena ingin menghabiskan Matchalatte ku jadilah Aku berlama-lama di balkon dan melupakan tujuan awalku.

Aku mulai membentuk origami. Aku membentuk bentuk hewan. Ada bentuk burung untuk ditempel dilangit-langit. Ada bentuk kupu-kupu untuk menghias dinding atas ranjang. Dan ada bentuk kumbang untuk hiasan depan meja belajar ku.

Setelah selesai Aku mulai menggantungkannya ke langit-langit dan menempelkan kedinding. Aku tersenyum puas melihat hasil karyaku. Lalu Aku merebahkan tubuhku sambil memandang langit-langit kamar yang sudah banyak burung-burung origami yang bergelantungan.

Drrt..drrt..drrt..

Aku melirik hpku. Ada sebuah panggilan. Panggilan dari seseorang sahabat disekolahku yang lama.

"Halo bil?" Aku menyapanya dengan sumringah. Sudah lama kami tidak berkomunikasi. Dia sahabatku paling dekat saat di Jakarta. Nabila Dipsa.

"Aaaa kangennn" suara teriakannya sontak membuatku menjauhkan hp dari telinga.

"Iya tau tapi gausah pake teriak juga" Aku mencebikkan bibirku.

"Hehe maap kali Narra" Dia hanya terkekeh disebrang sana.

"Apa kabar disana?"

"Baik kok baik. Lo apa kabar? Kok gak pernah kabarin disini sih"

"Baik juga kok. Lagi sibuk dengan banyak hal jadi lupa"

"Sibuk apaan? Bilang aja malas nelfon" Aku terkekeh mendengarnya. Nabila memang benar. Aku sangat tidak suka menelfon.

"Nah itu tau, kok nanya?" Dia mendengus kesal disebrang sana.

"Lo tu ya emang ga berubah. Gue pikir setelah lo pindah kesana lo jadi lebih care gitu ke sekitar eh taunya sama aja"

"Gue berubah kok. Makin manis"

"Idih" Aku tertawa kecil mendengarnya sudah pasti sekarang mukanya sangat jelek.

"Gini-gini ngangenin kan"

"Huhu iyaa bener banget" dia menirukan suara seperti sedang bersedih. "Gimana disana udah dapat cogan?" Sambungnya lagi.

"Banyak cogan kok sini cuma gapeduli juga sih"

"Gapapa deh kalau lo ga peduli biar kita samaan jomblo"

"Iyain dah biar seneng"

"yaudadeh seneng dengar kabar lo. Gue besok ada ulangan. Kapan-kapan sambung lagi ya dahhhh"

"Daah" kemudian Aku memutus sambungan teleponnya.

Aku mengingat kedekatan Aku dengan Nabila. Tidak terasa kami sudah berpisah stengah tahun. Rasanya jadi rindu juga suasana disana. Aku tertawa kecil mengingat bagaimana bisa kami jadi dekat.

Seluruh siswa sudah memulai memasuki kelas. Termasuk kami para anak kelas X yang baru pertama kali dibagikan kelas. Aku melihat-lihat isi kelas. "Sudah rame ternyata" gumamku pada diriku sendiri.

Aku berjalan memasuki kelas. Semuanya asing bagiku. Tidak ada satupun yang Aku kenal. Aku mencari tempat yang masih kosong. Kemudian Aku duduk.

Aku melirik sekitarku. Banyak yang sudah akrab. Kupikir sepertinya mereka satu smp dulu. Menyedihkan sekali Aku pikirku. Karena Aku yang memang bukan berasal dari kota ini.

Aku melihat sebelahku. Belum ada yang mendudukinya. Beberapa orang menatapku bingung. Mungkin karena sebelumnya Aku tak pernah terlihat.

Aku memutuskan untuk berdiri dijendela. Aku melihat koridor yang tepat berada didepan kelas. Sangat ramai disana. Ntah apa yang mereka lihat.

Semakin ramai yang berkumpul di koridor. Namun tiba-tiba sebuah tangan memegang tanganku. Sontak membuatku terkejut.

"Hai temanin gue kemading dong" Aku menatapnya bingung sebelum kemudian Aku mengiyakan ajakannya.

Dia menarik tanganku dengan sedikit berlari kearah koridor. Aku berpikir sepertinya dia mau ketempat yang sejak tadi Aku lihat.

"Tunggu sini bentar ya" Dia berbicara padaku kemudian dia berjalan mendekat kearah mading untuk melihat apa yang ada disana. Aku penasaran tapi terlalu ramai disana. Tak lama dia berjalan kearahku.

"Ahh namaku gaada" Aku menatapnya bingung. Sungguh Aku tidak mengenalnya sama sekali. Aku juga tidak tahu dia kenapa. Melihat Aku yang bingung kemudian dia mengerti.

"Itu di pengunguman nilai nama gue gaada" Tak mau ambil pusing Aku hanya mengangguk tanda mengerti. Walaupun Aku tak tahu apa yang sedang dia bicarakan. "Yok kekelas" sambungnya lagi sambil menarik lagi tanganku kekelas. Aku benar-benar bingung sekarang.

Dia berjalan kearah tempat dudukku tadi. Ternyata dia duduk disebelahku. Kami berdiam diri. Tak ada satupun suara.

"Oh iya astaga gue lupa. Nama lo siapa? Gue Nabila Dipsa" Suaranya membuatku terkejut dan beralih menatapnya kemudian menatap uluran tangannya. Cukup lama sebelum Aku membalas uluran tangannya.

"Gue Reinarra Carissa Dyandta" Ujarku sambil tersenyum.

"Ih lo punya lesung pipi ya. Astaga udah cantik manis pula lagi" Aku hanya terkekeh mendengar suara terkejutnya. Sepertinya dia orang yang heboh sendiri. "Oh iya maaf ya tadi gue narik-narik lo gitu aja padahal lo kan gak kenal gue" sambungnya sambil menyengir kearahku.

"Gapapa, santai aja" Dia hanya mengangguk membalasku.

Aku kembali terkekeh geli mengingat awal perkenalan kami dulu. Sungguh dia perempuan yang sangat aneh menurutku dulu. Semenjak hari itu kami jadi kemana-mana bareng. Kuakui kami selalu berbeda pendapat bahkan sangat sering bertengkar untuk hal kecil. Tetapi, tidak bisa dipungkiri Aku senang berteman dengannya. Karena dia asli. Dia tidak bermuka dua.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang